"Weeeekkk." Aku sambil meledek Nara.
"Stop!" Nara menarikku. Ah, Bu Nue.
"Ayo!" Kali ini aku ganti menarik Nara ke arah bangku kosong di bagian belakang.
"Lalu. Apa hubungannya ini?" Nara semakin bingung. Aku hanya tersenyum. Rasanya masih sama. Rasa kagum kepada sosok guru yang pernah menyemangatiku di momen yang tepat. Dan tentu saja wajahnya tetap cerah, seperti disorot lampu dari sisi-sisinya. Hehehe.....
"Yaaaaaahhh, Ibu." Respon anak-anak ketika Bu Nue memberikan tugas di awal-awal pelajaran.
Ternyata masih sama pendekatan mengajarnya. Kali ini anak-anak diberi tugas membuat sebuah puisi selama mata pelajaran berlangsung. Mereka disuruh untuk membuat 2 puisi diafhar. 1 dikerjakan langsung, dan 1 lagi untuk PR.
Bu Nue mulai berkeliling untuk membantu anak-anak. Ia membantu mencarikan diksi, padanan kata, dan rima yang sesuai dengan keinginan anak-anak.
"Nara, lihat anak itu!"
"Ah, sangat aktif bertanya."
"Nara, lihat anak itu!"
"Hmmm... dia malu-malu, tapi tak apalah, dia sudah mencoba bertanya."