Mohon tunggu...
MinOz Kimchi
MinOz Kimchi Mohon Tunggu... -

BMI menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

You are My Angel (2)

28 Oktober 2014   15:25 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:27 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“ Kasihan cucu nenek , lihat muka kamu sudah tidak terurus kaya gini ! ”

Diaz masih termenung , padangannya kosong kedepan .

“ Maafin nenek ya sayang , gak cepat cepat ngeluarin kamu dari tempat terkutuk itu … ” . Lanjut si nenek sambil mengelus ngelus rambut Diaz yang lurus dan hitam yang kini sudah nampak gondrong . Air mata Diaz menetes tak terasa .

“ Nek , Diaz janji gak akan ngecewain nenek lagi … ” . Kata Diaz dengan penuh penyesalan ketika berada di dalam mobil menuju perjalanan pulang ke rumahnya . Sepertinya penjara telah membuatnya jera kali ini .

“ Iya … nenek percaya sama cucu nenek ko ! ” . Jawab nenek rentan itu penuh haru , tanganya yang keriput mengenggam tangan Diaz erat .

“ selama kamu berada disana Ipeh hampir tiap hari menelpon nenek , dia selalu menghibur nenek . Nenek rasa dia memang bisa jadi istri yang baik Yaz , makanya setelah pertemuan nanti , nenek berharap banget kalian langsung ngeresmiin saja hubungan ” . Celoteh si nenek . Mendengar cerita neneknya barusan , Diaz tersipu malu .

“ Tapi aku telah ngecewain dia nek , aku juga gak yakin kalau dia masih mau sama aku … ”

“ kalau Nenek rasa sih gak akan seperti itu , tapi nanti kamu harus minta maaf dan janji gak akan buat dia kecewa lagi … ”

Diaz menganggukan kepala .

Pak sopir yang menyaksikan adegan sedih antara nenek dan cucu itu pun ikut terharu . Cuaca Jakarta sangat panas terasa pada siang itu , Diaz pun segera melemparakan padangannya keluar sana dengan maksud untuk menyembunyikan air mata yang sendari tadi tak hentinya menetes .

Satu minggu sudah Diaz menghirup udara kebebasan , untuk menghilangkan kepenatannya dia memilih kota Bandung . Tak hanya untuk itu , tujuan lain dia ke Bandung adalah untuk melakukan pertemuan dengan keluarga Ipeh terlebih dahulu . Hanya sekedar untuk membuktikan akan kesungguhannya terhadap Ipeh.

Di sebuah vila miliki keluarganya dia mencoba mencari suasana baru . Setelah dirasa hatinya cukup tenang Diaz pun kembali mengaktifkan ponselnya . Begitu banyak pesan yang masuk tapi matanya langsung tertuju pada nama Ipeh .

“ Diaz , bagaimana pun keadaanmu sekarang perasaan aku akan tetap sama dan kita akan tetap pada kesepakatan kita yang dulu . Semangat ya ! ” .

Itu merupakan salah satu pesan yang telah dikirim Ipeh satu bulan yang lalu . Membacanya , Diaz sedih juga malu dan yang paling membuat dadanya sesak tak lain Diaz tak sanggup menahan rasa rindu . Dia rindu suara Ipeh yang selalu bisa membuat hatinya tenang .

Dia pun tak sabar untuk segera menghubunginya tapi tertahan oleh rasa malu yang teramat besar . Dirinya sadar telah membuat Ipeh kecewa , sebagai lelaki dia tidak bisa memegang omongannya . Selang beberapa detik tiba-tiba ada panggilan masuk dari Ipeh , dia pun sempat termenung sejenak . Bingung , antara menekan tombol Jawab atau Tidak ?! .

“ Yaz … ? ”. Terdengar suara Ipeh memanggil namanya di sebrang sana . Diaz masih hening .

“ Yaz , I miss you … , so much … ” .

Mendengar kata rindu yang terlontar , hati Diaz langsung luluh .

“ I miss you too , sayang … ” .

Ipeh di sebrang sana langsung tersenyum lega . Percakapan pun berlangsung hingga satu jam , dua jam sampai tiga jam . Semua kembali seperti dulu dan mereka masih tetap pada kesepakatan pertemuan perdana mereka yang tinggal sisa dua minggu lagi .

Esok harinya Diaz pun mengunjungi kediaman Ipeh . Sebuah rumah yang sangat sederhana dan asri di daerah Jatinangor . Ketika tiba di rumah itu , sambutan hangat dari keluarga Ipeh di terima Diaz . Diaz begitu menyukai anggota keluarga Ipeh yang semuanya sangat ramah , dia pun merasakan kehangatan kasih sayang yang selama ini dia dambakan . Dan seperti itu juga gambaran sebuah keluarga yang selama ini Diaz impikan ketika sudah berumah tangga kelak .

Ketika Diaz menceritakan awal perkenalannya dengan Ipeh , orang tua Ipeh keheranan . Pun mereka berpikir ko ada cinta di antara dua orang yang sama sekali belum pernah bertemu ? Tapi kakaknya Ipeh yang kebetulan sedang libur pada saat itu , dia bisa mengerti tentang cinta maya anak jaman sekarang. Dan tak sedikit juga orang yang menemukan jodohnya lewat jejaring tersebut . Meski Diaz dan kakaknya Ipeh menjelaskan beberapa kali tapi nampaknya mereka belum bisa memahami hingga Diaz pun tertawa geli di dalam hatinya .

“ Bagaimana pun juga , kalau nak Diaz mau serius sama neng Ipeh , bapak hanya bisa mendo’akan semoga kalian berjodoh dan bisa hidup bahagia ” .

“ Iya nak Diaz , semoga kalian berjodoh ya … ” . Kata Ibunya Ipeh dengan senyum merekah di wajahnya yang masih nampak anggun meski usianya sudah paruh baya .

Tinggal sisa lima hari menuju pertemuan , Ipeh di sebrang sana sedang sibuk dengan segala persiapan untuk pulang ke tanah air . Hatinya bergejolak bahagia , namun ada rasa takut menyelinap sanubarinya . Sejujurnya Ipeh takut kalau setelah pertemuan nanti , Diaz tak mampu menerima dia apa adanya . Bagaimana pun mereka kenal di dunia maya yang segalanya penuh dengan tanda tanya dan untuk mendapatkan jawabannya hanya dengan pertemuanlah .

Dia pun terkenang akan percakapannya dulu dengan Diaz , bahwa cinta tulus itu akan terbukti setelah pertemuan nanti . Jikalau setelah pertemuan itu rasa sayang keduanya semakin bertamabah itu artinya mereka saling menyukai masing-masing keperibadian diantaranya dan sebaliknya , jika rasa sayang itu luntur setelah pertemuan , itu artinya rasa yang ada di antara mereka hanya karena ketertarikan fisik semata .

Hari jumat siang Ipeh tiba di tanah air dua hari lebih awal dari jadwal yang sudah di rencanankannya . Dia sengaja pulang lebih awal dan tidak memberitahukan Diaz , maksud hati Ipeh hanya ingin terlebih dahulu minta pendapat dari keluarganya sebelum melakukan pertemuan dengan Diaz nanti.

Ternyata kedua orang tua Ipeh sangat menyukai Diaz , walaupun mereka cuman baru sekali bertemu tapi rupanya Diaz mampu memberi kesan baik di mata kedua orang tuanya . Dan restu pun telah di kantongi Ipeh , dengan begitu dia bisa dengan lega untuk menemui Diaz .

“ Selain ganteng , sikapnya sopan dan dia tidak menunjukan kalau dia masih usia 22 tahun . Intinya dia mampu berpikiran dewasa lah ” . Kata Ibunya Ipeh mengenang masa pertemuanya dulu dengan Diaz .

“ Itu yang penting , usia gak mesti jadi patokan yang penting dia bisa bersikap dewasa ” . Timpa sang bapak sembari menyeruput kopi hitamnya .

“ Jadi Ibu dan bapak sudah yakin dan merestui kami ? . Ujar Ipeh dengan pipinya yang merah merona karena menahan rasa malu . Kedua orang tuanya menganggukan kepala secara bersamaan tanda mengiyakan .

Dua hari sebelum pertemuan Diaz pun telah menyiapkan segalanya termasuk membeli sepasang cincin permata , untuk melamar Ipeh di hari pertemuan mereka nanti sesuai dengan apa yang diharapan neneknya untuk meresmikan hubungannya dengan Ipeh . Dia tak sabar menunggu hari esok , dan waktu pun serasa lamabat berjalan . Tak biasanya dia segerogi saat ini , biasanya dia selalu super pede dengan lawan jenis yang mau dia kencani tapi kali ini dia merasa ada yang beda . Denyut jantungnya serasa berdetak tak normal , sesekali dia tersenyum sendiri layaknya idiot .

“ Ini mungkin yang di namakan cinta ? ” . Diaz membatin sambil bercermin memperhatikan setiap lekuk wajahnya yang berbentuk oval itu .

“ Ikh , ada jerawat ! malu maluin ajah nih ! ” . Raut wajahnya yang tadinya berseri seri tiba-tiba berubah menjadi kecewa ketika melihat ada setitik jerawat di jidatnya .

Minggu pun tiba , Jatinangor Town Square adalah tempat yang mereka pilih untuk melakukan pertemuan perdannya . Cuaca pada siang itu begitu cerah , awan putih nampak bergerumul di langit yang membiru . Seolah dunia mendukung dua insan itu untuk bertemu untuk menyatukan mereka dalam sebuah ikatan cinta suci .

Secerah wajah Ipeh yang terlihat anggun pada siang itu . Dress Vintage style berkerah , dengan perpaduan warna pink berenda putih telah membalut tubuhnya yang langsing tinggi semampai . Dengan rambut di kuncir kuda dan poni depan ciri khasnya makin menambahnya terlihat manis .

Meski usianya sudah terbilang tidak muda lagi tapi Ipeh memiliki muka “baby face ” . Yang dimana orang melihatnya tidak akan percaya kalau usia dia sudah menginjak 25 tahun , dia masih terlihat seperti usia 19 tahunan . Pada siang itu dia ibarat Cinderella yang kesiangan ketika menghadiri pesta , anggun dan mempesona .

Bagaimana pun juga ini pertama kalinya , Ibunya Ipeh melihat senyum manis yang mengembang di wajah putri bubgsunya itu . Tentunya paska kepergian Henrry, lelaki yang sangat Ipeh cintai namun membalasnya dengan pengkhianatan yang sangat membekas di hati , sejak itu senyum manis Ipeh hilang . Ibu paruh baya itu pun tersenyum lega dan hampir meneteskan air mata namun bergegas disekanya.

“ Terimakasih Tuhan , akhirnya aku bisa melihat kembali senyum manis putri kecilku …  ” Ibu itu menghela nafas dalam ,“  Terimaksih juga buat kamu Diaz … ” . Hatinya membatin .

“ Ibu , gimana menurut ibu ? ” . Suara Ipeh membuyarkan lamunannya seketika . Ibunya langsung menghampiri putri bungsunya itu dan membereskan tataan bagian rambut Ipeh yang masih terlihat tak rapi .

“ Cantik … ! ” .

Ipeh yang teramat bahagia pada saat itu langsung memeluk sang Ibu. Tangis bahagia di antara Ibu dan anak pun akhirnya terpecah .

Waktu sudah menunjukan hampir pukul 10 siang , masih ada sepuluh menit lagi dari jadwal pertemuan yang sudah di janjikan . Diaz sengaja menyuruh sopirnya untuk menurunkannya di perempatan yang tidak jauh dengan tempat yang telah di janjikan .

Turun dari mobil dia langsung merapihkan pakainnya yang nampak sedikit kusut karena kelamaan duduk di mobil . Diaz pada siang itu juga nampak keren , Diaz memang anak muda yang menganut korea style walaupun dia tidak menyukai lagu-lagu korea . T-shirt putih dengan kerah segitiga di padukan dengan jas berwarna biru tua menjadi gaya andalannya pada siang itu . Nampak causal namun tidak terlalu formal , pokonya pas banget dengan model rambut barunya yang berponi kesamping makin menambahnya terlihat maskulin .

Selang berapa detik Ipeh pun tiba di tempat yang sama dengan menggunakan taxi . Ketika turun dari mobil mata Ipeh langsung tertuju pada sosok Diaz yang hendak melewati zebra ccross . Aneh memang , begitu pertama kali melihatnya Ipeh langsung bisa mengenali Diaz . Setelah merasa yakin bahwa itu Diaz , Ipeh mencoba untuk mengejarnya dan memanggil manggil namanya . Tapi sayang telinga Diaz yang pada saat itu tertutup oleh earphone , terlalu asyik mendengarkan mp3 dari Ipadnya tak bisa mendengar seruan Ipeh yang sudah berada satu meter di tepat belakangnya . Pada saat itu hanya ada sekitar lima orang yang akan menyebrangi jalan .

“ Diaz … ! ” . Untuk kedua kalinya Ipeh memanggil tapi Diaz tetap asyik dengan lagu lagu favoritenya .

Ipeh berusaha menghampirinya dan ketika dia menoleh ke kiri terlihat sebuah mobil Honda Jazz merah melaju dengan kecepatan tinggi sepertinya hendak menerobos lampu merah . Ipeh yang melihat gelagat buruk yang akan menimpa Diaz mencoba menaikan volume suaranya untuk sekali lagi memanggil nama Diaz .

“ Diazzzz … TIDAAAKKK …  ! ” .

BRAAAAAK … !!!

Langit kota Jatinangor yang tadinya cerah itu seketika berubah mendung hingga menjatuhkan butir butir beningnya ke bumi .

-bersambung-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun