Mohon tunggu...
M. Irsyad Maulana
M. Irsyad Maulana Mohon Tunggu... Makeup Artist - Mahasiswa

ZONA BACA

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Filsafat Pendidikan dan Psikologi Perkembangan, Menurut Jean Piaget

12 Maret 2020   10:07 Diperbarui: 10 April 2020   19:58 1090
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

JEAN PIAGET                                                                 M. Irsyad Maulana

Filsafat Pendidikan 

Psikologi Perkembangan

A.  Aliran Kontruktivisme

Struktur pengetahuan itu disusun ditata itu yang dinamakan konstruktivisme , pengetahua-pengetahuan yang kita dapatkan terhimpun, tersusun seejak kamu lahir. Seperti apa dirimu itu ditentukan oleh pengetahuanmu, orang yang berpengetahuan sesuatu pasti akan menjadi sesuatu. Didalam kontruksivisme tidak ada kata-kata hakikat, misalnya, hakikat manusia itu baik atau buruk? Maka hakikat manusia itu tergantung oleh mereka sendiri.

1`. Terori kontruksivisme sebagai berikut :

a. Setiap orang hakikatnya mempengaruhi antara pembelajaran pembelajaran terdahulu dengan pelajaran terbaru

b. Perbandingan informasi baru dengan pemahaman yang sudah ada

c. Ketika keseimbangan : kesadaran saat gagasan-gagasan tidak konsisten atau sesuai dengan pengetahuan ilmiah.

B. Ciri-ciri pengetahuan dari kontruksivisme

1. Ada dalam proses saling mempengaruhi

Penjelasan: Sekarang mendapat pengetahuan, besok mendapat pengetahuan baru, pengetahuan yang baru ini ada di atas pengetahuan yang lama, maka pengetahuan yang lama direvisi sedikit oleh pengetahuan baru, nanti akan timbul pengetahuan baru,  begitupun seteruusnya

2. Pemahaman lama diganti pemahaman baru

Munculnya pengalaman baru itu dari pengalaman baru, pengalaman yang baru beda dengan pengetahuan yang lama,  penggetahuan lama ini didapat dari pengetahuan yang lama, karena pengalaman baru beda dengan dengan pengetahuan lama, perlu membentuk pengetahuan baru, ketika pengetahuanmu baru konstruksi berpikirmu akan baru, kuncinya kita sendiri. Dimana kesadaranmu bahwa teori yang lama,konsep lama, pengetahuan lama, tidak cocok di era penngetahuan baru.

( "kunci transisinya adalah ketika pengalaman baru tidak terjawab oleh pengetaahuan lama, maka pengalaman yang baru ini akan menjadi titik awal lahirnya pengetahuan baru. Contohnya : saya dari dulu tau bahwa Teh itu manis, ternyata setelah saya meminum teh tersebut rasanya pahit, maka timbul pengetahuan baru, maka saya simpulkan bahwa teh itu tidak selalu manis, terkadang ada juga yang terasa pahit" ) 

 

C. Kognitivisme

Kognitivisme istilahnya adalah kognitif berasal dari kata cognition yang berarti pengertian, mengerti lebih luas lagi. Kognitif juga bisa  dimaknai perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan. Setiap orang memiliki pengalaman-pengalamann sebagai  dasar  pemikiran.  Dan pemikiran itu akan menjadi sumber perilaku  kita,  perilaku ini akan membentuk diri  kita. Implementasinya saya memiliki ilmu pendidikan kewarganegaraan waktu duduk di bangku SD, SMP, SMA, dan saya akan memperluas lagi pengetahuan tersebut  dengan kuliahh mengambil prodi pendidikan kewarganegaraan,  dan akan dikembangkan lagi.  Intinya fokus belajar di kognisi  atau IQ nya.

D. Tujuan Pendidikan

1. Tujuan pendidikan bukan untuk menambah atau meningkatkan jumlah pengetahuan, tapi menciptakan kemungkinan seseorang untuk menemukan atau mencipptakan karyannya sendiri.. untuk menciptakan dan melakukan hal-hal baru.  Jangan kalian mengulang dan menghafa apa yang di  ajarkan , karena tidak akan tumbuh sifat kreatifnya, dan peradaban manusia pun tidak akan berkembang. Misalnya saya mengajarkan membuat mobil, jangan kalian hafalkan bentuk mobil  dan jenis mobilnya, tapi rubahlah bentuk, jenis, dan fungsi mobilnya. Jika tidak ada penerapan seperti ini, maka akan kalah saing dengan dunia sains.

2. Membentuk fikiran yang kritis, dan tidak menerima apapun yang  ditawarkan. Jika hanya bertahan dengan gagasan-gagasan yang terdahulu,ilmu itu tidak akkan berkembang, ilmu akan berkembang ketika ada yang mengkritik, mencari salahnya mencari dimana titik lemah dan tiak tepatnya. Kalau pro dengan gagasan-gagasan yang ditawarkan maka ilmu  tidak akan berkemang.

E.Asumsi Kognitvisme Piaget 

a. Jean piaget menekankan bahwa anak-anak membangun secara aktif dunia kognitif  mereka, iinformasi tidak sekedar di tuangkan kedalam pikiran mereka dari lingkungan

b. Seorang anak akan melalui  serangkaian tahap pemikiran dari  masa bayi hingga masa dewasa.

"Jangan dikira anak-anak hanya meniru saja tenntang informasi yang diberikan, dia akan memahami dan menagkap informasi dengan dunia mereka sendiri, mereka juga membangun logika dan dunia  mereka sendiri. (Jean Piaget) "

F. Proses kognitif 

1. Organisasi

Klarifikasi perilak/konsep kedalam kelompok yang terpisah kedalam kognisi yang tertib, dengan menggunakan kategori-kategori. Ketika bisa mengorganisasikan ilmu maka akan mudah diingat,  kita harus memilah-milah pengetahuan, contohnya dalam fiqih ada yang namanya thoharoh, didalam thoharoh ada wudhu, air, cara mensucikan diri, mandi. Dan Muamalat ada hukum jual beli, musaqoh, utang piutang.

2. Skema

Kumpulan konsep atau kategori yang digunakan individu ketika berinteraksi dengan lingkungan. Konsep-konsep yang sudah terorganisasi kamu  cari hubungannya dengan kategorinya.   

Contoh

3Adaptasi 

  • Adaptasi asimilasiPenyerapan pengalaman baru dimana seseorang memadukan struktur atau persepsi kedalam skema atau perilaku yang telah ada. Contohnya : minum kopi itu sangat enak dan ada manfaatnya, setelah saya meminum kopi secara berlebihan perut saya kembung, disini disimpulkan bahwa kopi itu ada manfaatnya, dan bisa menimbulkan sakit.
  • Adaptasi akomodasiAkomodasi tidak hanya menggabungkan ke skema yang lama, tapi skema lama berubbah menjadi skema baru, hal  tersebut hasil dari gabungan asimilasi, itu yang disebut akomodasi. Bertemu kemudian menghasilkan sesuatu yang baru, bertemu disebut asimilasi, lahirnya sesuatu yang baru disebut akomodasi
  • 4.Keseimbangan
  • Proses menstabilkan asimilasi dan akomodassi dalam proses struktur kognitif. Bertemu dengan informasi baru dan diserap, lalu yakin dengan informasi tersebut. Contohnya : ketika kamu belajar  di youtube dan tidak pernah melihat langsung,, dan setelah itu kamu melihat secara langsung, ternyata hanya biasa-biasa saja dan tidak ada yang menarik,  tetapi kamu tetap mengikuti belajar itu walaupun sifatnya biasa-biasa saja.

Periode

Karakteristik

Kemampuan Bahasa

Sensori motori

(0-2 tahun)

Mengorganisasi kemampuan indera dan motirik

Bahasa muncul setelah beberapa bulan

Preoperational

 (2-7 tahun)

Egosentris, meningkatkan aktivitas simbolik, mulai represenatas

Egosentrik speech, sosialisasi speech

Concret operasional

(7-12 tahun)

Revisibility, conservation, seriation, classification, mencairnya egosentrisme

Mulai memahami bahasa verbal, memahami hal-hal yang kongkret.

Formal operational

(12 tahun)

Mampu berfikir abstrak dan logis, mampu self-reflection,  membayangkan peran-peran orang dewasa karakteristik,  mampu menyadari dan memperhatikan kepentingan masyarakat.

Bahassa lebih berkembang, dapat mengekpresikan  ide-ide dalam bahasa

Penjelasan:

1. Sensor motoric (0-2 tahun): akalnya belum berjalan, hanya panca indra yang mulai bergerak, dan mulai naluriah insting untuk  menangkap pengetahuan dengan panca inderanya.  Mulai bisa melihat, bersentuhan, mulai menangis( sensorik motori) dan di tahap ini bisa menyimpulkan ekspresi(bahasa), ekspresi sedih. Lucu, bahagia, rasa tidak nyaman. Dan ini basisnya naluriah,  jika kamu  ingin berinteraksi dengan dia, harus dengan cara fisik, dikelitik,senyum, senggol dll.

2. Preoperational (2-7 tahun)  : akal mulai berkembang, dan mulai bisa ngomong, era ini harus bisa teliti, karena pengetahuan akan terbentuk dalam era ini, baik buruknya anak ada diiera ini. Dalam usia ini ada beberapa karakteristik yang telah dibentuk, yaitu

  • Egosentris : belum bisa disuruh toleran, hanya bisa memikirkan dirinya sendiri, contoh,  crewet, mau menang sendiri dengan temannya.
  • aktivitas simnbolik mulai berkembang : simbolik(berbicara), sudah bisa berbicara dengan orang lain.  Misalnya : anak bertanya kepada ayahnya, " ayah itu namanya hewan apa???"

3. Concrete operational (7-12 tahun) : sudah bisa membedakan mana yang baiki dan mana yang buruk (reversibility) contoh  : ini adik dan ini kakak, kakak lebih lahir dulu dari pada adik, di era ini berfikir dengan cara berbolak balik itu bisa. Ciri-cirinyya sebagai berikut

  • conservation : sudah bisa mengobrol , dan naluri berfikirnya jalan.
  • Seriation : sudah bisa menentukan, misalnya baris berbaris, laki-laki harus didepan dan perempuan dibelakang
  • Classification : mulain mengerti dia butuh orang lain, senang berteman, dan mulai hilang sifat egosentrinya, biasanya sudah mulai tau dengan teman yang faforit menurutnya.

4. Formal operational 12 tahun keatas : sudah stabil, suudah berfikir logis dan absstrak, sudah bisa melihat sikap dewasa, dan bisa merenungkan perbuatannya, umr 12 tahun keatas sudah bisa dibimbing. Berfikirnya berkembang dan sifatnya hirarkis.

G. Implikasi Dalam Pembelajaran

  • Bahasa dan cara berfikir siswa berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajjar denggan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfiikir siswa
  • Siswa-siswi akan belajar lebih baik apabila dapatt menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu siswa agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
  • Bahan yang harus dipelajari siswa hendaknya dirasakann baru tetapi tidak asing
  • Diberikan peluang agar siswa belajar sesuai levelnya
  • Didalam kelas, siswwa-sisswi hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temannya.

H. Kritik 

1. Sukar dipraktekkan, karrena tidak mungkin memahami sttruktur kognitif yang ada dalam setiap orang mahasiswa, jadi tidak mungkin orang memahami struktur kognitifnya siswa yang berjumlah banyak.

2. Lebih dekat kepada psikologi dari pada teori belajar

3. Mana yang lebih berpengaruh,  kualitas atau kuantitas kognisinya

4. Stabilitas dan kelenturan dari kecerdasan

5. Secara relative kecerdasan seseporang tetap stabil pada suatu derajat  kecerdasan tertentu,  namun terdapat perbedaan kemampuan dan kecerdasan  seseorang anak pada usia 3 tahun dibandingkan dengan usia 15 ttahun.

6.Nartur dan nurture

  • Nativisme mempercayai bahwa ada kemampuan otak manusia sejak lahir ttelah dipersiapkan untuk tugas-tugas kognitif, empirisme mempercayai bahwa kemampuan kognisi merupakan hasil pengalaman

  • I.  Belajar tentang anak kecil
  • Kalau kamu  meengajar/mendikte, berarti engkau sedang membuang selamanya kesempatan dia menemukan sendiri, cara mengajar dituruti tapi jangan diberikan solusi/jawaban tapindirangsang untuk mencari sendiri. Biarkan dia berfikir dan beproses mengasah otaknya, jangan dikasih jawaban yang instan, itu berakibat dia tidak akan sabar mengembalakan proses,  didik anakmu sabar ssampai dia menemukan sendiri. Itu akan membentuk dirinya untuk menemukan jawaban sendiri.
  • 1. Ingatlah,  anak-anak itu punya logikanya sendiri, dia  akan seringg  melihat sesuatu hanya apa yang dia sudah tau, yang ada diffkirannya terhadap segala sesuatu dia akan menganggap bahwa gunung,sungai,matahari itu bbuatan manusia, bahhkan tuhan bisa di bayangkan oleh anak kecil menurut duniannya sendiri, misalnya tuhan itu pakai jubbah, berjenggot, pakai baju putih. Itu logikannya anak-anak. Jadi kita kalau berbicara dengan anak-anak kita harus menurunkan levelnya sedikit, sampai anak-anakk meresponnya.jiika kita megang setrika, dimata kita tetap setrika, tapi beda dengan anak kecil, ditangan mereka bisa jadi mobil,perahu, rumah dll. Jangan halangi mereka berimajiinasi dengan logikannya dia sendiiri, itu akkan berakibat menurunnya daya kreativitasnya. Biasanya anak kecil itu serring bertanya, " mama itu apa? Papa ini apa?" sering kali kita ngeluh dan memarahi anak kita, dan itu berakibat anak takut lagi  mau bertanya,  dan tidak mau bertanya lagi sampai terus menerus. Hal ini  perlu  diketahui  dan perlu  dijaga untuk peran orang tua dan guru
  • 2.Kalau dia  menemukan sendri, maka temuan ini akan berguna dan melekat terus dengan dirinya sepanjang hayatnya.
  • J. Belajar Dari Anak Kecil
  • Permainan anak-anak adalah institusi  social, yang paling menyenangkan, disana ada aturan ada hukuman yang disepakati bersama.  Terkadang terjadi konflk antara mereka, dan damainya kembali itu cepat, disini perlu kita  pelajari bahwa, kita sebagai orang dewasa sudah mengerti aturan dan hukuman, dan sering terjadi konflik antar sesama, itupun berangsur lama masalah tersebut tidak terselesaikan, bahkan sampai bertahu-tahun. Nah kita harus mengambil pelajaran kepada anak kecil
  • Egois seperti anak kecil.  Kita  sebagai orang dewasa  terkadang masih mempunyai sifat egosentris, hanya memikirkan dirinya sendiri tanpa melihat orang lain. Ketika kita berada di fase ini, berarti kita masih seperti anak kecil
  • Kita selalu tersituasikan oleeh keadaan lingkungan, kita tidak bisa berfikir kritis, tidak bisa memainkan logika kita, berimajinasi, membuat karya ilmiah, meneliti, karena factor keaadaan lingkungan. Kita sering berfikir bahwa " yaa ini namanya hidup, jalani dan dinikmati aja, kita tidakmau mengembangkan intelektual kita.

Bagaimana kita merumuskan apa yang baru pada diri kita? PLAY " mainkan saja, nanti akan menemukan sesuatu. Jika kita bingung membuat judul skripsi, itu kita kurang bermain, mainkanlah isu-isu yang ada disekitarmu pasti akan muncul ide-ide baru  (JEAN PIAGET)

Untuk guru  dan dosen berhentilah ceramah. Jangan puas tentang memberikan materi dan solusi yang tinnggal  pakai/instan. 

Untuk siswa dan mahasiswa Kita harus mengembangkan lagi apa yang disampaikan oleh guru/dosen,  jangan menghafal/menirunya, tugas kita adalah mengembangkannya, untuk era selanjutnya.

 Pesan dari piaget. " I  CLOUD  NOT THINK WITHOUT WRITING"

Jika kamu ingin pintar menulislah. kalian harus percaya pada appa yang kamu tulis, nanti akan lebih paham sendiri, mulailah dengan hal kecil, menulis apa yang kamu tahu tentang pengetahuan yang kamu miliki.

#m_irsyad_maulana 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun