"Ini makanan kita?" tanya saya takut salah bangku.
"Ya spesial untuk Kompasiana. Makan sepuasnya. Cicipi semuanya."
Ada rindu maka ada perjumpaan.
Ada lapar maka ada kenyang.
Duduk anteng adalah hal pertama yang wajib dilakukan sebelum menjelajah dengan aneka olahan yang terpampang di meja.
Rasa-rasanya saya mengulang kisah lalu, ketika beberapa tahun sebelumnya juga pernah duduk di bangku sama dengan menu sama (ramen) meski sangat disayangkan pasangan sudah tak lagi sama.
Nagoya nama kedai yang sedang saya jelajahi. Jika kau beranggapan tempat ini leluasa bagai kebun istana, tolong segera bangun, sebab kedai ini begitu mungil, seolah-olah 'ndesel' di antara jajaran ruko yang lain.
Tapi bukan itu point yang utama. Melainkan seni di dalam kedai.
Dari sekian banyak menu yang ada, ramen adalah favorit. Bukan hanya karena saya penggila mi, namun karena ramen selalu menerbitkan kenangan dan harapan baru dalam hidup saya.
Makan saja terlalu filosofis? Ah memang begitu adanya. Harus ada alasan mengapa bisa sedemikian hingga.