"Baiklah. Tapi, jangan sampai warga tahu. Apa yang sudah aku lakukan," pinta Singa menatap Serigala dengan tajam.
Rubah pun tidak habis pikir. Sahabatnya meninggal karena dibunuh oleh Serigala. Bahkan, kematiannya tanpa keadilan. Napas Rubah naik-turun dan ia tidak bisa tenang. Marah Dan gelisah. Bagaimana ini bisa terjadi? Dugaan yang sudah Rubah katakan tadi di pesta ternyata adalah fakta. Siapa yang telah mengubah sifat pemimpin menjadi tidak benar? Siapa yang menyetujui bahwa Singa sebagai perwakilan dari hutan yang dulunya damai?
Rubah membalikkan badannya dan berpikir. Bagaimana cara menjebak Singa dan Serigala? Rubah terus berpikir dan tiba-tiba ia menemukan caranya. Namun, ia membutuhkan saksi mata hewan lain. Bagaimana caranya agar semua hewan tahu, apalagi sudah tidak ada lagi yang mau membantunya. Bahkan, teman pun ia tidak punya. Bagaimana bisa mendapatkan saksi mata selain dirinya? Rubah menggebu-gebu, tetapi hatinya tersekat. Ia pun berlari mendekati Singa dan Serigala. Kemudian, dia berteriak-sekeras kerasnya.
"Ha-ha-ha-ha! Bagaimana  pemimpin seperti kau menjadi Raja di Hutan yang dulunya damai ini?!" teriak Rubah. Napasnya memburu oleh emosi. la sangat berapi-api. Serigala dan Singa terlonjak dan kaget melihat kehadiran Rubah. Mereka berdua bertatapan. Singa pun angkat bicara.
"Ada apa, Rubah?" tanya Singa. Singa berusaha untuk tenang. Matanya linglung. Otaknya berpikir keras. Singa takut salah berucap. Sedangkan, Serigala terdiam di depannya la takut dan panik setengah mati. Sementara Serigala mempunyai nama yang cukup dikenal baik oleh penghuni hutan.
"Menjadi pemimpin, selain membutuhkan keberanian dan tanggung jawab, juga harus memberikan perlindungan Dan keadilan dengan baik!" ujar Rubah. Â Apalah daya menjadi hewan yang bukan siapa-siapa. Tidak punya jabatan, makanan yang cukup, bahkan rumah pun tidak menetap. Singa memutar bola matanya mencari akal.Â
"Semua hewan, bahkan manusia, tidak munafik soal itu, Rubah!" jawab Singa marah. Ia langsung memberikan syarat mata kepada Serigala. Lalu, Serigala pun mendekati Rubah perlahan dengan muka seram dan menyeringai. Rubah menggeleng-gelengkan kepalanya perlahan sambil mundur. Tetapi, Rubah bertekad harus tetap berani! Ia membuka suara lagi.
"Pemimpin macam apa kau, Singa? Menjadikan hewan lain sebagai tumbal dan membayar hewan lain untuk citra yang baik?"Â
Serigala pun langsung menerjang Rubah dengan beringas, begitu pun dengan Singa. Ajal dari seekor hewan cantik berbulu merah itu menyambutnya.Â
Singa pun berkata, "Kau pemberani, Rubah. Tetapi, tetapi berani dan bodoh itu hanya beda sedikit." ujar Singa yang membuat tawa Serigala meledak padahal ia sedang asyik menyantap Rubah.
Di balik itu semua, seekor kelinci melihat kejadian tersebut. Kelinci sangat terkejut. Tupai yang tidak salah apa pun mati sia-sia tidak mendapatkan keadilan. entah siapa pembunuhnya. Kini Rubah yang terfitnah dengan tuduhan yang tidak pernah ia lakukan mati tidak mendapatkan keadilan juga. Kelinci menangis karena kasihan kepada mereka berdua, tupai dan Rubah.Â