Mohon tunggu...
M. Irsyad Maulana
M. Irsyad Maulana Mohon Tunggu... Makeup Artist - Mahasiswa

ZONA BACA

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Filsafat Pendidikan dan Psikologi Perkembangan, Menurut Jean Piaget

12 Maret 2020   10:07 Diperbarui: 10 April 2020   19:58 1090
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

4. Formal operational 12 tahun keatas : sudah stabil, suudah berfikir logis dan absstrak, sudah bisa melihat sikap dewasa, dan bisa merenungkan perbuatannya, umr 12 tahun keatas sudah bisa dibimbing. Berfikirnya berkembang dan sifatnya hirarkis.

G. Implikasi Dalam Pembelajaran

  • Bahasa dan cara berfikir siswa berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajjar denggan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfiikir siswa
  • Siswa-siswi akan belajar lebih baik apabila dapatt menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu siswa agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
  • Bahan yang harus dipelajari siswa hendaknya dirasakann baru tetapi tidak asing
  • Diberikan peluang agar siswa belajar sesuai levelnya
  • Didalam kelas, siswwa-sisswi hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temannya.

H. Kritik 

1. Sukar dipraktekkan, karrena tidak mungkin memahami sttruktur kognitif yang ada dalam setiap orang mahasiswa, jadi tidak mungkin orang memahami struktur kognitifnya siswa yang berjumlah banyak.

2. Lebih dekat kepada psikologi dari pada teori belajar

3. Mana yang lebih berpengaruh,  kualitas atau kuantitas kognisinya

4. Stabilitas dan kelenturan dari kecerdasan

5. Secara relative kecerdasan seseporang tetap stabil pada suatu derajat  kecerdasan tertentu,  namun terdapat perbedaan kemampuan dan kecerdasan  seseorang anak pada usia 3 tahun dibandingkan dengan usia 15 ttahun.

6.Nartur dan nurture

  • Nativisme mempercayai bahwa ada kemampuan otak manusia sejak lahir ttelah dipersiapkan untuk tugas-tugas kognitif, empirisme mempercayai bahwa kemampuan kognisi merupakan hasil pengalaman

  • I.  Belajar tentang anak kecil
  • Kalau kamu  meengajar/mendikte, berarti engkau sedang membuang selamanya kesempatan dia menemukan sendiri, cara mengajar dituruti tapi jangan diberikan solusi/jawaban tapindirangsang untuk mencari sendiri. Biarkan dia berfikir dan beproses mengasah otaknya, jangan dikasih jawaban yang instan, itu berakibat dia tidak akan sabar mengembalakan proses,  didik anakmu sabar ssampai dia menemukan sendiri. Itu akan membentuk dirinya untuk menemukan jawaban sendiri.
  • 1. Ingatlah,  anak-anak itu punya logikanya sendiri, dia  akan seringg  melihat sesuatu hanya apa yang dia sudah tau, yang ada diffkirannya terhadap segala sesuatu dia akan menganggap bahwa gunung,sungai,matahari itu bbuatan manusia, bahhkan tuhan bisa di bayangkan oleh anak kecil menurut duniannya sendiri, misalnya tuhan itu pakai jubbah, berjenggot, pakai baju putih. Itu logikannya anak-anak. Jadi kita kalau berbicara dengan anak-anak kita harus menurunkan levelnya sedikit, sampai anak-anakk meresponnya.jiika kita megang setrika, dimata kita tetap setrika, tapi beda dengan anak kecil, ditangan mereka bisa jadi mobil,perahu, rumah dll. Jangan halangi mereka berimajiinasi dengan logikannya dia sendiiri, itu akkan berakibat menurunnya daya kreativitasnya. Biasanya anak kecil itu serring bertanya, " mama itu apa? Papa ini apa?" sering kali kita ngeluh dan memarahi anak kita, dan itu berakibat anak takut lagi  mau bertanya,  dan tidak mau bertanya lagi sampai terus menerus. Hal ini  perlu  diketahui  dan perlu  dijaga untuk peran orang tua dan guru
  • 2.Kalau dia  menemukan sendri, maka temuan ini akan berguna dan melekat terus dengan dirinya sepanjang hayatnya.
  • J. Belajar Dari Anak Kecil
  • Permainan anak-anak adalah institusi  social, yang paling menyenangkan, disana ada aturan ada hukuman yang disepakati bersama.  Terkadang terjadi konflk antara mereka, dan damainya kembali itu cepat, disini perlu kita  pelajari bahwa, kita sebagai orang dewasa sudah mengerti aturan dan hukuman, dan sering terjadi konflik antar sesama, itupun berangsur lama masalah tersebut tidak terselesaikan, bahkan sampai bertahu-tahun. Nah kita harus mengambil pelajaran kepada anak kecil
  • Egois seperti anak kecil.  Kita  sebagai orang dewasa  terkadang masih mempunyai sifat egosentris, hanya memikirkan dirinya sendiri tanpa melihat orang lain. Ketika kita berada di fase ini, berarti kita masih seperti anak kecil
  • Kita selalu tersituasikan oleeh keadaan lingkungan, kita tidak bisa berfikir kritis, tidak bisa memainkan logika kita, berimajinasi, membuat karya ilmiah, meneliti, karena factor keaadaan lingkungan. Kita sering berfikir bahwa " yaa ini namanya hidup, jalani dan dinikmati aja, kita tidakmau mengembangkan intelektual kita.

Bagaimana kita merumuskan apa yang baru pada diri kita? PLAY " mainkan saja, nanti akan menemukan sesuatu. Jika kita bingung membuat judul skripsi, itu kita kurang bermain, mainkanlah isu-isu yang ada disekitarmu pasti akan muncul ide-ide baru  (JEAN PIAGET)

Untuk guru  dan dosen berhentilah ceramah. Jangan puas tentang memberikan materi dan solusi yang tinnggal  pakai/instan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun