"Gady.... Gady...."
Suara itu membahana di ruangan yang tak seberapa luas itu. Seorang anak laki-laki dengan perawakan sedang dan muka agak sedikit kotak, berteriak-teriak dengan lantangnya.
"Gady... apa yang terjadi denganmu?"
Kini anak laki-laki yang kira-kira berumur dua belas tahunan itu mendekati sesosok yang hamper mirip dengan dirinya tengah duduk kaku, dengan dua tangan memeluk lutut dengan kuatnya.
"Gady...." Nama itu disebutnya lagi.
Tak ada jawaban dari anak yang bernama Gady itu. Gady, anak laki-laki yang memiliki rambut panjang sebahu dan dikepang dengan cantik, juga pemilik mata dengan lensa kuning terang itu diam. Diam namun mulutnya seakan ingin mengatakan sesuatu sebab terlihat komat-kamit seperti merapalkan mantra-mantra.
Sementara di ujung ruangan, ada sebuah layar besar berukuran satu meter kali satu meter. Layar sejenis sebuah komputer mungkin. Terlihat ada beberapa tulisan yang sangat mengejutkan jika dibaca oleh seseorang.
"Gerhana bulan akan datang. Sebuah bencana akan datang melanda. Banya mahkluk tak mengenali mahkluk sejenisnya. Pertumpahan darah terjadi di mana-mana. Sang penguasa banyak yang mengingkari pengikut setianya. Akan ada kelaparan yang berkepanjangan disusul dengan airbah yang menelan berjuta nyawa...."
Begitu kiranya tulisan yang terpampang di layar sebesar satu kali satu meter tersebut.
"Atlas...." Suara Gady kini sudah mulai pecah. Suaranya sudah dapat didengar dengan tajam oleh telinga laki-laki bermuka kotak yang tak lain ternyata adalah Atlas.
"Kamu kenapa Gady?"