Mohon tunggu...
Mira Gustiani
Mira Gustiani Mohon Tunggu... Koki - Pelajar SMA Negeri 01 Padalarang

Hidupku bermanfaat hidupku menyala

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Novel | Kebersamaan Keluarga, Surga Nyata di Dunia

4 Februari 2020   12:13 Diperbarui: 4 Februari 2020   12:27 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Poppy pun menjawab "enggalah, untung nenek bertanya kepada bapak, terus bapak jawab kalo aku anak dia dan cucu nenek"

Hari itupun kami habiskan dengan obrolan yang sangat lucu

Itu adalah salah satu momen dari sekian banyak yang aku ingat pada masa kecil kami. Walaupun saudara-saudaraku tidak begitu dekat dengan nenek dan kakek, tapi kami sangat menyayangi nenek dan kakek, kami gak mau kehilangan mereka. Tanpa mereka kelurga kami sulit berkumpul. Karena kakek dan nenek adalah alasan kami berkumpul setiap hari.

Waktu begitu cepat berlalu, saat saat dimana kesedihan dan dukapun datang. 2013 kami harus kehilangan sosok nenek luar biasa, air mata tak bisa dibendung dan rasa sakit hati kami yang saat itu dirasakan karena kehilangan sosok wanita tua yang amat kuat selama ini kami kenal.

Air mata yang keluar bukan hanya tangisan kami karena kehilangan nenek saja, tapi kami tidak tega melihat kakek kehilangan sosok nenek yang selama ini setia mendampingi kakek, walapun nenek sudah bertahun-tahun lumpuh dan harus duduk di kursi roda. Kamipun berusaha untuk selalu menghibur kakek dengan apapun caranya agar tidak memikirkan nenek terus-menerus. Saat nenek pergi meninggalkan kami semua, saat itu juga kakek sedang koma di rumah sakit, hingga menjadi sejarah bagi kami kalau meninggalnya nenek, tanpa kakek tahu.

Kakek mengetahui nenek meninggal itu setelah tiga hari kakek sadar dari koma. Hal yang paling sedih ketika kakek pulang dari  rumah sakit setelah kurang lebih 1 bulan berada di ruang ICU, lalu sesampainya di rumah harus disambut dengan tiadanya nenek di rumah untuk selama-lamanya. Begitulah kurang lebih perjuangan sosok nenek untuk mempertahankan hidupnya namun takdir berkata lain, kamipun kehilangan nenek. Tetapi kami tidak biarkan kesedihan ini berlarut-larut, banyak sekali kebahagiaan yang kita dapat dibalik dukanya kami kehilangan sosok nenek.

Peristiwa yang masih aku ingat saat dimana nenek masih ada, serta kakek dan nenek saat itu masih sehat. Kami semua berlibur ke Taman Mini Indonesia Indah Jakarta Timur, dan itu adalah liburan terakhir kami bersama nenek dan kakek. Selebihnya kami lewatkan bersama kakek di rumah. Dibalik itu ada suatu kejadian dimana aku dan saudara saudaraku saat di TMII, kami bermain sewa sepeda gas.

Kamipun berboncengan berpasang-pasangan. Dilla bersama Intan, Poppy bersama Nadia, Elfa bersama Yunita, dan aku bersama maudi. Awalnya asik asik aja kami menikmati indahnya pemandangan dengan mengelilingi TMII, ketika itu kami berpencar lalu bertemu kembali, yang aku ingat hanya ketwa, dan ketawa yang bisa kami lakukan. Saat itu aku dibonceng oleh Maudi saudara paling mudaku.

"Mud, coba sekarang giliran aku deh yang ngendarain sepeda. Kamu di belakang" ucap aku

"yakin teh Mir??" maudi berkata dengan khawatir

"semoga bisa, ini gimana?" akupun masih bertanya soal pakai sepeda gas itu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun