Dia tidak bisa apa-apa. Dia takut, tetapi memang seharusnya ia katakan hal itu kepada penghuni hutan lainnya. Tetapi ketakutannya menang. Pasti banyak petinggi tidak setuju dan Kancil si hewan cerdik itu pasti telah disogok oleh Serigala. Kelinci pun pergi.Â
"Maafkan aku, Tupai dan Rubah."Â
Kelinci berpikir. Bagaimana dengan Kancil? Tunggu, bagaimana bisa mendapatkan keadilan? Bahkan Kancil yang cerdik dan seharusnya menjadi pendukung rakyat saja mau menerima sogokan Serigala demi kepentingan diri sendiri. Kelinci pun sakit hati dan meneteskan air matanya. Kelinci dengan sendu berlari, ia sangat takut mengatakan hal sebenarnya karena jika itu terjadi pasti nanti akan berdampak buruk kepadanya.Â
Catatan:
Dengan ini, mari kita menjunjung keadilan sosial sebagaimana sila terakhir Pancasila., Bebas dari penyogokan. Dengarkanlah suara-suara rakyat kecil. Mulailah memilah berita hoaks dan fakta karena belum tentu cerita yang dikatakan orang lain itu benar. Marilah menjadi pemberani yang pintar berpikir sebelum berbuat tidak gegabah. Saya, Miranda Adam menulis cerpen ini berharap sebagaimana kalian yang membaca cerpen saya, bisa mengambil hal positif dari cerita ini dan menyukai cerita ini. Oh, kenapa seekor Rubah menjadi pemeran utama? Karena saya sangat menyukai Rubah.Â
Depok, 21 Agustus 2022.
Penullis: Miranda Adam adalah siswa SMKN 57 Jakarta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H