Mahasiswa sering kali dihadapkan pada berbagai tantangan yang dapat berdampak negatif pada kesehatan mental mereka. Salah satu faktor utama adalah tekanan akademik yang berasal dari tuntutan tugas, ujian, penelitian, dan harapan untuk berprestasi. Tekanan ini sering kali menyebabkan stres yang berkepanjangan dan kondisi kelelahan yang dikenal sebagai burnout. Burnout dapat mengakibatkan penurunan motivasi dan produktivitas, serta memengaruhi kualitas hidup secara keseluruhan. Oleh karena itu, dukungan psikologis dan strategi pengelolaan stres menjadi sangat penting untuk membantu mahasiswa mengatasi tantangan ini dan menjaga kesejahteraan mental mereka.
Tekanan Akademik pada Mahasiswa
Stres atau tekanan akademik merupakan kondisi yang muncul ketika terdapat ketidaksesuaian antara harapan dari lingkungan dan kemampuan yang dimiliki oleh siswa, yang mengakibatkan mereka merasa terbebani oleh berbagai harapan dan tuntutan tersebut. Mahasiswa dapat mengalami stres atau tekanan yang berasal dari berbagai sumber. Salah satunya adalah masalah akademik, yang berkaitan dengan kesulitan dalam memenuhi tuntutan akademis, penundaan dalam menyelesaikan tugas, prestasi akademik yang rendah, serta masalah kesehatan yang dihadapi.
Dampak dari tekanan akademik yang dialami mahasiswa dapat bersifat baik maupun buruk. Peningkatan tingkat stres atau tekanan akademik dapat mengurangi kemampuan akademis, yang berdampak pada indeks prestasi. Beban yang dianggap terlalu berat dapat memicu gangguan dalam memori, konsentrasi, serta penurunan kemampuan untuk menyelesaikan tugas. Dampak positif dari stres meliputi peningkatan kreativitas dan dorongan untuk pengembangan diri, asalkan tetap berada dalam batas kemampuan individu. Stres atau tekanan dapat berperan penting dalam proses perkembangan diri mahasiswa.
Burnout Akademik
Burnout akademik adalah kondisi di mana individu mengalami kelelahan fisik, mental, dan emosional yang disertai dengan keinginan untuk menjauh dari lingkungan sekitar. Hal ini sering kali diiringi dengan penilaian diri yang rendah, yang mengakibatkan kejenuhan dalam proses belajar, ketidakpedulian terhadap tugas akademik, serta menurunnya motivasi. Akibatnya, individu yang mengalami burnout dapat merasakan rasa malas dan mengalami penurunan prestasi dalam pembelajaran
Burnout akademik dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1.Self-concept: Beberapa penelitian menunjukkan bahwa individu dengan konsep diri yang rendah lebih rentan terhadap stres dan kesulitan dalam mempertahankan rasa prestasi saat menghadapi tekanan.
2.Work overload: Ini merujuk pada situasi di mana jumlah pekerjaan yang diterima individu melebihi kemampuan mereka, baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
3.Lack of social support: Kurangnya dukungan sosial dapat menyebabkan peningkatan tingkat burnout pada seseorang.
4.Lack of control: Penumpukan tugas yang dimiliki individu menyulitkan mereka untuk memprioritaskan tugassesuai dengan urgensi dan kepentingannya
5.Lack of reward: Ketidakcukupan penghargaan untuk diri sendiri dapat
mengurangi semangat dalam menjalani pekerjaan, yang pada gilirannya dapat
mengakibatkan penurunan komitmen dan motivasi belajar.
6.Demographic factors: Menurut
penelitian oleh Soelton et al. (2020), burnout lebih umum terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan, serta pada individu yang masih lajang.
7.Lack of fairness: Situasi di mana sistem di institusi menunjukkan ketidakadilan akibat penerapan aturan yang tidak konsisten dan komunikasi yang kurang efektif dapat menambah tingkat stres.
Pentingnya Dukungan Psikologis
Dukungan psikologis baik dari keluarga, teman, dan profesional, sangat krusial bagi mahasiswa. Salah satu contohnya adalah layanan konseling di kampus, yang dapat berfungsi sebagai alat yang efektif untuk membantu mengelola stres dan mencegah burnout. Dengan dukungan ini, mahasiswa dapat mengatasi tekanan emosional dan menemukan solusi untuk masalah yang dihadapi, mengembangkan strategi yang lebih baik untuk menghadapi stres yang diakibatkan oleh tekanan dan juga burnout akademik, serta meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan mental.
Dukungan ini tidak hanya membantu mahasiswa dalam mengatasi tantangan akademik, tetapi juga berkontribusi padapengembangan keterampilan hidup yang berharga. Dengan memiliki akses ke sumber daya ini, mahasiswa dapat merasa lebih terhubung dan didukung dalamperjalanan mereka, sehingga meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan.
Strategi Mengatasi Tekanan Akademik
Untuk menjaga kesehatan mental, mahasiswa dapat mengambil langkah- langkah berikut:
1.Manajemen Waktu: Susunlah jadwal yang seimbang antara waktu untuk belajar, beristirahat, dan beraktivitas sosial.
2.Relaksasi: Sisihkan waktu untuk
melakukan aktivitas yang menyenangkan, seperti berolahraga, bermeditasi, atau mengejar hobi.
3.Bantuan Profesional: Jangan ragu untuk mencari layanan konseling psikologis jika merasa terlalu terbebani.
4.Komunikasi: Bicarakan perasaan dan tantangan yang dihadapi dengan orang- orang terdekat untuk membantu
meringankan beban mental.
Kesehatan mental merupakan aset yang sangat berharga dan perlu dijaga, terutama selama masa kuliah yang sering kali penuh dengan tekanan. Dengan mengelola stres yang berasal dari tekanan akademik dan mengatasi burnout, serta mencari dukungan yang diperlukan, mahasiswa dapat lebih baik dalam menghadapi tantangan akademik. Selain itu, institusi
pendidikan juga memiliki tanggung jawab penting untuk menyediakan fasilitas dan menciptakan lingkungan yang mendukung kesejahteraan mental mahasiswa.
Dengan menerapkan langkah-langkah ini, diharapkan mahasiswa dapat menjalani
pengalaman studi mereka dengan lebih sehat, produktif, dan bahagia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H