Toko Buku Gunung Agung, yang merupakan salah satu ikon di dunia perbukuan Indonesia, telah mengumumkan bahwa secara bertahap mereka akan menutup seluruh gerainya hingga akhir tahun 2023.Â
Berita ini menjadi sorotan karena menunjukkan adanya tantangan yang dihadapi oleh industri toko buku di Indonesia.Â
Sementara itu, di Korea, minat membaca masyarakat terus meningkat dan toko buku tetap menjadi tempat yang populer bagi warga Korea.Â
Pada Kesempatan ini saya akan membandingkan toko buku di kedua negara, menjelaskan mengapa minat baca di Korea tinggi, dan menganalisis permasalahan yang dihadapi oleh toko buku di Indonesia, dengan studi kasus terbaru mengenai penutupan Toko Buku Gunung Agung. Â
Minat Baca di KoreaÂ
Korea Selatan memiliki budaya minat baca yang kuat, dan penduduknya sering kali menghabiskan waktu luang mereka dengan membaca buku.Â
Hal ini tercermin dalam tingginya tingkat literasi di negara tersebut.Â
Ada beberapa faktor yang dapat menjelaskan minat baca yang tinggi di Korea, seperti sistem pendidikan yang mendorong minat baca, promosi budaya literasi, dan ketersediaan toko buku yang menarik.
Inovasi Toko Buku di KoreaÂ
Toko buku di Korea telah berevolusi menjadi pusat gaya hidup yang menawarkan lebih dari sekadar buku.Â
Mereka menggabungkan elemen-elemen seperti ruang baca yang nyaman, kafe, galeri seni, dan ruang pertemuan.Â
Pengunjung dapat menikmati suasana yang tenang, menelusuri buku-buku baru, dan berpartisipasi dalam acara sastra dan penandatanganan buku.Â
Keberadaan toko buku yang menarik secara visual dan menawarkan lingkungan sosial yang nyaman telah meningkatkan minat membaca di kalangan masyarakat Korea.
Permasalahan Toko Buku di IndonesiaÂ
Di Indonesia, industri toko buku menghadapi tantangan yang berbeda.Â
Beberapa faktor yang berkontribusi terhadap penutupan banyak toko buku meliputi peningkatan minat pada konten digital, kurangnya minat baca di kalangan masyarakat, rendahnya literasi, dan tingginya biaya operasional toko buku tradisional.Â
Selain itu, persaingan dengan platform e-commerce besar yang menawarkan harga diskon dan kenyamanan berbelanja online juga telah berdampak negatif pada toko buku fisik di Indonesia.
Studi Kasus: Penutupan Toko Buku Gunung AgungÂ
Salah satu toko buku yang menjadi ikon di Indonesia, Toko Buku Gunung Agung, telah mengumumkan penutupan seluruh gerainya hingga akhir tahun 2023.Â
Toko buku yang telah berdiri sejak tahun 1953 ini adalah simbol permasalahan yang dihadapi oleh toko buku di Indonesia secara keseluruhan.Â
Penutupan ini menjadi perhatian masyarakat dan menggambarkan tantangan yang dihadapi oleh industri buku di negara ini.
Upaya Memulihkan Industri Toko Buku di Indonesia
Meskipun tantangan yang dihadapi, ada upaya yang dilakukan untuk memulihkan industri toko buku di Indonesia.Â
Beberapa langkah yang telah diambil meliputi kolaborasi dengan komunitas literasi, penyediaan ruang baca yang menarik di toko buku, menyelenggarakan acara sastra, dan memperluas portofolio produk untuk mencakup merchandise dan produk terkait buku.Â
Selain itu, digitalisasi juga menjadi faktor penting dalam memperluas akses ke buku melalui platform e-book dan audiobook.
Menarik Pelajaran dari Korea
Indonesia dapat belajar dari Korea dalam mengembangkan toko buku yang menarik bagi masyarakat.Â
Memperluas konsep toko buku dengan menambahkan elemen gaya hidup, seperti ruang baca yang nyaman dan kafe, dapat menarik lebih banyak pembaca.Â
Selain itu, kerjasama antara pemerintah, penerbit, dan toko buku dalam mengembangkan kampanye literasi dan mengadakan acara sastra juga dapat meningkatkan minat membaca di Indonesia.
Kesimpulan
Perbandingan antara toko buku di Indonesia dan Korea menunjukkan perbedaan signifikan dalam minat membaca dan popularitas toko buku.Â
Budaya membaca yang kuat dan inovasi toko buku di Korea telah mempengaruhi minat membaca masyarakatnya.Â
Di Indonesia, tantangan yang dihadapi oleh industri toko buku memerlukan strategi kreatif untuk memulihkan minat baca dan menjaga keberlanjutan toko buku.Â
Dengan mengadopsi beberapa langkah yang berhasil diterapkan di Korea, Indonesia dapat berupaya menghidupkan kembali industri toko buku dan mempromosikan budaya membaca yang lebih kuat di kalangan masyarakat.
Membaca adalah jendela dunia, dan melalui literasi yang kuat, kita dapat memperluas pengetahuan, pemahaman, dan wawasan kita untuk mencapai masa depan yang lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H