Mohon tunggu...
Misbah Murad
Misbah Murad Mohon Tunggu... O - "Tidak ada sekolah menulis; yang ada hanyalah orang berbagi pengalaman menulis."- Pepih Nugraha, Manager Kompasiana. chanel you tube misbahuddin moerad

"Tidak ada sekolah menulis; yang ada hanyalah orang berbagi pengalaman menulis."- Pepih Nugraha, Manager Kompasiana. chanel you tube misbahuddin moerad

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Dari Kuntil Anak, Pintu Anak Kini Pontianak

26 Juni 2019   06:49 Diperbarui: 26 Juni 2019   06:51 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salam Petualang,

Kompasioner, kali ini kita menjajal Kalimantan Barat, Kalimantan Barat juga di sebut atau di juluki Provinsi  Seribu sungai, kita jajal dulu Daerah Pontianak.

Tugu Katulistiwa

dokpri
dokpri

Pontianak merupakan salah satu kota yang dilalui garis khatulistiwa, atau biasa disebut juga sebagai equator, di sini di bangun sebuah tugu dimana kalau kita berdiri di sini, tidak ada bayangan sama sekali, untuk waktu tepat seperti itu satu tahun hanya dua kali saja, namun pada tahun 2018, terjadi pergeseran titik 0, namun tugu Katulistiwa tetap berdiri disitu, Pemerintah Daerah ada memberi tanda tempat yang dimaksud, tugu ini dibangun oleh tim ekspedisi georgrafi yang dipimpin oleh orang berkebangsaan Belanda, seorang ahli geografi.

dokpri
dokpri
Tugu Katulistiwa ini di bangun pada tahun 1938, kemudian penyempurnaan pertama dilakukan pada tahun 1930, hanya bagian tonggak, lingkaran besar dan tanda panah, kemudian penyempurnaan kedua pada tahun 1938.

Pada tahun 1990-1991 dibangun replika tugu Katulistiwa, berupa bangunan permanen berfungsi sebagai pelindung, berbentuk kubah, di resmikan pada tanggal 21 September 1991 oleh Gubernur Kalimantan Barat Bapak Parjoko Suryo Kusumo, replika ini memiliki perbandingan lima kali lebih besar dari yang aslinya.

dokpri
dokpri
Apabila kita memasuki tugu Katulistiwa, tidak dipungut biaya, kita hanya mencatat di buku tamu saja, apabila masih ada blanko kita akan mendapatkan sertifikat bahwa kita pernah kesini dan di tanda tangani oleh Bapak Walikota sertifikatnya, kita akan melihat foto-foto yang terpajang di setiap dinding bangunan gedung ini. Foto-foto lama hingga saat ini, ada juga penjelasan tentang tata surya, bintang, bulan, matahari dan galaxi.

Waktu kami kesini kebetulan ada atraksi mendirikan telur, dan ada tarian-tarian dari sekolah yang ada di Pontianak, seru deh, yang belum kesini, silahkan untuk menikmati Tugu Katulistiwa.

Rumah Bentang Pontianak

dokpri
dokpri

Kompasioner, kali ini kita masih menjelajahi di Kota Pontianak, adalah sebuah Rumah Bentang, ini adalah rumah tradisional dan rumah adat Suku Dayak, hampir semua daerah di Kalimantan ada Rumah Bentang ini, kali ini kita membahas khusus rumah Bentang yang ada di Pontianak, artinya kalau anda ingin melihat Rumah Bentang tidak perlu jauh-jauh menyusur anak sungai menuju pedalaman, cukup di Kota Pontianak ini saja.

Walaupun tentunya yang ada disini adalah replikanya saja, tetapi baik bentuk maupun ruangan yang ada di dalamnya sama, mungkin yang tidak di dapat kalau langsung di pedalaman sana adalah sensasinya dan foto-fotonya tentu.

Ciri khas dari rumah Bentang adalah hampir semua bahanya terbuat dari ulin, tiang penyangga, dinding, lantai, tangga hingga atapnya semua dari ulin, kalau atap mereka menyebutnya atap sirap.

dokpri
dokpri
Tempat ini di gunakan sebagai aktifitas para penduduk, mulai dari bercengkrama, bermain, menganyam, dan kegiatan lainnya. Rumah ini bersih dan sangat terawat.

Letaknya masih di tengah kota tepatnya di Jalan Sutoyo, tidak begitu jauh dari Rumah Dinas Gubernur Kalimantan Barat.

Lukisan Dayak yang sangat eksotis terlihat di sebagian dinding rumah ini, rumah ini juga sering diadakan festival adat dan budaya Suku Dayak, seperti pesta panen padi dan lain sebagainya.

Sangat indah kalau ber swa foto di tempat ini

Istana Kadariah

dok pri
dok pri

Kompasioner, saat saya membawa istri ke Istana ini, masih pagi belum buka, namun saat kami ingin meninggalkan tempat, maksudnya ke tempat lain dulu baru kembali kesini, ada seorang bapak-bapak yang berlari dan menanyakan keperluan kami, kami sampaikan kami dari Bogor ingin melihat-lihat kedalam, si Bapak yang keturunan dari kerajaan ini langsung mempersilahkan kami untuk naik dan masuk, seraya beliau mengambil anak kunci dari dalam sakunya, untuk membuka pintu, waktu itu jam masih menunjukan pukul 07.00 pagi.

dokpri
dokpri
Setelah pintu terbuka kami izin dulu untuk berfoto, kali ini malah Bapaknya yang bersedia menjadi fotografer kami, selanjutnya kami di terangkan secara rinci, dari Bangunan Istana sampai semua yang ada di dalamnya, dari, semua di jelaskan secara rinci, termasuk foto-foto yang kalau dilihat dari beberapa sisi dan cermin yang ada di dalamnya, terakhir kami diajak untuk masuk ketempat senjata-senjata peninggalan zaman dulu.

Istana Kadariah berada di dekat sungai Kapuas, sungai Kapuas merupakan sungai terpanjang di Indonesia, Istana Kadariah berciri khas bangunan Melayu, dominan warna kuning yang melambangkan kejayaan dan budi pekerti.

dokpri
dokpri
Setelah puas mendapatkan penjelasan dan setiap pertanyaan yang kami lontarkan dijawab dan dijelaskan sangat rinci dari Bapak ini, setelah kami mengucapkan  terima kasih dan minta kesediaan berfoto bersama, kami meninggalkan Istana, beliau menutup kembali Istana karena waktu baru menunjukan pukul 08.10.

Musium Kalimantan Barat

dokpri
dokpri

Sebelum meninggalkan Pontianak kami mampir ke Museum Kalimantan Barat, Musium ini sedikit unik, mungkin karena mayoritas yang dominan di Kalimantan Barat adalah Suku Dayak, Melayu dan Tiongkhwa, dan mereka memiliki kepercayaan yang berbeda-beda, Islam, Konghuchu, Budha dan Hindu ada juga yang masih memiliki kepercayaan seperti animisme.

dokpri
dokpri
Hal lain samalah dengan Museum-museum yang saya kelilingi di Seluruh Indonesia, untuk Museum Kalimantan Barat sendiri mereka membaginya beberapa bagian seperti

dokpri
dokpri
Peninggalan Hindu dan Bhuda, Peninggalan Kebudayaan Islam  dan beberapa replika-replika yang ada seperti, replika Arca Dewa Siwa, Arca Budha, Arca Praina Paramita, dan ada miniatur Lancang Kuning.

Sebelum kami kembali ke Jakarta, kami menyempatkan diri, makan nasi di dalam pasar, saya lupa nama warungnya, kalau saya ke sini selalu menyempatkan diri makan disitu, kali ini saya mengajak istri tersayang makan di situ.

Hayoo...Jelajah Indonesia.

Bogor, 26062019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun