Mohon tunggu...
Mira Yati
Mira Yati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa universitas Muhammadiyah

Penulis pinggiran yang memimpikan kesuksesan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Psikologi Belajar Pada Pendidikan Anak Usia Dini

27 Desember 2022   08:45 Diperbarui: 27 Desember 2022   13:20 521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

PSIKOLOGI BELAJAR PADA PENDIDIKAN ANAKU SIA DINI 

 

Mirayati (2022A1H245)

Pendidikan Guru Sekolah Dasar 

Fakultas Pendidikan Ilmu Keguruan 

Email: mirayati24@gmail.com.

 

Pengenalan psikologi sejak dini terhadap dunia pendidikan memang sangat penting untukdikenalkan, karena kurangnya pengenalan tentang masalah kejiwaan akan berpotensi membuat seseorang kurangmengenal potensi diri atau kekurangan dalam dirinya.Akibatnya beragam, tapi akan lebih kelihatan dampaknya adalah ketika usia remaja. Seorang anak dengan ketidak mengertiannyatentang seluk beluk kejiwaan,akan membentuk pribadi yang cenderung subyektif dan egosentris.Disamping itu pula mereka tidak mengetahui mengenai tipe-tipe kepribadian, oleh karenanya dengan kekurangtahuan terhadap potensi diri menyebabkan mereka cenderung mengambil keputusan berdasarkan emosinya maupun pengaruhdari teman seusianya. 

 

Para orangtua pada umumnya tidak memberikan bimbingan psikologis yang baik pada anak-anak mereka.Pada hal perkembangan anak pada masa empat tahun pertama adalah perkembangan yang paling kritis. Bukan saja pertumbuhan fisik, melainkan pola pengembangan kepribadian aktualiasi kemampuan belajarnya telah nampak juga. Pengembangan kepribadian terbentuk dari berbagai jenis peluang pembelajaran yang diperoleh itu, yang akan dapat meningkatkan pengalaman.Anak usia TK adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat selama pertumbuhannya, minat dan aktivitas anak selalu terkait dengan perkembangan kemampuannya. Oleh karena itu berbagai kegiatan pendidikan sebenarnya bisa dirancang secara sengaja dengan tujuan agar anak memperoleh peluang meningkatkan beberapa kemampuan berdasarkan pengalaman belajarnya. 

Pengalaman yang memperkaya dalam kehidupan psikologi belajar anak terutama dalam hal intelegensi inilah yang menjadi tugas lingkungan untuk dapat memberikan berbagai rangsangan sesuai tuntutan perkembangan anak. Berdasarkan pemaparan yang telah penulis kemukakan di atas, maka beberapa poin penting yang dikaji berdasarkan atas pokok bahasan yangakan diuraian pada pokok bahasan sebagai berikut: 

Pengertian psikologi. 

Psikologi pendidikan anak usia dini. 

Dasar-dasar psikologi dalam pendidikan anak usia dini. 

Aplikasi psikologi belajar ke dalam pendidikan anak usia dini. 

 

 

Pengertian Psikologi 

Kata psikolgi terdiri dari dua kata yang berasal dari bahasa yunani yaitu psyche dan logos. Psyche berarti jiwa atau roh,Sedangkan logos berarti ilmu pengetahuan.Maka dapat diartikan bahwa psikologi adalah ilmu pengetahuan tentang jiwa atau roh. Dalam bahasa arab psikologi sering kali disebut dengan ilmu nafs yang berarti ilmu jiwa kata nafs dalam bahasa arab mengandung arti jiwa, roh, darah, jasad, orang dan diri. Frank bruno dalam dictionary of key word psychology membagi pengertian psikologi dalam tiga bagian yang saling terkait satu sama lain yaitu: 

Psikologi adalah studi tentang roh, 

Psikologi merupakan ilmu pengetahuan tentang kehidupan mental 

Psikologi adalah ilmu pengetahuan tentang tingkah laku organisme (hewan ataupun manusia) 

Sedangkan chaplin mendefinisikan psikologi merupakan ilmu pengetahuan mengenai tingkah laku manusia dan hewan, studi tentang organisme dalam segala variasi dan kerumitannya dalam bereaksi atau melakukan respons terhadap segala,sebagai suatu disiplin ilmu pengetahuan yang otonom. 

Psikologi kemudian mempunyai alirandan cabangkarena terdapat perbedaanlapangan yang dipelajari. Psikologi mulai dipandang sebagai ilmu yang berdiri sendiri. Objek materialnya adalah gejala tingkah laku manusia, baik yang tampak maupun yang tidak tampak, yang dapat diamati dan diukur secara langsung. Oleh sebab itu psikologi didefinisikan sebagai the scientific study of behavior and mental processes. 

Tingkah laku behavior adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh suatu organisme yang diamati dan direkam, seperti berteriak, tersenyum, mengedipkan mata berbicara dan bertanya. Sedangkan proses mental (mental process) adalah pengalaman internal yang kita simpulkan dari tingkah laku, atau aktivitas organisme yang bersifat psikologis, seperti sensasi, persepsi, mimpi, pikiran, fantasi, kepercayaan dan perasaan. Dari berbagai macam aspek pengertian psikologi yang dipelajari maka tingkah laku manusia yakni interaksi manusia dengan dunia sekitarnya, bik yang berupa manusia lain (human relationship) maupun yang bukan seperti hewan, iklim, kebudayaan dan sebagainya. 

           Hakikat bidang kajian psikologi banyak menyentuh bidang kehidupan diri organisme, baik manusia maupun hewan. Penyelidikan dilakukan mengenai bagaimana dan mengapa organisme itu melakukan apa yang mereka lakukan. Namun lebih khusus psikologi lebih banyak dikaitkan sebagai ilmu pengetahuan yang berusaha memahami perilaku manusia, alasan dan cara mereka melakukan sesuatu dan juga memahami bagaimana manusia berpikir dan berperasaan. 

Atas dasar beberapa devinisi yang dipaparkan berdasarkan penelitian para ahli psikologi maka dapat disimpulkan bahwa unsur yang ada dalam diri manusia yakni jasmani, jiwa/rohani, dan akal, apabila dipadukan dalam pola pendidikan yang integrative maka akan mampu melahirkan anak didik yang utuh secara fisik, mental, maupun intelektual, dengan memfungsikan ilmu jiwa atau psikologi yang dapat membantu dalam pengembangan pemikiran (neurosains) kesehatan, fisik dan mental serta ilmu pengetahuan mengenai tingkah laku manusia dan binatang melalui studi organisme dalam segala variasi dan kompleksitasnya untuk bereaksi terhadap perubahan yang terjadi di lingkungannya. 

 

Psikologi Pendidikan Anak Usia Dini 

Upaya layanan psikologis saat ini dikenal dengan istilah bimbingan konseling, yang berkembang dengan pesat sejak abad XX, banyak faktor yang mendorong pesatnya perkembangan disiplin ilmu ini, hingga mampu menerobos institusi-institusi pendidikan khususnya sekolah pada tahap awal (TK atau yang sedrajat). Pada tahap perkembangan layanan psikologis disekolah telah menyatu dan terintegrasi pada sistem pendidikan yang menyeluruh.Sehingga oleh para ahli pendidikan secara nasional hal tersebut menjadi disiplin ilmu baru, yakni psikologi pendidikan. 

Psikologi pendidikan dalam hal ini secara harfiah diartikan sebagai upaya mengubah perilaku individu (anak didik) dalam lingkungan yang terkontrol. Sementara para ahli psikologi lain mendefinisikan psikologi pendidikan sebagai aplikasi penemuan-penemuan psikologi dalam bidang pendidikan, atau studi yang sistematis mengenai proses dan faktor-faktor kejiwaan yang bersangkut paut atau berhubungan dengan pendidikan, atau cabang psikologi yang membahas masalah-masalah belajar dan mengajar. 

Terlepas dari berbagai definisi di atas yang jelas wilayah garapan psikologi pendidikan adalah diri pribadi pelaku pendidikan baik anak didik, guru atau pelaku pendidikan lainnya.Dengan kejelasan objek garapan psikologi pendidikan ini, diharapkan dapat membantu tercpainya tujuan pendidikan dengan lebih mudah.Atas dasar ini maka psikologi pendidikan bisa disebut disiplin ilmu yang merupakan anak cabang psikologi dengan objek khusus pendidikan. 

Berdasarkan definisi di atas maka psikologi pendidikan anak usia dini dapat diartikan sebagai suatu cabang ilmu psikologi pendidikan yang mempelajari tentang berbagai perilaku anak usia dini baik secara overt (tampak/nyata) maupun covert(tidak nyata) untuk dipelajari sehingga dapat diberikan berbagai upaya yang sistematis, logis dan terencana dalam rangka memberikan stimulasi/intervensi sejak dini secara tepat agar potensi anak dapat berkembang sesuai dengan apa yang diharapkan. 

          Sejak dipublikasikannya hasil riset mutakhir dibidang neurosince dan psikologi, fenomena pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan keniscayaan, karena anak usia dini merupakan usia yang memiliki rentangan waktu sejak anak lahir hingga usia 6 tahun, di mana dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Alasannya, perkembangan otak pada usia dini (0-6 tahun) mengalami percepatan hingga 80% dari keseluruhan otak orang dewasa, hal tersebut mengacu pada seluruh potensi dan kecerdasan serta dasar perilaku seseorang telah mulai terbentuk pada usia ini sehinga usia dini sering disebut the golden age (usia emas). Atas dasar ini disimpulkan bahwa untuk menciptakan generasi yang berkualitas pendidikan harus dilakukan sejak dini yaitu melalui PAUD. 

Psikologi pendidikan yang mengkhususkan pada anak usia dini dirasakan masih belum tersentuh, padahal ilmu psikologi mengakui bahwa perilaku bermasalah pada orang dewasa berkaitan erat dengan pengalaman buruk di masa anak-anak. Tetapi selama ini ilmu psikologi di institusi pendidikan hanya mengatasi perilaku bermasalah di masa anak-anak tidak diantisipasi sedini mungkin, sehingga tumbuh dan berkembang sedemikian rupa dan akhirnya meledak menjadi perilaku bermasalah pada usia dewasa. 

Atas dasar ini psikologi pendidikan perlu menaruh perhatian khusus kepada anak usia dini melalui institusi pendidikan anak usia dini (PAUD). Tujuannya adalah mengantisipasi munculnya bibit perilaku bermasalah yang dapat membahayakan masa depan anak. Dengan demikian psikologi pendidikan tidak hanya diberikan kepada anak didikyang telah bermasalah perilakunya saja, tetapi juga kepada mereka yang perilakunya tidak bermasalah.Hal ini, dimaksudkan agar psikologi dapat mencegah munculnya prilaku bermasalah dikemudian hari. 

Tentu saja mencegah akan jauh lebih mudah daripada mengobati, asas ini pula yang akan diberlakukan pada psikologi PAUD. Dengan kata lain mencegah munculnya perilaku bermasalah pada anak jauh lebih mudah daripada mengatasi perilaku bermasalah pada orang dewasa. 

Terkait hal tersebut maka ada beberapa alasan yang dapat memberi pemahaman dalam mengidentifikasi pencegahan perilaku bermasalah yang paling tepat untuk dilakukan pada masa usia dini yakni menjaga originilitas kepribadian anak, kemudian intensitas hubungan antara orang tua dengan guru PAUD dan persiapan mental memasuki sekolah dasar. 

Berdasarkan tindakan pencegahan tersebut maka keberadaan psikologi pada lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD) sangat dibutuhkan, harapannya dengan keberadaan psikologi PAUD ini, anak dapat terkontrol perkembangan mentalnya, sehingga sepanjang masa pertumbuhannya hingga masa dewasa jauh dari gangguan mental. 

 

Dasar - dasar Psikologi Dalam Pendidikan Anak Usia Dini 

Tahap awal pembelajaran anak pada masa periode emas adalah masa di mana otak anak mengalami perkembangan paling cepat sepanjang kehidupannya. Periode ini hanya berlangsung pada saat anak dalam kandungan hingga usia dini, yaitu 0-6 tahun. Namun masa bayi dalam kandungan hingga lahir, sampai usia 4 tahun adalah masa-masa yang paling menentukan. Oleh karena itu kunci pembentukan kecerdasan otak anak adalah pada usia dini atau periode emas. 

Berkaitan dengan periode emas sebagai kunci pembentukan keceradasan anak tersebut, Deborah Stipek sebagaimana dikutip Lawrence E. Shapiro, menyatakan bahwa anak usia dini menaruh harapan yang tinggi untuk berhasil dalam mempelajari segala hal, meskipun dalam praktiknya selalu buruk. Artinya pada usia ini anak dapat di didik untuk melakukan apa saja (segala hal) dan mereka mempunyai kepercayaan diri yang tinggi untuk berhasil, meskipun dalam praktiknya sangat buruk bahkan terskesan mustahil. 

Jika diperhatikan dalam belajar, anak pada masa emas jauh lebih banyak berhasilnya daripada gagalnya.Sebagai contoh ketika seorang anak di didik membaca dan menulis mereka jauh lebih cepat menguasai, kemudian ketika mereka berimajinasi mampu menemukan ide-ide baru diluar dugaan orang dewasa, pendek kata kemampuan seseorang pada masa kanak-kanak dalam menerima berbagai stimulasi jauh lebih berhasil. 

Menyikapi hal ini, Maria Montessori berpendapat bahwa pada masa itu setiap anak mengalami apa yang disebutnya sebagai penyerapan pikiran atau absorbent mind 

(pikiran yang menyerap) dimana kekuatan otak anak dalam menyerap segala sesuatu bagaikan Spon yang siap menyerap apapun yang disentuhnya. Pada masa ini, pikiran yang meyerap dalam bahasa Montessori, hanya berlangsung sekali seumur hidup manusia. Masa yang satu kali ini sekaligus menjadi kunci perkembangan potensi dan kecerdasan anak di masa-masa selanjutnya. Tahapan tumbuh kembang otak pada periode emas tersebut, menurut Mustamir Pedak dan Maslichan, terdapat lima tahapan tumbuh kembang otak anak yakni Proliferasi, Migrasi, Diferensiasi, Mielinisasi, dan Snaps. 

Berdasarkan tahapan dan pencapaian tumbuh kembang otak anak pada periode emas tersebut hendaknya para guru terutama orang tua, mampu memanfaatkan periode ini sebaik mungkin sehingga anak bisa tumbuh dan berkembang menjadi anak cerdas. 

Mengenal kepribadian anak usia dini dalam dunia psikologi dikenal emapat tipe kepribadian yaitu korelis, sanguine, phegmatis, melankolis. Mungkin empat tipe kepribadin ini terlalu sederhana untuk melukiskan kepribadian anak secara keseluruhan, mengingat semua anak pasti mempunyai ciri khas yang pasti berbeda dengan anak yang lainnya.Walaupun demikian untuk mempermudah pemahaman, tidak ada salahnya teori yang sudah lama teruji kebenarannya ini digunakan untuk mengenali tipe-tipe kepribadian anak. 

        Pada dasarnya semua tipe kepribadian adalah baik dan mempunyai kekuatan besar dibidangnya masing-masing, sebab semua itu adalah karunia Tuhan, dan Tuhan adalah zat yang Maha baik lagi Maha kuat, tetapi sifat baik yang melekat pad kepribadian seseorang tidaklah sempurna karena hanya Tuhan sendirilah yang sempurna. Dalam kehidupan sehari-hari jarang sekali ditemukan orang yang mempunyai tipe kepribadian tertentu secara murni, biasanya yang terjadi dalam setiap orang adalah kombinasi alamiah antara dua atau lebih tipe kepribadian, sebab pada masing-masing tipe kepribadian terdapat kelemahan.Oleh sebab itu sudah menjadi naluri semua orang untuk meminimalisasi kelemahan dan mengoptimalkan kekuatannya. 

Setiap anak dengan segala sifat uniknya mempunyai gaya belajar tersendiri, perbedaan ini sekaligus menjadi ciri khas kepribadiannya. Bahkan beberapa studi kepribadian menunjukkan bahwa pembentukan kecerdasan ditentukan oleh kesesuaian antara gaya belajar atau bermain anak dengan gaya mengajar guru. Dengan demikan dapat dipahami bahwa antara anak yang satu dengan anak yang lain mempunyai gaya belajar yang berbeda-beda. 

Hubungan perkembangan dalam belajar anak yang terlihat bukan hanya kegiatan fisik tetapi diikuti oleh proses mental, kegiatan fisik mempunyai arti penting dalam kegiatan belajar, sisi ini tidak hanya sebagai penopang kegitan belajar tetapi juga berperan untuk mendapatkan keterampilan-keterampilan tertentu. Keberhasilan anak melewati fase pertumbuhan fisik membuat anak menjadi orang yang siap secara fisik. 

Perkembangandalam psikologi belajar anak merupakan sebuah konsep yang cukup rumit dan kompleks, di dalamnya terkandung banyak dimensi oleh sebab itu untuk memahami konsep perkembangan psikologi belajar anak perlu terlebih dahulu memahami konsep lain yang terkandung di dalamnya, di antaranya pertumbuhan, kematangan, dan perubahan. 

Selama masa pendidikan prasekolah, anak akan terus melakukan integrasi terhadap pembentukan pola kehidupannya sampai kepada batasan yang kompleks. Proses integrasi pola-pola yang semakin kompleks tersebut Laura E. Berk menyebutnya sebagai dynamic system, kemudian anakanak akan mulai mengembangkan keterampilan baru lagi seiring dengan pertumbuhan badan dan kekuatan fisik. Oleh karena itu sistem syaraf sentralnya mulai berkembang dalam lingkungan barunya dengan memulai tantangan baru. Proses berpikir pada tahapan belajar anak adalah sebagai aktivitas gradual dari fungsi intelektual kepada hal yang konkrit menuju abstrak, proses belajar yang demikian sebenarnya terdiri atas tiga tahapan yakni asimilasi, akomodasi, equilibrasi. 

Guru yang menaruh perhatian lebih banyak pada aspek kesesuaian antara rancangan dalam programnya dengan level kemampuan performa yang dicapai anak didik mampu menciptakan situasi belajar dari diri sendiri melalui pengalaman dan eksperimen untuk menemukan pengetahuan dan kemampuan baru yang khas bagi peserta didik. 

 

Aplikasi Psikologi Belajar Kedalam Pendidikan Anak Usia Dini 

          Ruang lingkup psikologi belajar merupakan disiplin ilmu yang merupakan cabang dari psikologi, ketika psikologi belajar masuk pada ranah pendidian anak usia dini maka kajian dari proses aplikasi psikologi belajar itu sendiri mengacu pada konsep bermain sambil belajar dan belajar seraya bermain.  

Bermain atau permainan dalam belajar memiliki pengertian sebagai aktivitas untuk memperoleh kesenangan. Konteks belajar pada anak, apa yang membedakan antara bermain dan belajar, secara sepintas keduanya hampir sama dan sulit untuk dipisahkan sebab dunia anak adalah dunia bermain. Di sisi lain belajarnya anak sebagian besar melalui permainan yang mereka lakukan. Oleh karena itu jika keduanya (bermain dan belajar) dipisahkan sama artinya dengan memisahkan anak-anak dari dunianya sendiri, akibatnya anak menjadi terasing dalam lingkungan hidupnya. 

Menurut Montessori ketika sedang bermain anak akan menyerap segala sesuatu yang terjadi dilingkungan sekitarnya, dengan demikian anak yang bermain adalah anak yang menyerap berbagai hal baru disekitarnya. Proses penyerapan inilah yang disebut sebagai aktivitas belajar. 

Kondisi pembelajaran yang menyenangkan sekaligus menantang inilah yang mempunyai potensi besar untuk membentuk karakter anak menjadi seorang pembelajar sejati.Hasil belajar anak meningkat tajam, karena semakin banyak permainan yang dilakukannya, semakin menambah tingkat kecerdasannya. Lebih dari itu kelak di masa dewasa bahkan hingga dimasa tua, ia akan mempunyai hobi yang sangat mengagumkan yakni belajar, karena mereka menikmati belajar sama dengan menikmati permainan. 

Perasaan inilah yang mendorong anak untuk belajar setiap saat tanpa disuruh dan diawasi, bahkan tanpa penghargaan sekalipun.Inilah karakter seorang pembelajar sejati, semakin tinggi tingkat kesulitannya semakin tertantang, semakin rumit tingkat ketelitiannya semakin meninggikan rasa ingin tahu, semakin luas wilayah kajiannya semakin menggembirakan untuk dijelajahi, inilah kekuatan besar dari gabungan antara belajar dan bermain. 

Berdasarkan dari pemaparan di atas maka Mayke S. Tedjasaputra memknai bahwa tertawa merupakan tanda dari kegiatan bermain, dan tertawa ada di dalam aktivitas sosial yang dilakukan bersama sekelompok teman. Hal tersebut juga dikaji oleh beberapa pakar psikologi bahwasanya ketika anak-anak yang masih berumul 0-6 tahun, mengungkapkan bahwa senyum bayi di masa awal bersumber dari aktivitas sistem saraf yang mungkin merupakan refleksi dari kondisi fisiologis yang nyaman akibat mengantuk atau kekenyangan. semakin bayi sadar secara kognitif akan merespons hangat pengasuhnya dan semakin tajam penglihatannya untuk melihat wajah yang akrab dengannya, senyum seorang bayi diekspresikan secara emosional dan diarahkan secara sosial. Lewat gerakan fisiknya seorang bayi akan belajar tentang gerak tubuhnya dan sesuatu yang lain. Ketika ia menjatuhkan mainan, menumpahkan air dan melontarkan pasir, pikiran anak menangkap bagaimana tubuh dan organnya dapat mengubah dunianya, dan perasaan peran diri mulai muncul. 

 

Makna dari perkembangan manusia itu sendiri adalah seseorang yang dapat memahami dirinya sendiri dengan mempelajari apa yang mempengaruhi mereka ketika kecil, kemudian perilaku bayi adalah sebuah proses perkembangan orang tua dan pendidikan yang menjadi lebih menaruh perhatian terhadap pengenalan dan pemenuhan kebutuhan perkembangan psikologis anak. Konsep proses perkembangan seumur hidup yang dapat dipelajari secara ilmiah inilah yang dinamakan perkembangan selama rentang kehidupan (life-span development). 

Ketika bidang perkembangan manusia menjadi sebuah disiplin ilmiah maka tujuannya pun berkembang mencakup deskripsi, penjelasan, prediksi dan modifikasi perilaku. Keempat tujuan ini bekerja beriringan sebagaimana yang dapat kita lihat pada perkembangan bahasa. 

Misalnya untuk mendeskripsikan kapan anak normal mengucapkan kata pertama mereka dan seberapa banyak kosakata yang mereka kuasai pada umur tertentu, para pakar perkembangan manusia mengobservasi sejumlah kelompok anak-anak dan menetapkan norma, atau standar perilaku mereka untuk berbagai umur. Kemudian mereka menjelaskan apa yang menyebabkan atau mempengaruhi perilaku yang diobservasi tersebut misalnya bagaimana anak-anak menerima dan belajar menggunakan bahasa dan mengapa anak-anak yang kehilangan kesempatan untuk mengenal bahasa di awal kehidupannya sehingga tidak bisa untuk berbicara. Pengetahuan akan hal tersebut membuat mereka dapat memprediksi perilaku dimasa mendatang dari kemampuan berbahasa di umur tertentu. Contohnya anakanak dengan keterlambatan perkembangan bahasa akan merasa sulit untuk berbicara akhirnya pemahaman tentang bagaimana bahasa berkembang mungkin dapat digunakan untuk memodifikasi perilaku perkembangan. 

Kecerdasan anak tidak hanya diukur dari sisi neurologi (optimalisasi fungsi otak) semata tetapi juga diukur dari sisi psikologi yaitu tahap-tahap perkembangan atau tumbuh cerdas, Artinya anak yang cerdas bukan hanya yang otaknya berkembang cepat, tetapi juga cepat dalam pertumbuhan dan perkembangan pada aspek-aspek yang lain. Aspek-aspek yang dimaksud adalah fisik motorik, bahasa, kognitif, sosial emosional dan rasa beragama. 

Aspek-aspek perkembangan anak usia dini sebagai dasar bagi psikologi perkembangan pendidikan anak usia dini meliputi beberapa aspek yaitu perkembangan fisik motorik yang mencakup perkembangan jasmaniah melalui kegiatan pusat saraf, urat saraf, dan otot yang terkoordinasi.Gerak tersebut berasal dari perkembangan refleks dan kegiatan yang telah ada sejak lahir, dengan demikian sebelum perkembangan gerak motorik ini mulai berproses maka anak akan tetap tak berdaya. Anak yang cerdas tumbuh kembangnya akan mempunyai kelenturan badan yang tinggi, elastisitas gerak motorik yang memadai, kepiawaian mengoordinasikan anggota badan yang serasi, kerapian dalam pekerjaan dan keluwesanbertindak. 

Stimulasi untuk meningkatkan perkembangan fisik motorik pada anak usia dini Benyamin Bloom dalam William Crain mengungkapkan bahwa rentang penguasaan psikomotorik ditunjukkan oleh gerakan yang kaku sampai pada gerakan yang lancar atau luwes. Sehingga kesempurnaan kecapian gerak ini dapat menunjang tingkat kegeniusan anak. 

Belajar sambil bermain dimaksudkan agar anak bisa belajar dengan rasa senang sehingga hasil belajarnya bisa optimal, oleh karena itu tidak ada permainan khusus dalam setiap jenis pelajaran melainkan sembarang permainan yang dapat mengiringi belajar anak dan anak merasa senang dibuatnya. 

 

Jadi dapat disimpulkan bahwa Perkembangan psikologi belajar pada pendidikan anak usia dini memberikan pengaruh yang positif penting dalam perkembangan psikologinya, karena perkembangan psikologi yang baik dapat diamati dalam pemikiran mental yang sehat, pengukuhan egoisme, harga diri yang tinggi, kepekaan terhadap kebebasan dalam mengadaptasikan diri terhadap lingkungan kehidupan disekitar. Begitu pula sebaliknya apabila perkembangan psikologi yang kurang baik dapat diamati pada harga diri yang rendah dan juga pada kemunculan perbagai masalah tingkah laku dan mental. Oleh sebab itu pentingnya perkembangan psikologi ini sangat jelas karena mempunyai pengaruh yang sangatbesar bagi keberhasilan, hubungan sosial dan kesejahteraan seseorang individu pada masadepannya. 

Orangtua dapat berperan dengan sukses seandainya mereka memahami anaknya. Mereka harus menerima anak mereka tanpa syarat dan menyediakan berbagai stimulasi pada tahap awal masa kanak-kanak. Mereka sepatutnya secara penuh menjalani peran tersebut dan harus juga mempunyai pemahaman tentang tingkahlaku serta perangai anak. Orangtua juga seharusnya melibatkan diri dalam perkembangan psikologi anak-anak secara langsung dan secara tidak langsung pula serta menyediakan peluangpeluang bagi berbagai pengalaman terutama pengalaman bersama teman sebaya. Dan yang paling akhir, orangtua harus bekerjasama dengan keluarga lain atau dengan pihakpihak (yayasan atau sejenisnya) dalam penjagaan anak-anaknya.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun