Diceritakan bahwa marathon dan menulis novel adalah dua kegiatan yang mempunyai kemiripan. Keduanya tidak bisa instan dan dibutuhkan napas panjang. Bukan sebuah kegiatan yang bisa dilakukan sekali jalan. Saya setuju dengan ini, apalagi setelah melihat langsung bagaimana hebohnya Prambanan minggu lalu (15/4) di mana lebih dari 8.000 peserta saling berjuang untuk menantang garis finish.
Marathon bukan hanya sebuah olahraga, setidaknya itu yang akhirnya dapat saya ambil usai melihat langsung betapa seru dan sakralnya acara ini. Marathon bagi sebagian orang juga merupakan sebuah kebutuhan layaknya nasi. Tidak heran jika hari itu saya bisa menyaksikan banyak manusia dari berbagai negara pula latarbelakang. Mereka semua adalah peserta dan mereka datang dengan tujuan yang berbeda, menurut saya.
Sebagai contoh seorang kawan, ia sengaja datang dari luar kota (menyewa penginapan) untuk ikut marathon semata-mata demi hobi dan hasrat untuk memuaskan diri (bersenang-senang).Â
Ada juga yang sengaja mendaftar demi untuk bisa berkumpul atau reuni denga teman-teman dari kota lain yang juga sering ikut marathon. Mungkin ada juga yang mendaftar sebagai pelari profesional alias memang mencari hadiah (baca; uang juara).Â
Bagi saya tidak masalah apa pun motivasi mereka, toh mereka yang menjalani. Seperti halnya saya yang datang ke tempat acara namun bukan sebagai peserta, setidaknya saya juga punya tujuan sendiri: menjadi saksi keseruan marathon.
Tidak tahu dengan yang lain tapi saya sempat galau berat mengingat banyaknya  orang yang datang ke sekitaran Candi Prambanan. Okey memang setiap hari Candi Prambanan didatangi wisatawan sudah serupa butiran gula dikerumuni semut.Â
Mungkin sudah hal biasa. Tapi tidak untuk saya, saya was-was apalagi moment ini adalah moment lari-lari. Saya was-was kalau banyak kejahilan di sana sini. Misal banyak yang nyampah di sana sini, petakilan naik sana sini, nginjem rumput atau tanaman, dan lebih parah merusak segala tatanan. Sungguh saya menakutkan hal ini.
Tapi sekali lagi, saya ini seseorang yang tidak paham apa apa tentang marathon kecuali satu bahwa yang ikut biasanya punya bentuk tubuh bagus. Apa yang saya khawatirkan sejak berhari-hari lampau ternyata hanya sebatas ketakutan.Â
Peserta sangat tertib, tidak ada rusuh gaduh atau apalah namanya. Panggung hiburan berjalan meriah dan sangat menghibur. Panitia juga agaknya sigap dalam segala situasi.Â
Bayangan sampah yang tercecer dan menggunung langsung sirna setelah saya menyaksikan sendiri banyak panitia (relawan) yang langsung bertugas mengantongi sampah-sampah yang berserakan. Peserta juga banyak yang sadar menjaga kebersihan.