Setelah semua selesai, mereka memasuki ruang tunggu, sesuai jadwal mereka take off dua jam lagi, masih banyak waktu lowong, tapi hampir semua jamaah tidak ada lagi yang membaca do`a-do`a atau mengaji, atau melakukan pujian-pujian dan bersalawat, seperti saat mereka mau berangkat, yang ada di pikiran mereka sekarang segera ingin pulang, bertemu dengan sanak keluarga, berbagi oleh-oleh dan cerita pengalaman selama umroh.
Lucu memang, saat mau berangkat, ingin cepat-cepat sampai di Makkah, membaca do`a, mengaji bersalawat dan lain-lain, sekarang ingin segera pulang tanpa salawat, tanpa ngaji dan tanpa do`a-do`a yang di lantunkan. Termasuk kami berlima.
Catur duduk tepat di sebelah Ibu Bos, Sejak tadi pagi Ibu banyak diam dan suka menyendiri, " Ibu sehat ?" tanyanya
"Alhamdulillah, Ibu sehat,"
"Agak lain dari kemarin-kemarin," selidik Catur
"Ibu teringat almarhum Bapak," kilahnya
Catur diam, dipandang nya, Ibu, kemudian dia beranjak, dibiarkannya Ibu sendiri, dia tidak mau mengganggu, Catur tidak tahu, gejolak yang ada di hati Ibu, disatu sisi, dia mulai menyukai Catur, dia di restui Allah, Anak-anak sudah dekat dengan Catur, tapi disisi lain, dia tidak ingin menyakiti, dia hanya berharap Catur tidak mengerti akan ini semua, biarlah ini menjadi urusan dia sama Allah, urusan hati dan perasaannya.
Setelah selesai Sholat Magrib, terdengar suara pemberitahuan melalui pengeras suara dalam bahasa Inggris. Para penumpang Pesawat Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan 720 agar segera naik ke dalam pesawat.
Sedikit bergegas Ibu melipat mukena yang dibawa, kalau yang laki-laki tidak ada yang perlu di bereskan, langsung keluar mushola, Sedikit bergegas mereka berjalan menuju pintu enam dan menunggu antrian untuk masuk kedalam pesawat., kalau dilihat di ruang tunggu penumpang tidak terlalu banyak, tidak sebanyak saat mereka berangkat. Benar saja sampai di dalam pesawat, mereka melihat suasana lenggang, jumlah kursi yang terisi sekitar 300 san saja dari 420 kursi yang tersedia.
Kali ini Ibu Bos minta dia duduk di apit jagoanya, Noval di jendela, Ibu Bos ditengah dan Taufiq di lorong, Catur dan Ilos duduk di hadapan kursi mereka.
Sangat menyenangkan dalam pesawat agak lenggang tidak terlalu berdesakan, dari tiga kursi di depan Ibu Bos, hanya diisi Ilos dan Catur, bangku tengah mereka biarkan kosong, Catur memilih duduk di Jendela memandang keluar.