Suara adzan Shubuh terdengar sayup-sayup di koridor jalur tiga Stasiun Gambir. Penantian ini sepertinya menjanjikan banyak hal, sesuai jadwal pagi ini Catur menjemput kedua orang tuanya dari kampung menuju Bogor untuk melakukan pinangan, jadwal sudah diatur dua minggu yang lalu, pihak keluarga Dessy pun sudah diberi tahu, pagi ini Catur sengaja cuti satu hari untuk kegiatan ini, dia juga meminjam mobil operasional kantor untuk menjemput kedua orang tuanya. Tidak berselang lama ada pemberitahuan dari pengeras suara, kereta yang membawa kedua orang tua Catur akan memasuki stasiun dalam waktu beberapa saat lagi.
Suara Iqomah cukup jelas terdengar dari tempat Catur berdiri, ia ingin melaksanakan sholat Shubuh namun takut kedua orang tuanya nanti malah kebigungan mencari dia, akhirnya di putuskan untuk menunggu kedatangan kedua orang tuanya dulu baru sholat Shubuh.
Terlihat riuhnya penumpang yang turun dari gerbong tiga kereta yang di tumpangi kedua orang tua Catur, Catur merapat perlahan menuju gerbong tiga, karena ia melawan arus, dimana orang ingin keluar sementara Catur kearah masuk. Terlihat satu dua penumpang saja yang keluar, namun kedua orang tua Catur belum terlihat batang hidungnya, Catur mencoba merapat menuju gerbong tiga yang hanya satu dua penumpang saja yang lewat, tak lama terlihat dua orang yang sudah sepuh keluar perlahan dari gerbong, Catur segera menghampiri, di peluknya ayahnya, diciumnya tangannya, setelah itu hal yang sama dia lakukan ke Ibunya, diambilnya sebuah tas tentengan yang di pegang ayahnya, kemudian perlahan meninggalkan gerbong.
"Bapak sama Ibu pasti belum sholat, kita sholat Shubuh di stasiun sini saja ya." Pinta Catur.
"Ia, bapak sama ibu belum sholat, tapi kita ke toilet dulu ya," pinta ayahnya
"Di mushola nanti ada toiletnya pa." Kata Catur
Berjalan bertiga perlahan menuju mushola, Catur menanyakan keadaan keluarganya di kampung, bapak dan ibunya mengatakan semua dalam keadaan sehat dan baik, Â ternak bebek mereka juga lumayan pesat berkembangnya, hanya padi yang gagal panen, karena banjir beberapa hari lalu, jelas kedua orang tuanya.
Selepas Shubuh kembali Catur bertanya kepada orang tuanya, mau sarapan apa, di jawab terserah saja kalau bisa yang hangat-hangat, tadi di kereta dingin sekali kata bapaknya seraya merapikan jaket yang dikenakannya.
"Kita nanti sarapan di rest area Cibubur saja ya,"
"Terserah Catur." Kata bapaknya.
Di dalam perjalanan bapaknya menanyakan, bagaimana keadaan Dessy, bagaimana tanggapan keluarga Dessy dengan rencana prosesi pinangan besok, bagaimana keadaan anaknya Dessy, di tanya bertubi-tubi, Catur hanya menjawab, baik dan semua sudah siap. Sebagai orang tua, dengan jawaban Catur seperti itu bapaknya tahu, ada sesuatu karena berbeda saat Catur menelpun orang tuanya kalau bercerita tentang Dessy dan anaknya, apalagi saat meminta kedua orang tuanya untuk meminang Dessy, sangat bersemangat dan berapi-api, tapi kali ini Catur menjawabnya dengan dingin, sedingin keadaan di dalam gerbong kereta, kata hati ayahnya.
"Ada apa.?"
"Sebelum semua terlanjur, lebih baik di fikirkan baik-baik lagi." Lanjut ayahnya.
Catur sedikit gelagapan, tidak menyangka ayahnya akan berbicara seperti itu, ayahnya walau baru bertemu dapat membaca perbedaan itu, Eh...Eh....Tidak ada apa-apa, pa semua baik-baik saja." Catur menjelaskan. Tapi sebagai orang tuanya dia tahu ada sesuatu.
Kendaraan memasuki rest area Cibubur, masih terlihat sepi hanya terdapat sekitar sepuluh kendaraan yang parkir, setelah memarkirkan kendaraan Catur menggandeng ibunya berjalan menuju tempat sarapan, Catur memang manja kalau sama Ibunya, kalau pulang kampung pun Catur tidur sama Ibunya walau sudah seusia seperti itu.
Catur mengajak kedua orang tuanya sarapan nasi rawon, mereka bertiga menikmatinya, sesekali terlihat mereka bercanda, ada yang lucu saat Catur minta disuapin oleh Ibunya, persis seperti anak kecil, mereka terhenti sejanak karena ada dering HP Catur berbunyi yang diletakkannya di atas meja, dia lihat dari Dessy.
"Assalamualikum."
"Waalaikum salam."
"Bapak sama ibu sudah datang ?"
"Sudah, ini lagi sarapan di rest area Cibubur."
"Setelah ini mau kemana ?"
"Mungkin bapak sama Ibu istirahat saja di rumah, aku nanti sehabis makan siang, mampir ke butik." Kata Catur
"Boleh aku menyapa, Ibu sama Bapak ?" pinta Dessy
"Oh, Eh......Boleh, ini sama Bapak dulu ya."
"Assalamualaikum," Kata Dessy
"Walaikum Salam."
"Salam kenal pak, saya Dessy, perjanannya gimana pak."
"Alhamdulillah, perjalanannya menyenangkan, Dessy bagaimana keadaanya ?"
"Alhamdulillah sehat, pak."
Omongan mereka berdua terhenti sepertinya bingung mau ngomong apa lagi, akhirnya Bapak bilang, Ini ngomong sama Ibu lagi ya, bersamaan dengan bapak menyerahkan handphone ke Ibu.
"Assalamualaikum."
"Waalaikum salam."
Kali ini si Ibu yang memulai, ia banyak menanyakan, sudah sarapan apa belum, sudah mandi apa belum, anakmu bagaimana kabarnya, besok kami kesana pakaian apa, dan banyak hal tetek bengek yang mereka obrolkan, sepertinya Ibu Catur lebih bersemangat, kadang terlihat si Ibu tertawa, sampai terbatuk-batuk segala, tidak lama berselang beliau bicara, " Ya, sudah nanti kalau ketemu kita lanjut, ini sama Catur lagi ya.?"
Catur mengambil handphone yang diberikan oleh ibunya, " Hallo,..Sudah mandi belum ?", Catur mengulang pertanyaan Ibunya.
"Sudah, tadi sebelum Shubuh."
"Ya, Sudah hati-hati ya, sampai nanti siang, Assalamualaikum." Kata Dessy
"Waalaikum salam."
Mereka meninggalkan rest area tepat pukul 08.30 WIB, perlahan Catur memacu kecepatan mobilnya, Â sebelum kerumah untuk istirahat, Catur berkeliling membawa kedua orang tuanya melihat-lihat, Jungle Land Sentul dan Ah Pong, Cuma sekedar lewat karena memang belum buka.
Cahaya matahari masih menyengat di seantero Kota Bogor Selatan, entah berapa derajat, yang jelas begitu keluar dari mobil sangat terasa sekali, Catur sudah menyiapkan kamar untuk kedua orang tuanya, diangkatnya tas yang di bawa orang tuanya, di letakkanya didalam kamar, " Bapak sama Ibu istirahat saja dulu ya, kalau ada yang di perlukan bilang saja, diapun beranjak menuju kamarnya.
Catur masih bingung, pilihan yang sangat berat buat dia, andai dia belum bicara dan meminta cinta Dessy sudah dipastikan 100 % dia akan mengawini janda almarhum istri bos nya, tapi ini dia sudah bicara dan Dessy menerimanya dan besok adalah hari dimana bapak dan ibunya meminang Dessy.
Naluri seorang ayah tidak bisa di bohongi,terlihat ayah Catur keluar dari kamarnya setelah dia lihat istrinya mulai terpejam, dia ketuk perlahan kamar Catur, Catur berdiri membukakan pintu kamarnya, "Boleh bapak masuk ?" bergeser sedikit Catur mempersilahkan bapaknya masuk ke kamar, kemudian di rapatkanya kembali pintu kamarnya.
"Ada apa Catur, bapak melihat perbedaan sikapmu, atau bicaramu, kalau kemarin-kemarin kamu selalu ngomongin tentang Dessy, tapi beberapa hari ini tidak ada kabar itu bapak dengar, biasanya kamu nilpun bapak dan ceria menceritakan rencana- rencana kamu, tapi bapak liat tadi seperti ada sesuatu, apa kamu mau berbagi dengan bapak ?"
Catur tahu persis, dan ini sudah dia perkirakan, pasti bapaknya akan begini, bapaknya sangat peka, sejak Catur kecil bapaknya tahu persis apa yang terjadi sedikit saja kalau ada sikap Catur yang dilihat bapaknya lain.
Catur menceritakan semua kepada bapaknya, dari dia mengenal Dessy, sampai perjuangannya mendapatkan kata "Iya" dari Dessy, begitu juga saat di kenalkan dengan istri bosnya beberapa tahun lalu, Catur sempat menghayal andai istri bos itu jadi istrinya, dan dia ceritakan juga ke bapaknya bagaimana susahnya dia dulu menghilangkan kesukaanya terhadap istri bosnya, dia buang jauh-jauh hayalan itu, termasuk surat wasiat almarhum Bapak Markus Susilo, Bapaknya mendengarkan semua dengan seksama, tanpa di potongnya, dia hanya melihat bagaimana dalam beberapa bulan ini Catur bercerita dengan ceria dan semangatnya, sekarang dengan malas dan lesunya tak bersemangat, selesai semua perasaan gundah nya bukan hilang malah bertambah, sementara ayahnya tersenyum mendengarkan semuanya.
"Kamu yang menjalani nanti semuanya, pilih yang terbaik buat kamu, bagi kami bapak dan ibu mu, siapapun pilihanmu kami senang, prinsipnya kamu senang, kami juga senang, tapi bapak tidak ingin kamu mempermainkan salah satunya. Sholat dan minta petunjuk dari Gusti Allah." Nasihat Bapaknya.
"Ia. Pa."
"Istri almarhum Pak Markus, tahu hubungan Catur sama Dessy ?"
"Sepertinya tidak tahu pak, saya belum pernah cerita kesiapa-siapa."
"Kalau Dessy tahu ada surat wasiat almarhum pak Susilo ?"
"Tidak tahu pak, saya juga tidak ceritakan."
"Diantara keduanya, kamu lebih berat ke Dessy apa istri almarhum ?"
Catur tidak menjawab, semakin gundah gulana hatinya, jangankan untuk menjawab memandang bapaknya saja Catur tidak mampu, dia hanya memandang jari jempol kakinya saja.
"Pikirkan baik-baik ya, mohon petunjuk Gusti Allah." Bapaknya bangkit dari kasur, berjalan menuju pintu, dia buka perlahan sebelum keluar dia balikkan badan, dan sedikit berbisik."Atau kamu mau keduanya."
"hhheemmmmmm.........."
Edeighteen, 21052019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H