Mohon tunggu...
Mira Wati
Mira Wati Mohon Tunggu... Mahasiswa - -

Sedang belajar , sedang mencoba , dan sedang berusaha meningkatkan kemampuan menulis :)

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kenali dan Cegah Anemia Defisiensi Besi, Demi Generasi yang Berkualitas di Masa Mendatang

19 Februari 2021   16:28 Diperbarui: 19 Februari 2021   19:58 867
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelumnya teman-teman pasti sudah mengenal apa itu anemia. Anemia sendiri merupakan kondisi dimana kadar Hemoglobin (Hb) yang bersirkulasi dalam tubuh berada dalam kondisi yang rendah. Penyebab dari anemia adalah kekurangan zat besi yang dikonsumsi oleh tubuh atau sering juga disebut Anemia Defisiensi Besi.

Anemia dapat dialami oleh siapa saja termasuk remaja, ibu hamil, ibu menyusui, dan balita sehingga menjadi masalah kesehatan lintas generasi. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2018 prevalensi anemia pada remaja sebesar 32% yang artinya 3-4 dari 10 remaja menderita anemia, serta terjadinya peningkatan angka anemia pada ibu hamil sebesar 37.1% pada 2013 menjadi 48.9% pada 2018.

Tingginya presentase anemia pada remaja putri dan ibu hamil sangat memperihatinkan karena dapat berpengaruh pada meningkatnya angka mal nutrisi/stunting pada generasi yang dilahirkan, sehingga dapat mempengaruhi kualitas sumber daya manusia di masa mendatang.

Prihatin dengan kondisi tersebut Danone Indonesia salah satu perusaan yang berkomitmen untuk mendukung kesehatan masyarakat, bekerjasama dengan Indonesian Nutrition Association (INA) menyelenggarakan edukasi melalui Webinar dengan judul “Peran Nutrisi dalam Tantangan Kesehatan Lintas Generasi” yang diharapkan mampu meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya nutrisi dan edukasi yang tepat untuk menciptakan generasi yang sehat terutama mengenai pencegahan anemia.

Menurut narasumber Dr.dr. Diana Sunardi, M.Gizi,Sp.Gk

Siklus Stunting dapat terjadi karena adanya Malnutrished Young Girl atau remaja putri yang memiliki status gizi kurang baik tumbuh menjadi Malnutrished Mother. Ibu hamil dengan mal nutrisi berpotensi melahirkan Underweight Baby atau bayi dengan berat badan yang kurang. Jika bayi dengan berat badan kurang tidak dibarengi dengan nutrisi yag baik pada masa balita maka akan beresiko terjadinya Stunted Child atau bayi dengan status gizi yang buruk.

Berikut gejala anemia pada ibu hamil antara lain :

Indonesian Nutrition Association
Indonesian Nutrition Association
Selain berpotensi melahirkan generasi mal nutrisi/stunting kondisi anemia pada ibu hamil memiliki banyak dampak kesehatan bagi diri sang ibu antara lain  :        
  • Pre eklamsia atau kondisi tekanan darah yang tinggi pada ibu hamil sehingga berpotensi menyebabkan kejang pada saat kehamilan.
  • Bayi terlahir prematur
  • Meningkatnya resiko Infeksi
  • Gangguan pertumbuhan janin
  • Gangguan fungsi jantung, dan
  • Pendarahan pasca melahirkan

Tidak hanya untuk ibu, anemia juga memiliki dampak yang tidak baik bagi anak. Perlu kita ketahui pertumbuhan pada anak di pengaruhi berbagai faktor antara lain :

  • Protein
  • Vitamin
  • Karbohidrat
  • Kalsium
  • Mineral, dan
  • Zat Besi

Zat besi adalah salah satu komponen yang berpengaruh besar pada pertumbuhan anak sehingga kondisi anemia defisiensi besi berpengaruh pada proses pertumbuhannya. Berikut adalah dampak anemia bagi anak anak :

Indonesian Nutrition Association
Indonesian Nutrition Association
Garis besarnya, anemia akan menghambat tumbuh kembang anak-anak. Kondisi gangguan konsentrasi dan pertumbuhan dapat memicu rendahnya prestasi dan sumber daya manusia pada generasi kita mendatang.

Berikut adalah gejala anemia secara umum :

Indonesian Nutrition Association
Indonesian Nutrition Association
Karena kita sudah sama-sama tau dampak anemia pada kesehatan lintas generasi, mari kita cegah anemia dengan konsumsi gizi seimbang dan lengkap berupa makanan kaya akan zat besi serta mengoptimalkan penyerapan zat besi pada tubuh.

Berikut faktor-faktor asupan yang dapat memicu anemia defisiensi besi antara lain :

  • Asupan zat besi yang rendah, terutama besi heme.
  • Asupan vitamin c yang rendah.
  • Konsumsi sumber fitat yang berlebihan.
  • Konsumsi sumber tanin yang berlebihan (Kopi, dan Teh).
  • Menjalankan diet yang tidak seimbang.

Indonesian Nutrition Association
Indonesian Nutrition Association
Perlu diketahui, zat besi heme banyak terkandung pada sumber makanan hewani yang mudah di diserap oleh tubuh, sedangkan zat besi non-heme banyak terkandung pada sumber makanan nabati yang perlu proses pengoptimalan agar dapat diserap dengan baik oleh tubuh. Berikut adalah cara yang dapat kita lakukan untuk mengoptimalkan penyerapan zat besi non-heme :
  • Konsumsi asupan mengandung asam askrobat (vitamin c)
  • Konsumsi asupan mengandung asam sitrat, dan
  • Komponen makanan-makanan lainnya.

Selain mengonsumsi makanan yang dapat mengoptimalkan penyerapan zat besi, kita juga perlu tau komponen yang dapat menghambat penyerapan zat besi non-heme pada tubuh, antara lain :

  • Fitat
  • Tanin (Zat yang terkandung pada teh dan kopi)
  • Polifenol
  • Kalsium, dan
  • Seng (zinc)

Dari komponen diatas dapat kita ketahui mengapa wanita tidak diperkenankan mengonsumsi kopi dan teh berlebihan karena zat tanin yang terkandung didalamnya menghambat proses penyerapan zat besi non-heme sehingga berpotensi memicu anemia defisiensi besi yang akan berdampak pada kualitas generasi yang akan dilahirkan.

Sebagai informasi berikut adalah bahan makanan yang banyak mengandung zat besi :

Indonesian Nutrition Association
Indonesian Nutrition Association
Beikut adalah makanan yang mengandung sumber vitamin c untuk mengoptimalkan penyerapan zat besi non-heme bagi tubuh :

Indonesian Nutrition Association
Indonesian Nutrition Association
Sampai saat ini Kementrian Kesehatan RI senantiasa mengupayakan pengentasan masalah anemia lewat upaya intervensi spesifik program 1000 hari pertama kehidupan, pemberian tablet tambah darah (TTD) pada remaja putri dan ibu hamil, penanggulangan anemia melalui edukasi dan promosi gizi seimbang, fortifikasi zat besi pada bahan makanan, serta penerapan hidup bersih dan sehat.

Untuk remaja putri, mari peduli akan kesehatan dan kebutuhan gizi kalian mulai dari sekarang demi terciptanya generasi berkualitas dimasa mendatang. Pesan dari Kementrian Kesehatan “cantik itu sehat bukan kurus”.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun