Setelah melewati daerah Paranggombong, barulah menemui jalan yang sudah di cor. Sepanjang jalan menuju daerah Kutamanah maupun Sukasari terlihat pemandangan beberapa gunung yang tertutup kabut dan pemandangan Danau Jatiluhur, benar-benar indah. Jalan raya yang tidak terlalu lebar namun sangat  jarang kendaraan yang lewat membuat perjalanan menjadi lancar. Jalanan yang sepi menjadi timbul pertanyaan apakah sepanjang perjalanan tidak ada begal mengingat jalur yang dilalui menuju Kecamatan Sukasari sangatlah sepi. Namun ternyata menurut seorang teman yang terbiasa bolak-balik ke Kecamatan Sukasari, perjalanan ke Sukasari Purwakarta sangatlah aman.Â
Memasuki jalan Desa Cisaat, jalanan berubah menjadi jalan bebatuan yang kemudian tidak berapa setelah itu kami sampai di salah satu sekolah yang menjadi tempat pertemuan rombongan dengan kawan kami. Kurang lebih 2 jam kami melakukan perjalanan menuju Kecamatan Sukasari. Setelah istirahat minum dan menikmati cemilan kami melanjutkan perjalanan ke daerah Cimata Indung untuk menikmati makan siang dan melihat UMKM disana yaitu Kopi, Gula Aren dan Sentra Kerajinan dari Eceng Gondok  (Akan dibahas di tulisan berikutnya)
Jalan yang dilalui semakin sempit, bebatuan dan hanya bisa dilalui oleh satu kendaraan saja tapi pemandangan hamparan sawah yang hijau dan bukit yang dilalui seakan bisa menggantikan kelelahan kami melalui jalanan bebatuan nan sempit.
Menikmati Makan Siang dengan Sayur Rebung dan Ikan dari Danau Jatiluhur
Kami pun tiba di akses mobil terakhir yang kemudian dilanjutkan dengan jalan kaki untuk menuju rumah Pak Komar untuk menikmati makan siang. Pak Komar adalah seorang warga yang mempunyai usaha kopi, gula aren sedangkan istrinya merupakan pengrēajin eceng gondok. Kami disuguhi kopi khas Sukasari yang wangi, rasanya enak dan tentunya beda dengan kopi lainnya. Kami juga menikmati suguhan air hangat yang telah ditambahkan gula aren. Semuanya mantap dinikmati ketika cuaca sedang hujan.
Untuk makan siang kami disuguhi nasi liwet dan ikan asin dari Danau Jatiluhur. Ada juga sayur rebung yang rasanya mantap sekali. Makan siang hari itu kami kenyang. Untuk cuci mulut kami menikmati Durian yang berasal dari kebun warga dan rasanya enak dan manis. Baru kali ini saya menikmati durian seenak itu. Ternyata harga durian di daerah Cimata Indung  berkisar antara 40 – 50 ribu.  Sedangkan Durian Montong dijual mulai harga 60 ribu rupiah.
Setelah makan siang tadinya kami akan melanjutkan perjalanan ke Curug Cimata Indung yang terletak tidak jauh dari rumah Pak Umar kurang lebih jalan kaki sekitar 20 menitan namun karena hujan terus-terusan dan waktu yang sudah hampir sore kami pun memutuskan untuk tidak berkunjung ke Curug itu.