"AaaaaaaaaaaaaaaaaauuuuuuuuuuuuuuuAaaaaaaaaaaauuuuuuuuuuuuuuu"
Lolongan itu dengan samar-samar keluar dari bola api tersebut.
Tak lama bola api api tersebut berlalu. Suasana sontak normal seperti biasa.
"Syukurlah ia cepat berlalu," teriakku senang.
"Akhirnya, kita selamat," ujar Pardi.
Namun, suara Rina tak terdengar. Kami pun melihatnya tergeletak di sisi kami.
"Rin...Rin... kamu kenapa Rin," teriakku panik.
"Ya... Allah kami belum setengah perjalanan, lindungilah kami," doaku dalam hati. Kami pun panik melihat kondisi Rina. Ia tak bergerak sama sekali meskipun tarikan napasnya masih teratur.
"Rin...Rin..." kuguncang tubuhnya. Kondisi Rina sedikit memberiku keyakinan bola api itu memang bisa membunuh manusia. Bagaimana jika Rina meninggal? Bagaimana jika ia tidak tertolong.
"Pardi segera minta pertolongan, biasanya ada warga yang mencari bakar sekitar sini." Pardi pun bergegas meninggalkan kami berdua di tengah hutan.
Pardi belum hilang dari pandangan, Rina bergerak. Tiba-tiba ia tertawa. Saya pun berteriak memanggil Pardi.