Mohon tunggu...
Mini GK
Mini GK Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Muda Yogyakarta

Mini GK; perempuan teman perjalanan buku dan kamu ^^ Penerima penghargaan karya sastra remaja terbaik 2015 Penulis novel #Abnormal #StandByMe #LeMannequin #PameranPatahHati

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kolaborasi Warna, Gambar dan Cerita

23 Agustus 2017   21:23 Diperbarui: 23 Agustus 2017   21:27 2029
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
salah satu mural di daerah Prawirotaman

faber castell pensil warna / dok.pribadi
faber castell pensil warna / dok.pribadi
Hidup dari goresan warna

@cerita.kecil hanyalah salah satu contoh. Banyak kawan lain yang juga terlibat dalam proyek besar semua bermula dari goresan pensil warna. Guru Seni Rupa saya sewaktu SMA juga berhasil go-international gara-gara goresan warna yang diciptakannya dalam tembok-tembok kota.

Saya selalu kagum dengan mereka yang dengan santai bisa merubah tembok kusam menjadi satu bidang penuh cerita.

Seperti penulis yang menikmati hasil dari bercerita. Pelukis pun demikian. Tidak sedikit orang yang menghidupi hidupnya dengan jalan menggambar. Menggambar apa saja. Warna apa saja.

Menggambar tidak melulu di atas kanvas atau kertas. Bagi seorang yang sudah hidup denga menggambar, mereka bisa melakukan di mana yang ia inginkan. Di tembok sebagai mural. Atau di mangkuk, cangkir bahkan cermin. Tidak sedikit juga yang mengusapkan warna ke dalam kain. Melukis dengan bebas.

Seorang guru SD akan menggambar di papan tulis sebagai salah satu bentuk metode mengajar. 

salah satu mural di daerah Prawirotaman
salah satu mural di daerah Prawirotaman
Menulis dan menggambar membutuhkan imajinasi bebas. Jangan pernah sok-sokan menasehati tukang gambar tentang warna. Siapa kau berani melarang orang berimajinasi.

Bayangkan jika pada suatu hari warna-warna dilarang beredar. Apa yang akan terjadi?

Bayangkan jika suatu hari orang tidak boleh berimajinasi sebebas-bebasnya. Apa yang akan kita lihat di tembok, di layar televisi atau di dalam buku-buku.

Jika hari ini saya memarahi si adik kecil karena telah mewarnai kura-kura dengan warna ungu, entah apa yang akan terjadi dengan anak itu kelak. Saya sendiri tidak pernah keberatan jika ada gambar anak ayam bertanduk atau tikus bersayap. Sampai kapan pun saya akan menerimanya sebagai sebuah cerita. Bukankah film sekelas avatar juga dibangun dengan imajinasi bebas penuh warna? Andai diharamkan mewarnai gambar tubuh manusia dengan warna biru, maka mungkin kita tidak akan mengenal avatar.

Dan saya masih terus memupuk harapan agar mimpi saya segera berbuah nyata; sebuah buku karya saya dengan ilustrasi cantik di dalamnya. Hitam putih pun adalah warna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun