“ Ini juga untuk kebaikan Diaz , bu … ” .
“ apa ?! kamu bilang untuk kebaikan Diaz ? he , kamu gak tau betapa mengerikannya di dalam sana ? . Nenek rentan itu mulai getir.
“ Bu , tolong ibu tenang , nanti penyakit ibu kambuh lagi … !” . Kata si menantu mulai mengkhawatirkan kesehatan mertuanya .
Saking keselnya , si nenek meninggalkan mereka berdua dan langsung masuk ke kamarnya dan isak tangis pun mulai terdengar di balik pintu kamar yang setengah tertutu itu .
Sementara Ipeh di sebrang sana mulai galau menunggu kabar dari Diaz . Dia pun membuka kembali chat mereka seminggu yang lalu dan pesan terakhir dari Diaz bahwa hapenya rusak dan akan di servis dia juga meminta Ipeh untuk bersabar menunggu kabar darinya . Sekarang sudah lebih dari satu minggu tak kunjung ada kabar dari Diaz dan disana Ipeh mulai merasakan ada kejanggalan .
Perasaannya tidak tenang hingga akhirnya dia memutuskan untuk menghubungi neneknya Diaz . Neneknya Diaz yang sudah tau tentang Ipeh tak segan lagi untuk menceritakan keadaan Diaz yang sebenarnya . Dengan isak tangis dia pun mulai bercerita dan tanpa terasa air mata Ipeh di sebrang sana pun menetes . Ipeh merasa sedih juga kecewa akan perilaku Diaz , bukan kah dia bilang sudah berhenti minum ? Tapi lihat apa yang sekarang terjadi ? .
“ Ternyata memang susah merubah tabiat buruk seseorang kalau tidak di dasari niat dari hati sendiri ” . Ipeh membatin .
Tiga minggu sudah Diaz mendekam di penjara , keadaanya sangat memperihatinkan dan neneknya yang tak sanggup lagi melihat penderitaan cucu kesayangannya itu langsung mengeluarkan senjumlah uang jaminan untuk membebaskan Diaz dari tahanan . Nenek rentan itu sudah tak menghiraukan lagi apa pesan dari orang tua Diaz sebelum mereka pergi ke Jepang , yaitu agar tetap membiarkan Diaz mendekam di penjara sebagai pelajaran untuk hidup Diaz .
-bersambung-