Mohon tunggu...
Minearti
Minearti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Story tale ..

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Another Side

6 Juli 2024   15:41 Diperbarui: 6 Juli 2024   15:45 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Namaku Mei, umurku saat itu adalah 12 tahun. Aku menduduki kelas akhir sekolah dasar. Ada yang pernah mengatakan, jika masa akhir dari setiap jenjang adalah waktu yang tepat untuk memberontak. Aku tidak berpikir serius untuk mengakui itu benar. Namun setelah menyaksikan diriku pernah menjadi pemberontakan di masa-masa itu, aku mulai mengiyakan jika penyataan itu ada benarnya. 

Temanku juga berumur 12 tahun atau berbeda satu atau dua tahun dariku. Begitu juga dia, seseorang yang akan aku ceritakan di episode masa akhir sekolah dasar kali ini. Kami se-angkatan, kami berada di kelas yang sama, umurnya hanya berbeda 2 tahun lebih tua dariku kerena dia telat masuk sekolah dasar. Aku tidak memanggilnya dengan embel-embel kakak, aku memanggilnya dengan namanya, Rey.

" REY ! "

Bu Anita meneriaki Rey yang memajukan beberapa senti wajahnya ke depan. Rey hanya menyaut setelah berhasil mendengar suara Bu Anita. Ia tidak diam dan menunduk seperti seseorang yang akan dimarahi. Rey adalah salah satu dari siswa yang berani melakukan hal ini. Kedua tangannya berayun-ayun tantrum tidak terarah. Ia berdiri tidak tegak seperti butuh penompang tongkat. Gaya berdiri seperti kakek tua itu masih meninggalkan bekas songong preman tongkrongan di wibawanya.

" JADI, COBA JELASKAN BAGAIMANA KAMU MEMUKUL ANDREY ? "

Mungkin, inilah alasan Bu Anita meneriaki Rey di tengah-tengah banyak siswa yang menonton. Aku baru saja keluar kelas setelah bel berbunyi dan mendapati depan kelas padat akan siswa menonton drama Rey yang hilang akal dengan Bu Anita yang mengerjainya. Itu bukan judul yang baru saja aku ketik asal, karena sebelum Rey kembali bertingkah, aku melihat Bu Anita sedikit tersenyum. Senyuman yang diletakan di tempat yang tidak seharusnya membuat aku mengambil kesimpulan bahwa Bu Anita saat ini berpura-pura tidak tahu jika sedang menanyakan sesuatu kepada anak muridnya yang Bu Anita sendiri tahu bagaimana keadaannya sehingga memutuskan untuk mempermalukan Rey di depan semua murid yang menonton. Bu Anita tidak marah seperti suaranya yang meninggi, dan juga bukan seperti orang yang tidak tahu apa yang sedang terjadi saat ini. Seharusnya Rey akan sedikit merasakan lega jika tahu dirinya tidak akan mendapat hukuman besok. Dia hanya akan menjadi pion pertunjukan sementara sebagai imbalannya.

" JADI BEGINI BU .. "

Rey mengambil langkah besar, kepalan kedua tangan berada di dadanya. Seperti seseorang yang akan melaksanakan lomba lari berada dalam posisi start. Walaupun posisinya salah besarposisi startnya agak aneh, tapi ia memang akan bersiap lari.

" WUSHHH .. "

Rey melesat berlari memotong segerombolan siswa yang menonton, disusul suara tawa dalam kengerian, para siswa memberikan space untuk Rey. Rey mengakhirinya dengan model pengepel lantai.

" LALU SEPERTI INI BU, WUSHHHH .. "

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun