Pada saat diasingkan pula, Ipik Gandamana diam-diam mendapat tugas dari Pemerintah RI untuk menyusun pemerintah Kabupaten Bogor Darurat yang berpusat di Jasinga dan kemudian ditetapkan menjadi Bupati Bogor yang pertama pada tahun 1948 dan kemudian dilantik lagi oleh wakil Gubernur Jawa Barat untuk merangkap menjadi  Bupati Lebak. Ipik Gandamana menjadi Bupati Bogor dari Tahun 1948  hingga tahun 1950.
Kemudian di tahun 1953, Ipik Gandamana dilantik menjadi Residen Priangan. Dan pada saat menjadi Residen, Ipik Gandamana menjadi salah satu delegasi yang ditunjuk pemerintah untuk studi banding ke Amerika Serikat. Tujuannya mempelajari ketatanegaraan dan tata usaha pemerintahan pada umumnya dan beberapa objek lain pada khususnya.
Jika anggota MPR dan DPR RI sekarang apabila melakukan studi banding tapi tidak pernah ada pertanggungjawaban hasil studi banding itu ke publik, namun berbeda dengan Ipik Gandamana yang menyadari perlunya mempertanggungjawabkan hasil studi banding selama tiga bulan di Amerika dalam bentuk laporan yang kemudian dijadikan buku yang berjudul "Melawat ke Negara Dollar" yang terbit tahun 1956. Laporan tersebut menjelaskan tentang pelaksanaan demokrasi ketatanegaraan dan tata usaha pemerintahan di Amerika dan juga tentang cerita pribadi Ipik selama studi banding di Amerika.
Ketika menjabat sebagai menteri dalam negeri, Ipik Gandamana pernah mengeluarkan instruksi kepada semua gubernur dan para pejabat yang bersangkutan untuk tidak mengecualikan wanita dari hak untuk dipilih dan memilih serta diangkat sebagai kepala desa. Instruksi ini dibuat sebagai pelaksanaan pengembangan ketatanegaraan khususnya mengenai pemerintah desa.
Pasca gerakan 30 September 1960, Ipik Gandamana beserta Jenderal H.A. Nasution dan R.E. Martadinata terkenal resuffle kabinet oleh Presiden Soekarno karena dianggap anti PKI atau Komunis.
Karier politik terakhirnya adalah menjadi Anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA) yang memiliki tugas memberikan nasehat dan pertimbangan kepada Presiden.
Selain itu, Ipik Gandamana merupakan salah satu pendiri dari universitas terbaik di Jawa Barat yaitu Universitas Padjajaran (Unpad). Bukti nyata bahwa Ipik Gandamana merupakan salah satu pendiri Unpad adalah dengan adanya Piagam Penghargaan "Satya Karya Bhakti Pendidikan" yang kini disimpan dengan baik oleh cucunya.
Setelah pensiun, Ipik Gandamana menghabiskan masa tuanya dengan berkumpul bersama istrinya, Nyi Raden Endeh Soekarsih Natanegara dan keempat anaknya dan pada tahun 1972, Ipik Gandamana mendapatkan tanda kehormatan Bintang Mahaputera Utama (III) dari presiden Soeharto. Ipik Gandamana meninggal di Bandung tanggal 06 Agustus 1979 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Cikutra Bandung.
Menurut salah satu cucu Ipik Gandamana yang berhasil saya dan kawan saya temui yaitu Rd. Ade Yunadi Enjun, di kota kelahiran Ipik Gandamana yaitu Purwakarta masih terdapat rumah tempat Ipik dilahirkan.Â