Malam itu suasana rumah sederhana Hana sangat lengang. Si Mbok yang sudah terkantuk-kantuk dengan sukarela menemani bapak yang asyik bercerita tentang kawannya tadi di pasar. Istrinya habis kecelakaan.Â
Di dekat jalan setapak yang biasa dilewati orang-orang ke pasar, istrinya yang baru bisa naik sepeda motor menabrak gerobak seorang bapak-bapak tua. Gerobak itu berisi puluhan ayam. Gerobak yang mangkal di pinggir jalan terguling. Tak ayal lagi, seluruh isi gerobak itu tumpah. Dan ayam-ayam itu lepas dari kandangnya.Â
"Pak, kasihan..." Si Mbok menanggapi cerita bapak. Kelopak matanya sudah mulai redup.
"Iya. Untung saja ada yang menolong."
"Istrinya pasti kesakitan."
"Bener, Dek. Sehabis itu, kaki kirinya banyak beretannya. Ckckck..."Â
"Terus ayamnya gimana Pak?"
"Akhirnya ketangkap juga. Warga setempat yang tahu kejadian itu langsung menolong mereka. Istri teman bapak dibawa ke rumah pak mantri. Sementara ayam-ayam itu diringkus. Susah sih... tapi pada akhirnya bisa dimasukkan ke dalam gerobak lagi." Bapak menjelaskan kejadian waktu itu dengan sangat terperinci.
"Pak, Adek dah ngantuk."
Si Mbok mengangkat kedua tangannya. Melemaskan persendian tangan dan pinggang.
"Iya. Jangan tidur dulu." Bapak mengahalangi langkah si Mbok.Â
"Duh Pak e. La wong mau tidur kok ga boleh. Udah jam segini. Jam sembilan lebih. Matanya udah tinggal lima watt." Si Mbok protes.
"Sebentar Dek. Kok dicari ga ada ya?" Bapak terlihat sibuk. Matanya menelisik diantara bangku dan meja. "Tadi bapak taruh di sini." Bapak menunjuk meja.
"Apa tho Pak?"
Bapak tidak segera menjawab pertanyaan si Mbok. Malah ngeluyur pergi ke kamar Hana.
"Na. Na... " Bapak memanggil Hana.Â
Tok tok tok. Bapak mengetuk pintu kamar Hana.
Tak berapa lama gadis kecil itu keluar dari kamar dengan wajah kusut. Dia mengucek-ucek matanya.Â
"Kau lihat kacamata bapak?" Bapak bertanya dengan nada kebingungan.
"Kacamata...?" Tanya Hana dengan suara serak.
"Iya. Kacamata bapak." Bapak menegaskan.
"Ga, Pak." Jawab Hana.
"Aneh kemana pergi ni kacamata?"
"Ah Bapak nih. Bapak lupa naruhnya. Coba diingat-ingat..." Hana mengingatkan Bapak.
Si Mbok yang mendengar percakapan bapak dan anak ikut menimpali.
"Lah. Orang lagi baru bangun tidur ditanyain. Na mana tahu. Tadi ditaruh mana si Paak....? Kan ya memang biasanya ada di meja itu. Coba dicari lagi." Si Mbok yang tadinya mengantuk jadi segar bugar.
"Sudah Dek. Sudah dicari tapi ga ketemu."Â
"Coba Na cari, Pak." Sembari mengerjap-ngerjapkan matanya, Hana melangkah keluar rumah. Dilihatnya teras rumahnya. Dengan seksama dipicingkan kedua bola matanya. Tidak ada.
Ada-ada saja bapak ini. Lagi enak-enak tidur, dibangunin. Nanyain kacamata yang dia sendiri ga tahu kemana perginya. Pikirannya ribut oleh ulah bapaknya.
Beberapa kali Hana menggeser kursi. Dipicingkan matanya berkali-kali. Namun tak ditemuinya kacamata bapak. Meja yang berdiri diam pun disuruhnya minggir. Disuruhnya ikut mencari. Tetap saja hasilnya nihil.
"Coba di ruang tamu." Bapak memberikan perintah.
Hana dan Si Mbok malam itu menjadi sibuk. Mencari kacamata bapak yang entah dimana rimbanya. Bahkan sampai jam segitu. Bapak masih saja ngedumel. Hana dan si Mbok menjadi letih dan kesal.
Di lemari, bangku dan meja sudah dicari. Diantara sela-selanya juga sudah diobrak-abrik. Namun tak ditemukan. Hanya pensil dan serak kertas yang ada.
Namun beberapa saat berselang.
"Hahaha... " Bapak tertawa lebar. "Sudah ketemu" Bapak berseru riang.
"Sudah ketemu?! Alhamdulillah. Dimana Pak?" Si Mbok ikut senang mendengarnya.
"Iya Pak. Dimana ketemunya?" Hana bertanya penasaran.
"Ternyata ga dimana-mana." Sahut bapak.
Hana dan si Mbok saling berpandangan tidak mengerti apa maksud bapak. Namun ada sesuatu yang mengganjal. Hana dengan seksama mengamati wajah bapak. Kemudian rona wajahnya berubah. Tetiba saja Hana merasa kesal. Lantas masuk ke dalam kamar.Â
Sementara bapak masih tertawa lebar. Apalagi dilihatnya, si Mbok yang semakin kebingungan, bapak semakin antusias menggodanya.
"Pak. Ada apa sih? Kenapa si Hana kok tiba-tiba saja ngeluyur pergi? Bapak yang bener. Ada apa ?!" Si Mbok balik melotot.
"Adek ga lihat...?" Bapak tersenyum lebar. Didekatkan wajahnya ke wajah si Mbok.Â
Tidak menunggu lama si Mbok meninggalkan bapak dengan wajah masam. Digegas langkahnya menuju kamar. Ditutup dan dikunci pintunya rapat-rapat.Â
18 April 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H