8) Menjadi seniman tidak dibedakan oleh ras, jenis kelamin, kelas sosial, dan usia.
9) Seni jalanan adalah desentralisasi dan adanya kontrol nyata dari produsen ke konsumen secara sosial
10) Bisa menjadi kota utama seni jalanan, atau kota terdepan dari berbagai tren seni.
Idealnya MuralÂ
Kalau seni mural bisa menjadi "wadah-wadah" perwujudan dan pengungkapan hasrat, angan-angan, ketakutan, dan aspirasi manusia—para penjelajah kreativitas ingin menawarkan pertanggungjawaban atas sisi-sisi terbaik dan terburuk manusia. Ruang inilah yang juga menjadi tempat hak asasi manusia (Gilmore 2006: 190).
Lalu apa yang dilakukan pemerintah atas mural-mural yang ada dan akan berkembang terus?Â
Baiknya pemerintah memberikan perhatian untuk berbuat lebih. Salah satunya dengan menjembatani  dan merespon "wadah-wadah" atas seni graffiti dan mural. Memahami dan mengerti timbulnya pergeseran visual dari seni mural. Pemerintah mengatur dan berperan secara bijak dan nyata. Artinya dengan memperhatikan hak-hak asasi manusia.Â
Tindakan pemerintah berupa kebijakan-kebijakan nasional dan memberikan ruang baru untuk merespon pernyataan-pernyataan lain. Memfasilitasi ruang publik untuk menciptakan negosiasi dan dialog dan sebagai interaksi dan komunikasi ke seniman.
Sebab, sebenarnya... dari seni jalanan inilah membantu menunjukkan kesenjangan kaum urban dan kisah-kisah yang tak tersampaikan. Dan memberi sebuah platform untuk mempertanyakan peraturan-peraturan yang masih berbentuk teori dan tidak dipraktikkan.Â
Semoga mural-mural mendatang bisa berkembang baik dan pesat, dan pemerintah ada hadir dalam ruang publik yang berisikan dialog, komunikasi, kebijakan-kebijakan nasional untuk menjawab kondisi sosial, karena seni jalanan memiliki andil dalam perlindungan hak-hak: menuntut ‘…keadilan bagi semua’