Mohon tunggu...
Ira
Ira Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

...

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

The Social Dilemma: Sisi Terang dan Gelap Media Sosial, Benarkah Algoritma Media Sosial Memanipulasi Penggunanya?

15 Juli 2021   19:50 Diperbarui: 15 Juli 2021   20:24 465
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tristan sendiri mengakui ia merasa kecanduan surel dan frustasi dengan industri teknologi secara umum. Namun dia berinisiatif membuat keputusan semacam kampanye atau ajakan untuk bergerak. Ia sadar membuat keputusan yang akan berdampak pada semua manusia. Ajakannya mendapat respon cukup baik. Hal itu menciptakan semacam momen budaya yang harus dianggap serius oleh google.

Google, sebuh layanan yg sangat berguna hingga dikagumi manusia pada tahun 2006, yang pada saat itu memberi banyak kebaikan bagi dunia.  Namun, tanpa disadari seperti google dan facebook bahwa mereka bersaing memikat perhatian.

Facebook, Snapchat, Twitter, Instagram, YouTube, Google dan sosial media lainnya membuat orang terpaku pada layar. Faktanya, semua hal atau tindakan yang dilakukan manusia di internet itu di awasi, dilacak, diukur, diantau dan di rekam dengan hati-hati. Semua dapat mereka diprediksi, bahkan bisa memprediksi emosi macam apa yang memicumu penggunanya.

Perusahaan teknologi memiliki 3 tujuan utama, yaitu :

1. Keterlibatan untuk menaikkan penguunaanmu agar terus scrool layar

2. Pertumbuhan, tuk mengundang banyak teman.

3. Iklan, tuk memastikan bahwa seiring semua itu terjadi mereka menghasilkan uang dari iklan

Semua tujuan ditangani oleh algoritme. Arthur C. Clarke mengatakan "Semua teknologi yang canggih tidaklah berbeda dari sulap". Teknik pertumbuhan menjadi standar untuk Silicon Valley (daerah yang memiliki banyak perusahaan yang bergerak dalam bidang komputer dan semikonduktor). Perusahaan seperti google dan facebook akan terus mengeluarkan banyak eksperimen kecil yang terus mereka lakukukan pada pengguna. Fakanya itu adalah  manipulasi. Kita semua adalah kelinci percobaan dengan artian kita adalah ombi dan mereka ingin melihat kita melihat lebih banyak iklan agar mereka dapat lebih banyak uang.

Facebook dapat mempengaruhi perilaku dan emosi dunia nyata juga dapat mengambil uang dan data dari semua aktifitas penguna sebagai keuntungan tanpa memicu kesadaran penggunanya. Chamath Palihapitiya, seorang former VP of Growth dari Facebook mengungkapkan bahwa mereka tahu cara memanipulasi pengguna secepat mungkin lalu membalasnya dengan stimulasi dopamin. Dopamin merupakan jenis senyawa kimia (neurotransmitter) dan hormon di tubuh yang berkaitan dengan rasa bahagia dan kesenangan diri. Hal itu mereka lakukan dengan sangat baik di Facebook, Instagram, WhatsApp, Snapchat dan twitter.

Sosial media bukan alat yang menunggu untuk digunakan. Ia mempunyai tujuan dan cara tersendiri untuk memperolehnya menguunakan psikologi pengguna melawan diri. Kita beralih dari memiliki lingkungan teknologi berbasis alat ke lingkungan teknologi berbasis kecanduan dan manipulasi. Itulah yang berubah.

"There are only two industries that call their costumers 'Users': Illegal Drugs and Software". (Edward Tufte). Yang artinya "Hanya ada dua industri yang menyebut pelanggan mereka 'Pengguna': Narkoba dan Perangkat Lunak". (Edward Tufte)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun