Salam Petualang,
Kompasioner, kali ini kita menjajal Kalimantan Barat, Kalimantan Barat juga di sebut atau di juluki Provinsi Seribu sungai, kita jajal dulu Daerah Pontianak.
Tugu Katulistiwa
Pontianak merupakan salah satu kota yang dilalui garis khatulistiwa, atau biasa disebut juga sebagai equator, di sini di bangun sebuah tugu dimana kalau kita berdiri di sini, tidak ada bayangan sama sekali, untuk waktu tepat seperti itu satu tahun hanya dua kali saja, namun pada tahun 2018, terjadi pergeseran titik 0, namun tugu Katulistiwa tetap berdiri disitu, Pemerintah Daerah ada memberi tanda tempat yang dimaksud, tugu ini dibangun oleh tim ekspedisi georgrafi yang dipimpin oleh orang berkebangsaan Belanda, seorang ahli geografi.
Pada tahun 1990-1991 dibangun replika tugu Katulistiwa, berupa bangunan permanen berfungsi sebagai pelindung, berbentuk kubah, di resmikan pada tanggal 21 September 1991 oleh Gubernur Kalimantan Barat Bapak Parjoko Suryo Kusumo, replika ini memiliki perbandingan lima kali lebih besar dari yang aslinya.
Waktu kami kesini kebetulan ada atraksi mendirikan telur, dan ada tarian-tarian dari sekolah yang ada di Pontianak, seru deh, yang belum kesini, silahkan untuk menikmati Tugu Katulistiwa.
Rumah Bentang Pontianak
Kompasioner, kali ini kita masih menjelajahi di Kota Pontianak, adalah sebuah Rumah Bentang, ini adalah rumah tradisional dan rumah adat Suku Dayak, hampir semua daerah di Kalimantan ada Rumah Bentang ini, kali ini kita membahas khusus rumah Bentang yang ada di Pontianak, artinya kalau anda ingin melihat Rumah Bentang tidak perlu jauh-jauh menyusur anak sungai menuju pedalaman, cukup di Kota Pontianak ini saja.
Walaupun tentunya yang ada disini adalah replikanya saja, tetapi baik bentuk maupun ruangan yang ada di dalamnya sama, mungkin yang tidak di dapat kalau langsung di pedalaman sana adalah sensasinya dan foto-fotonya tentu.
Ciri khas dari rumah Bentang adalah hampir semua bahanya terbuat dari ulin, tiang penyangga, dinding, lantai, tangga hingga atapnya semua dari ulin, kalau atap mereka menyebutnya atap sirap.
Letaknya masih di tengah kota tepatnya di Jalan Sutoyo, tidak begitu jauh dari Rumah Dinas Gubernur Kalimantan Barat.
Lukisan Dayak yang sangat eksotis terlihat di sebagian dinding rumah ini, rumah ini juga sering diadakan festival adat dan budaya Suku Dayak, seperti pesta panen padi dan lain sebagainya.
Sangat indah kalau ber swa foto di tempat ini
Istana Kadariah
Kompasioner, saat saya membawa istri ke Istana ini, masih pagi belum buka, namun saat kami ingin meninggalkan tempat, maksudnya ke tempat lain dulu baru kembali kesini, ada seorang bapak-bapak yang berlari dan menanyakan keperluan kami, kami sampaikan kami dari Bogor ingin melihat-lihat kedalam, si Bapak yang keturunan dari kerajaan ini langsung mempersilahkan kami untuk naik dan masuk, seraya beliau mengambil anak kunci dari dalam sakunya, untuk membuka pintu, waktu itu jam masih menunjukan pukul 07.00 pagi.
Istana Kadariah berada di dekat sungai Kapuas, sungai Kapuas merupakan sungai terpanjang di Indonesia, Istana Kadariah berciri khas bangunan Melayu, dominan warna kuning yang melambangkan kejayaan dan budi pekerti.
Musium Kalimantan Barat
Sebelum meninggalkan Pontianak kami mampir ke Museum Kalimantan Barat, Musium ini sedikit unik, mungkin karena mayoritas yang dominan di Kalimantan Barat adalah Suku Dayak, Melayu dan Tiongkhwa, dan mereka memiliki kepercayaan yang berbeda-beda, Islam, Konghuchu, Budha dan Hindu ada juga yang masih memiliki kepercayaan seperti animisme.
Sebelum kami kembali ke Jakarta, kami menyempatkan diri, makan nasi di dalam pasar, saya lupa nama warungnya, kalau saya ke sini selalu menyempatkan diri makan disitu, kali ini saya mengajak istri tersayang makan di situ.
Hayoo...Jelajah Indonesia.
Bogor, 26062019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H