Tepat pukul 22.00 waktu Makkah, tidak ada terlihat wajah lelah dari para jamaah, semua bersemangat, ingin melihat Masjidil Haram, ingin melihat Ka`bah, ingin menghadap Illahi sang pencipta.Â
Ustadz Mahrus mengumpulkan semua jamaah di lobby hotel," kita sekarang akan menuju Masjidil Haram, kita Sholat Magrib dan Isya dulu, kemudian kita akan melaksanakan tawaf, setelah itu sa`i dan tahalul, sekarang siapa yang wudhu nya hilang ?" tanya Ustadz Mahrus, karena jamaah tidak menjawab, artinya semua jamaah masih dalam keadaan suci, baik nanti kalau lagi tawaf di ingat putrannya kalau yang batal wudhunya ya, karena agak banyak jamaah yang juga melakukan tawaf, posisi saya nanti ada di depan, yang lain mengikuti yang saya ucapkan, kalau ada jamaah yang hafal do`anya berada di tengah agak keras, biar yang lain mendengar dan bisa mengikuti, kalau kesulitan juga karena ramai, baca do`a sapu jagad saja, sekali lagi ingat hati dan pikiran fokuskan kepada Allah jangan ke yang lain," kata ustadz Mahrus
Rombongan keluar hotel dan berjalan menuju Masjidil Haram, sebuah jam besar yang terlihat menjulang tinggi menunjukan angka 10.10 sama dengan yang tertera di depan salah satu pintu masuk Masjidil Haram 22:10.
Tepat sebelum memasuki salah satu pitu Masjidil Haram, ustadz berhenti diikuti oleh seluruh jamaah, mereka semua berdo`a  Allahumma antas salam, wa minkas salam wa`alaika ya`udus salam fahayyina rabbana bissalam, wa adkhilnal jannata daras salam, tabarakta rabbana, wa ta`alaita ya zaljalahi wal ikram, Allahummaftah lii abwaba rahmatika, Bismillahi walhamdulillahi wasshalatu wassalamu`ala rasulillah." Satu-satu mereka memasuki Masjid.Â
Kalau di Masjidil Haram tidak seketat di Nabawi untuk pemisah laki-laki dan wanita, disini pintu masuknya bebas, ustadz Mahrus mencari tempat yang agak lowong di dalam, untuk mereka dapat melakukan sholat Magrib dan Isya terlebih dahulu, dari sini Ka`bah belum terlihat, karena memang ustadz mengambil tempat yang agak kebelakang dan pandangan kedepan tertutup oleh pilar-pilar yang ada.
Selesai melaksanakan sholat, ustadz Mahrus berdiri diikuti oleh yang seluruh jama`ah, perlahan maju kedepan, dari sini sudah mulai terlihat samar bangunan hitam berhias kaligrafi berwarna emas, rombongan terus berjalan kedepan dan Nampak jelas Ka`bah di depan mereka, seluruh jamaah mengeluarkan air mata tanpa bisa di bendung, bagai mana tidak, selama ini mereka sholat memandang ke tempat sajadah dan membayangkan Ka`bah ada di hadapan mereka, tapi kali ini mereka melihat dengan mata kepala mereka sendiri Ka`bah itu, tempat di tuju seluruh umat Islam dunia apabila melaksanakan sholat.
Ustadz Mahrus dan Ustadzah Neneng berhenti sejenak kemudian berdo`a dan diikuti oleh yang lain, karena suara ustadz Mahrus cukup keras "Allahuma zid haazal baita tasyriifan wa ta`ziiman wa takriiman wa mahaabatan wa zid mansyarrafahuu wa azzamahuu wa karramahuu mimman hajjahu awi`tamarahuu tasyriifan wa ta`ziiman wa takriiman wa birran.Â
Catur masih berdiri tegak seperti belum percaya kalau dia berada disini, berada di tempat kiblat bagi umat Islam, semua do`a yang di pelajari saat manasik di Indonesia buyar, dia hanya mengucap mengikuti apa yang diucapkan ustadz, entah bagaimana perasaan Ibu bos, Ilos, Taufiq, Noval dan jamaah lainnya, air mata kegembiraan, kesedihan dan ingat akan semua dosa yang dilakukan bersatu dalam tangisan.
Sayup-sayup suara ustadz Mahrus terdengar memberikan aba-aba untuk segera memulai tawaf, berlari kecil mengelilingi Ka`bah sebanyak 7 kali, ini adalah salah satu wajib umroh, yang apabila tidak di laksanakan atau di tinggalkan kita wajib mengantikan dengan dam atau denda, mereka memulai tawaf dari lampu yang berwarna hijau dengan bersama membaca "bismillahi Allahu Akbar.Â
Catur menempatkan Noval di sebelah kiri Ibunya, dan Taufiq di sebalah kanannya, Ilos di letakkan di belakang ketiganya dan Catur berada di depan persis di belakang ustadz Mahrus sehingga apa yang diucapkan oleh ustadz Mahrus mereka mendengarnya, dan mereka tinggal mengikuti saja, tidak perlu ikut membaca buku manasik yang di bagikan saat di Tanah Air.
Rombongan sudah memulai tawaf, tujuh kali putaran tanpa putus secara berturut-turut, do`a pada putran pertama, dan melampaikan tangan kanan pada Rukun Yamani dan berdo`a " Robbana aatina fiddunya hasanah wafil akhirati hasanah waqina azabannar."Â
Dan melewati Hajar Aswad kemudian pada posisi awal di lampu hijau mengangkat tangan kanan dan meletakannya pada mulut seolah memberikan salam cium dan melafalkan bacaan, "Bismillahi Allahu Akbar." Â Terus dilakukan seluruh jamaah, putaran kedua, putaran ketiga, putrana keempat dan sampai pada putaran ketujuh.
Selesai putaran ke tujuh rombongan mencoba bergeser kebelakang untuk menghindari rombongan lain yang masih melakukan tawaf, mereka mengambil lurus dengan Multazam , salah satu tempat yang semua do`a di kabulkan Allah.
Kemudian rombongan melanjutkan dengan sholat sunat dua rakaat, di belakang makam Ibrahim, karena masih banyak rombongan mereka mengambil garus lurus saja kebelakang, di sini di sunahkan untuk membaca surah Al-Fatihah dan Al-Kafirun di rakaat pertama, dan di rakaat kedua setelah Al-Fatihah membaca surah Al-Ikhlas, air mata, ya air mata seluruh jamaah mengucur seperti air pancuran, menjadi satu antara kegembiraan dan dosa-dosa yang telah di lakukan, memohon dimaafkan dan diampuni.
Semua jamaah rombongan mereka dapat melaksanakan dengan baik, ustadz Mahrus selanjutnya membawa rombongan untuk melaksanakan sa`i, yaitu sebuah ritual perjalanan atau berlari-lari kecil yang dimulai di bukit Safa dan berakhir di bukit Marwah yang dilakukan sebanyak 7 kali putaran.
Setelah sampai di bukit Safa, mereka menghadap ke Ka`bah disini tidak sebanyak saat tawaf, sehingga agak longgar jamaah yang melaksanakan sa`i, ustadz Mahrus menegadahkan tangan dan berdo`a diikuti seluruh jamaah "Bismillaahirahmaanirrahiim,Abda-u bimaa bada allahu bihi wa rasulluh. Innas safaa walmarwata min sya`aa irillah, Faman hajjal baita awi`tamara falaa junaaha`alaihi ayyattawwafa bihimaa waman tatawwa`a khairan fa innalaaha syaakirun `aliim.Â
Kemudian ustadz Mahrus kembali membaca dan diikuti jamaah masih di bukit Safa, rombongan kemudian berjalan menuju bukit Marwah sambil membaca do`a doa mengikuti yang diucapkan ustadz Mahrus, hanya beberapa jamaah saja yang berjalan sambil membaca buku yang di gantung di leher, Â tidak jauh dari situ ada dua tiang yang terdapat lampu neon berwarna hijau, memasuki jalur ini bagi laki-laki berlari-lari kecil tentu bagi yang mampu kalau yang tidak kuat cukup berjalan saja, kemudian ada lagi tanda lampu neon berwarna hijau tanda akhir dari lari-lari kecil, kembali berjalan tetap membaca do`a. itu terus yang mereka lakukan sampai dengan tujuh kali putaran.
Dan yang terakhir adalah tahalul, memotong sedikit rambut minimal tiga buah, disini bisa bergantian memotong asalkan yang memotong dia sudah di potong terlebih dahulu.
Catur lebih dulu di potong oleh ustadz, kemudian Catur mengeluarkan gunting yang memang sudah dia bawa di dalam tas yang di gantung dileher, dia panggil Noval, setelah dia memotong sedikit rambut Noval diserahkannya gunting tersebut, kemudian Catur bilang," ini potong dulu rambut ibu,"
Noval pergi mendekati Ibunya, sebagian jamaah yang sudah tahalul, agak kepinggir berdirinya menunggu jamaah yang lain, disini baru mulai terasa lelahnya, setelah seharian jalan dan dilanjutkan dengan tawaf dan sa`i, tidak lama terlihat Ibu Bos mendekati Catur, sepertinya beliau sudah di potong rambutya oleh Noval, karena Noval terlihat sekarang sedang memotong rambut Taufiq, hanya Ilos yang belum kelihatan, entah dimana dia.
Tidak berselang lama semua jamaah sudah berkumpul termasuk Ilos, menunggu instruksi ustadz Mahrus lebih lanjut, ustadz mahrus setelah melihat semua ngumpul berkata, " Bapak-Ibu semua alhamdulillah semua rangkaian kita sudah selesai, sekarang kita kembali semua ke hotel, selanjutnya mulai subuh dan sampai besok silahkan acara masing-masing tapi ingat tetap berkelompok ya, minimal dua orang, dari travel kalau ada hal-lain akan kita umumkan, sholat subuh saat ini di sini jam 5.30 tapi jam 3 pagi sudah ada azan, jadi beda dengan kita yang biasa di tanah air," lanjut ustadz Mahrus, dan membawa rombongan kembali ke hotel.
Semua rombongan jamaah lega, sebelum mereka ke hotel mereka saling bersalaman dan saling memaafkan, tidak terkecuali, Ibu Bos dan Catur, begitu juga dengan Ilos, Noval dan Taufiq.
 Perlahan semua keluar berjalan menuju hotel, sudah mulai terpisah, karena jarak hotel dan Masjid dekat, ada yang masih santai terlihat di pelataran masjid seraya berswa foto dengan backround jam di Menara zam-zam tower atau backround nya masjidil Haram, tidak tahan melihat rombongan yang ber swa foto akhirnya mereka berlima pun ikutan foto-foto, sesekali mereka minta tolong kepada jamaah entah dari mana untuk memfoto mereka berlima, puas ber swa foto mereka kembali memutuskan untuk istirahat di hotel.
Sesampai di kamar mereka hanya menyiram badan saja, di kamar terasa sejuknya karena AC dari tadi mereka hidupkan, di dalam Masjid juga terasa sejuknya AC tapi di pelataran masjid dan di jalan tadi panas sekali cuacanya.
"Ada yang mau ikut ngak, aku mau gundul ?" tanya Catur
"Aku mau," kata Ilos
"Aku mau," Â kata Noval
"Aku juga," kata Taufik
Akhirnya mereka sepakat berempat, memakai kaos dan celana panjang, kembali ke tempat orang Arab potong rambut, giliran pertama yang di potong Catur, yang bertiga masing masing jadi foto grafer, kebetulan tidak berapa lama kursi di sebelah Catur kosong, giliran Ilos yang di potong, kali ini Noval dan Taufiq sebagai kameramen dan fotografer, hanya dalam hitungan tidak lebih dari 3 menit selesai satu kepala, selanjutnya giliran Noval, kali ini Catur yang pemandu gaya, Catur minta sama om Arab memotong sebagian dulu rambut Noval, jadi sebelah kiri dulu di potong habis, setelah di foto dan di rekam baru di potong habis, begitu juga dengan Taufiq tidak jauh berbeda.
Setelah semua selesai di potong gundul, mereka minta tolong dengan om Arab untuk memfoto mereka berempat, mereka tertawa bersama, sebelum kembali ke kamar hotel mereka mampir dulu beli jus buah naga yang dijual di samping tukang potong rambut, mereka menikmati sekali jus, hanya saja Catur mengingatkan jangan pakai es, karena begitu kena es, maka suara langsung serak dan batuk mulai menyerang, mereka juga mampir ke swalayan, membeli beberapa minuman mineral dan minuman kaleng, serta makanan-makanan ringan, terutama makanan khas padang pasir, untuk di simpan di kamar.
Edtwentyseven,31052019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H