Sebelumnya teman-teman pasti sudah mengenal apa itu anemia. Anemia sendiri merupakan kondisi dimana kadar Hemoglobin (Hb) yang bersirkulasi dalam tubuh berada dalam kondisi yang rendah. Penyebab dari anemia adalah kekurangan zat besi yang dikonsumsi oleh tubuh atau sering juga disebut Anemia Defisiensi Besi.
Anemia dapat dialami oleh siapa saja termasuk remaja, ibu hamil, ibu menyusui, dan balita sehingga menjadi masalah kesehatan lintas generasi. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2018 prevalensi anemia pada remaja sebesar 32% yang artinya 3-4 dari 10 remaja menderita anemia, serta terjadinya peningkatan angka anemia pada ibu hamil sebesar 37.1% pada 2013 menjadi 48.9% pada 2018.
Tingginya presentase anemia pada remaja putri dan ibu hamil sangat memperihatinkan karena dapat berpengaruh pada meningkatnya angka mal nutrisi/stunting pada generasi yang dilahirkan, sehingga dapat mempengaruhi kualitas sumber daya manusia di masa mendatang.
Prihatin dengan kondisi tersebut Danone Indonesia salah satu perusaan yang berkomitmen untuk mendukung kesehatan masyarakat, bekerjasama dengan Indonesian Nutrition Association (INA) menyelenggarakan edukasi melalui Webinar dengan judul “Peran Nutrisi dalam Tantangan Kesehatan Lintas Generasi” yang diharapkan mampu meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya nutrisi dan edukasi yang tepat untuk menciptakan generasi yang sehat terutama mengenai pencegahan anemia.
Menurut narasumber Dr.dr. Diana Sunardi, M.Gizi,Sp.Gk
Siklus Stunting dapat terjadi karena adanya Malnutrished Young Girl atau remaja putri yang memiliki status gizi kurang baik tumbuh menjadi Malnutrished Mother. Ibu hamil dengan mal nutrisi berpotensi melahirkan Underweight Baby atau bayi dengan berat badan yang kurang. Jika bayi dengan berat badan kurang tidak dibarengi dengan nutrisi yag baik pada masa balita maka akan beresiko terjadinya Stunted Child atau bayi dengan status gizi yang buruk.
Berikut gejala anemia pada ibu hamil antara lain :
- Pre eklamsia atau kondisi tekanan darah yang tinggi pada ibu hamil sehingga berpotensi menyebabkan kejang pada saat kehamilan.
- Bayi terlahir prematur
- Meningkatnya resiko Infeksi
- Gangguan pertumbuhan janin
- Gangguan fungsi jantung, dan
- Pendarahan pasca melahirkan
Tidak hanya untuk ibu, anemia juga memiliki dampak yang tidak baik bagi anak. Perlu kita ketahui pertumbuhan pada anak di pengaruhi berbagai faktor antara lain :
- Protein
- Vitamin
- Karbohidrat
- Kalsium
- Mineral, dan
- Zat Besi
Zat besi adalah salah satu komponen yang berpengaruh besar pada pertumbuhan anak sehingga kondisi anemia defisiensi besi berpengaruh pada proses pertumbuhannya. Berikut adalah dampak anemia bagi anak anak :
Berikut adalah gejala anemia secara umum :
Berikut faktor-faktor asupan yang dapat memicu anemia defisiensi besi antara lain :
- Asupan zat besi yang rendah, terutama besi heme.
- Asupan vitamin c yang rendah.
- Konsumsi sumber fitat yang berlebihan.
- Konsumsi sumber tanin yang berlebihan (Kopi, dan Teh).
- Menjalankan diet yang tidak seimbang.
- Konsumsi asupan mengandung asam askrobat (vitamin c)
- Konsumsi asupan mengandung asam sitrat, dan
- Komponen makanan-makanan lainnya.
Selain mengonsumsi makanan yang dapat mengoptimalkan penyerapan zat besi, kita juga perlu tau komponen yang dapat menghambat penyerapan zat besi non-heme pada tubuh, antara lain :
- Fitat
- Tanin (Zat yang terkandung pada teh dan kopi)
- Polifenol
- Kalsium, dan
- Seng (zinc)
Dari komponen diatas dapat kita ketahui mengapa wanita tidak diperkenankan mengonsumsi kopi dan teh berlebihan karena zat tanin yang terkandung didalamnya menghambat proses penyerapan zat besi non-heme sehingga berpotensi memicu anemia defisiensi besi yang akan berdampak pada kualitas generasi yang akan dilahirkan.
Sebagai informasi berikut adalah bahan makanan yang banyak mengandung zat besi :
Untuk remaja putri, mari peduli akan kesehatan dan kebutuhan gizi kalian mulai dari sekarang demi terciptanya generasi berkualitas dimasa mendatang. Pesan dari Kementrian Kesehatan “cantik itu sehat bukan kurus”.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H