Mohon tunggu...
Mini GK
Mini GK Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Muda Yogyakarta

Mini GK; perempuan teman perjalanan buku dan kamu ^^ Penerima penghargaan karya sastra remaja terbaik 2015 Penulis novel #Abnormal #StandByMe #LeMannequin #PameranPatahHati

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tiupan Mimpi (Bagian 1)

22 September 2017   12:39 Diperbarui: 22 September 2017   12:49 563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Aku tak mau menulis lagi. Tulisanku adalah sebuah ancaman bahaya. Aku tak bisa menulis lagi. Semua yang aku tuliskan akan menjadi sebuah kenyataan. Dan kamu tahu, semua yang aku tuliskan di layar itu." Ucapnya panjang dengan menunjuk ke layar, "itu adalah tulisan kutukan. Jiwaku tak mau menulis seperti itu tapi ada kekuatan yang lain, yang mencoba mempengaruhiku hingga aku menulis seperti itu."

"Apa maksudmu Gady?" tanya Atlas penasaran dengan tak hentinya menatap layar dan juga mata sahabatnya yang kini berubah menjadi biru bila sebelumnya merah menyala.

Lagi-lagi diam. Tak ada suara dari keduanya.

Namun sesaat sesudahnya, sebuah kotak kecil di atas mereka berbunyi semanuanya saja. "Kerusakan besar telah terjadi di satu wilayah di suatu planet yang bernyawa. Planet itu hanya menunggu waktu untuk mencapai tarap kehancuran. Kehancuran planet itu, akan berpengaruh besar kepada peradaban planet-planet lain."

Berhenti. Suara itu kini menghilang lagi. Kotak kecil di atas mereka bukanlah kotak yang bernyawa. Tapi itu hanyalah semacam radio alternative yang akan berbunyi sewaktu-waktu semaunya jika ada sesuatu hal yang terjadi. Bagaikan radio yang secara live menyiarkan suatu peristiwa kejadian.

"Tidaakk..." teriak Gady memenuhi ruangan.

"Ini semua sesuai dengan ramalan dalam layar itu. Itu ramalan, itu bukan sebuah tulisan biasa. Dan penulis ramalan itu bukan aku."

"Tolong.... Tolong aku, Atlas."

"Aku bingung. Aku tak tahu maksudmu. Di ruangan bahkan di wilayah ini, hanya tinggal aku dan kamu. Orang tuamu mewariskan satu ruangan ini untuk kita. Ruangan ini sengaja diciptakan tersembunyi untuk tempat kita. Orang tuamu sudah tahu kalau wilayah kita akan hancur, musnah. Karena itu mereka menciptakan ruangan ini untuk kita berdua. Setelah semua hancur, tinggal kita berdua yang tersisa. Dan sekarang kamu teriak-teriak tentang sesuatu yang aku tak tahu maksudmu."

Gady bingung, dia memegangi kepalanya. Sebentar-sebentar menjambak kepang rambutnya. Sedang Atlas, dia diam. Tak tahu apa yang mesti dia kerjakan. Kekuatannya berbeda dengan kekuatan Gady. Jika Gady adalah seorang penulis yang terbiasa menuliskan kejadian-kejadian yang pernah terjadi di antero jagad tanpa ada kebohongan, lain halnya dengan Atlas, yang kekuatannya adalah mengambarkan kejadian-kejadian yang terjadi di seanatero jagad. Adalah tugasnya menggambar matahari pagi yang bersinar menerangi alam dengan warna keemasarannya. Mereka hanya menulis dan menggambar apa yang telah terjadi, bukan apa yang akan terjadi. Bukan sebuah kuasa mereka mengambar apa yang akan terjadi. Dalam ajaran turun temurun yang pernah mereka ketahui, ada Zat lain yang lebih dahsyat dan mengatur apa yang akan terjadi. Bukan tugas dan bukan kekuasan bagi pengikut untuk mencoba menggambarkan atau menuliskan apa yang terjadi.

Namun yang menjadi masalah sekarang, Gady ternyata menulis sesuatu yang belum terjadi dan akibatnya tulisannya itu menjadi sebuah kenyataan yang tak diinginkan. Bisa jadi Zat yang dahsyat itu tadi murka kepada dirinya. Tak pernah ada sesuatu hal yang mengusik ketenangan Gady juga Atlas di ruangan tersembunyi tersebut. Namun belakangan keberadaan mereka mulai tidak aman, sejak Gady dengan tanpa sadar menulis sesuatu yang belum pernah terjadi. Jiwanya seakan digelayuti kekuatan lain. Boleh jadi sebuah kutukan dari pelanggaran aturan keturunannya, "Tak boleh ada yang mencoba menuliskan yang belum pernah terjadi. Atau bencana akan datang menyapa siapa saja, seantero jagad."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun