Obesitas...!
Makan Kok Ribet?
Solusinya: Â Diet Ala Mindful Eating!
Oleh: Dr. Drs. Mimpin Sembiring, M.Psi. C.Ht
Â
A. Pendahuluan
Makan, bagi sebagian orang, adalah momen yang ditunggu-tunggu. Duduk di meja, melihat hidangan tersaji, dan mencicipi rasa yang menggoda lidah---itu seharusnya jadi saat paling membahagiakan dalam hidup sehari-hari. Tapi, kenyataannya tidak selalu begitu. Makan sering kali menjadi sumber masalah. Ada yang makan terlalu banyak karena stres, ada yang tak nafsu makan karena cemas, dan ada pula yang sibuk menghitung kalori sampai lupa menikmati.
Mengapa makan bisa begitu ribet? Barangkali karena kita sering lupa pada esensi sederhana dari kegiatan ini: mengisi tubuh dengan energi. Nyatanya, sering kali kita makan bukan hanya karena lapar, tapi juga karena ingin  mengusir kesepian, melawan rasa jenuh terhadap kehidupan, atau bahkan  jadi tempat pelarian. Saat perasaan-perasaan itu mengambil alih fungsi makan, maka  makanan berubah menjadi pelampiasan, bukan kebutuhan. Di sinilah masalahnya bermula.
Tapi tunggu dulu, apa ada cara agar makan kembali menjadi pengalaman yang menyenangkan tanpa rasa bersalah? Tentu ada. Salah satunya adalah dengan mindfulness, tepatnya MINDFUL EATING. Pola makan mindful ini bukan tentang diet ketat atau menghitung setiap gram karbohidrat, melainkan soal kesadaran penuh. Kesadaran untuk mendengar apa yang tubuh butuhkan, menikmati setiap suap dengan utuh, dan berhenti sebelum terlalu kenyang. Sesederhana itu, tapi dampaknya luar biasa.
B. Kenapa Soal Makan Saja Bisa Begitu Ribet?
Harusnya makan itu sederhana, kayak penalti---langsung tendang, gol! Tapi sekarang? Ribetnya kayak sepak bola Indonesia yang penuh drama. Lapar? Tunggu dulu, cek dulu "strategi diet" ala influencer. Mau makan nasi? Siap-siap dihujat sama nitizen. Mau ngemil? Dicap nggak disiplin. Dan masalahnya, makan kita ini seperti main di liga yang penontonnya nggak pernah puas. Ada aja yang dikomentarin, dari "Kok makannya banyak banget?" sampai, "Diet sih, tapi kok belum turun-turun?"
Yang lebih lucu, para "komentator kawakan" ini muncul di mana-mana. Mereka nggak tahu masalah kita, tapi berlagak kayak paham semuanya. Persis kayak komentator bola yang sibuk nyalahin pelatih tiap timnya kalah. Lagi stres makan cokelat? Salah strategi! Lagi makan malam dengan porsi lebih besar? Lini pertahananmu kebobolan! Bahkan kalau kita udah berusaha mindful sekalipun, masih ada aja yang ngomong, "Ah, percuma mindful kalau makannya masih begitu." Dan ya, komentar ini nyakitin kayak melihat STY dikritik habis-habisan, bahkan sampai dipecat gegara hasil di piala AFF nggak sesuai ekspektasi.
Masalahnya, kita sering kebawa drama komentar-komentar itu. Bukannya dengerin "suara" tubuh kita sendiri---yang sebenarnya tahu kapan lapar dan kapan kenyang---kita malah sibuk berusaha memuaskan para penonton di dalam dan di luar stadion. Akhirnya, pola makan jadi kayak tim yang main tanpa arah: bingung, nggak efektif, dan penuh tekanan. Jadi, kapan kita mulai jadi "pelatih" buat diri sendiri, fokus sama kebutuhan tubuh tanpa takut komentar orang lain?
C. Apa Itu Diet ala Mindful Eating?
Diet sering kali dianggap sebagai perjuangan melawan godaan makanan yang lezat. Padahal kita sering berhadapan dengan makanan yang menggoda selera, sementara pikiran kita sibuk dengan segala aturan dan larangan. Namun, ada sebuah cara yang lebih lembut dan lebih bijaksana untuk mendekati pola makan---cara yang melibatkan perhatian penuh pada setiap "kunyahan" yang kita nikmati. Itulah yang disebut dengan mindful eating.
Mindful eating bukan sekadar memilih makanan sehat, atau mengikuti pola makan tertentu. Ini adalah sebuah cara hidup, sebuah seni untuk menghargai setiap sensasi yang muncul saat kita makan. Dalam praktiknya, mindful eating mengajarkan kita untuk berhenti sejenak, menarik napas yang dalam, dan benar-benar merasakan makanan yang ada di hadapan kita. Bukankah sering kali kita makan outopilot, hanya karena kita terburu-buru atau sekadar mengikuti kebiasaan? Mindful eating mengajak kita untuk menghentikan rutinitas ini dan menghidupkan kembali hubungan kita dengan makanan yang kita santap.
Konsep ini berakar dari praktik mindfulness, sebuah teknik yang melibatkan perhatian penuh pada saat ini, di sini, dan tanpa menghakimi. Dalam konteks makan, ini berarti kita hadir sepenuhnya pada saat kita makan---merasakan tekstur makanan, menikmati rasa, mencium aroma, bahkan mendengarkan suara yang dihasilkan saat kita mengunyah makanan. Tanpa terburu-buru, tanpa gangguan dari televisi atau gadget, hanya kita dan makanan kita.
Lebih dari sekadar kebiasaan makan yang baik, mindful eating mengajarkan kita untuk menjadi lebih peka terhadap sinyal tubuh kita. Ketika kita makan dengan penuh perhatian, kita mulai lebih mudah mengenali kapan kita lapar dan kapan kita sudah kenyang. Kita belajar untuk tidak makan demi melawan kebosanan atau stres, tetapi karena tubuh kita benar-benar membutuhkan makanan itu.
Mindful eating juga mengajak kita untuk memperlakukan makanan dengan rasa hormat. Setiap kunyahan  menjadi penghargaan terhadap apa yang kita konsumsi. Tak hanya soal apa yang kita makan, tapi juga bagaimana kita memakan. Kita tidak hanya memberi perhatian pada kualitas bahan makanan, tetapi juga pada cara kita memperlakukan diri kita sendiri dan bahan makanan itu dalam proses makan tersebut.
Dengan cara ini, kita tidak lagi merasa terikat pada aturan diet yang ketat atau menu-menu yang membosankan. Diet ala mindful eating lebih mengarah pada pengalaman yang membebaskan---membebaskan kita dari rasa bersalah yang sering datang setelah makan, atau dari ketakutan terhadap makanan tertentu. Kita hanya fokus pada satu hal: menikmati makanan dengan penuh rasa syukur dan kesadaran.
Diet ini bukan tentang mencapai angka tertentu di timbangan atau mengikuti mode makanan terbaru. Ini tentang hubungan kita dengan tubuh kita, dan dengan dunia sekitar kita, khususnya dengan makanan yang sedang  kita santap. Dan yang paling penting, mindful eating mengajarkan kita untuk menghargai setiap momen makan, sebagai sebuah pengalaman yang penuh makna.
D. Langkah-Langkah Sederhana Diet ala Mindfull Eating
Mindful eating, sebuah alternatif diet sederhana---untuk kembali ke diri sendiri, untuk menemukan keajaiban dalam setiap kunyahan. Anda tidak perlu alat canggih atau resep rumit untuk memulai. Yang Anda perlukan hanyalah kesediaan Anda untuk meluangkan waktu dan perhatian pada apa yang ada di hadapan Anda. Berikut adalah beberapa langkah sederhana yang bisa Anda coba dalam mempraktikkan mindful eating:
1. Mulailah dengan Menghargai Makanan  AndaÂ
Sebelum menyantap makanan, luangkan waktu sejenak untuk menghargai apa yang ada di piring Anda. Perhatikan warna, tekstur, dan aromanya. Ini bukan hanya tentang visual, tetapi juga tentang merasakan kekayaan yang terkandung di dalamnya. Dengan memberi perhatian pada makanan, kita belajar untuk menghargainya sebagai pemberian, sebagai sebuah anugerah yang berharga.
2. Makan Tanpa Gangguan
Cobalah untuk makan tanpa gangguan eksternal---seperti televisi, telepon genggam, atau bahkan percakapan yang tidak perlu. Fokuskan perhatian sepenuhnya pada makanan dan proses makan itu sendiri. Jika Anda sedang makan sendirian, ini adalah kesempatan emas untuk meluangkan waktu bagi diri sendiri. Biarkan setiap kunyahan menjadi sebuah ritual yang memberi ruang bagi diri Anda untuk lebih hadir.
3. Perlabat Tempo Makan
Biasakan untuk makan perlahan, dengan memperhatikan setiap kunyahan. Jangan terburu-buru menelan makanan. Cobalah untuk mengunyah dengan sadar dan merasakan tekstur serta rasa yang ada. Saat kita makan dengan cepat, kita sering melewatkan pengalaman yang seharusnya bisa dinikmati sepenuhnya. Perlambatlah, nikmati proses makan itu sendiri.
4. Dengarkan Tubuh Anda
Mindful eating mengajarkan kita untuk lebih peka terhadap sinyal tubuh kita. Apakah Anda benar-benar lapar, atau hanya bosan atau stres? Ketika Anda makan, perhatikan bagaimana tubuh Anda merespons. Apakah Anda mulai merasa kenyang setelah beberapa kunyahan? Jangan takut untuk berhenti makan sebelum piring Anda kosong, bila tubuh Anda sudah memberi sinyal kenyang.
5. Fokus pada Rasa, Bukan Hanya Tujuan
Sering kali kita makan dengan tujuan---untuk mengisi perut atau mencapai target tertentu (seperti menghabiskan makanan di piring). Dalam mindful eating, kita fokus pada rasa dan sensasi makan itu sendiri. Nikmati setiap rasa yang ada, apakah itu manis, asin, atau asam. Berikan perhatian pada bagaimana makanan terasa di mulut Anda, bukan sekadar tujuan untuk menyelesaikannya.
6. Jangan Terjebak dalam Perasaan Bersalah
Diet sering kali diikuti dengan perasaan bersalah setelah makan sesuatu yang tidak "sehat." Dalam mindful eating, tidak ada ruang untuk rasa bersalah. Jika Anda merasa ingin makan sesuatu yang manis atau makanan favorit Anda, cobalah untuk menikmatinya dengan penuh kesadaran. Ini bukan tentang menghindari makanan tertentu, tetapi tentang bagaimana Anda memakannya---dengan penuh rasa syukur dan kesadaran.
7. Akhiri dengan Rasa Terima Kasih
Setelah selesai makan, berikan waktu sejenak untuk berterima kasih pada makanan yang telah Anda nikmati. Bersyukurlah atas nutrisi yang telah memberi energi pada tubuh Anda, dan beri apresiasi pada diri sendiri karena telah memberi perhatian penuh pada pengalaman makan ini. Ini adalah langkah kecil untuk mengakhiri makan dengan rasa puas, bukan sekedar kenyang.
Dengan langkah-langkah sederhana ini, diet ala mindful eating bukan lagi sebuah kewajiban atau beban. Ini adalah cara untuk menghubungkan diri dengan diri Anda sendiri, untuk menikmati momen makan dengan cara yang penuh kesadaran, dan untuk mengurangi stres atau kecemasan yang sering datang terkait dengan soal makan. Lebih dari sekadar makan, ini adalah cara hidup yang mengajak kita untuk menjadi lebih hadir, lebih santai, dan lebih menghargai diri kita sendiri.
E. Manfaat Diet Ala Mindful Eating
Di tengah dunia yang serba cepat ini, makan sering kali menjadi aktivitas yang terburu-buru. Kita makan tanpa banyak berpikir, sering kali diselingi dengan kegiatan lain---menonton televisi, mengecek ponsel, atau bahkan sambil bekerja. Padahal, makan bukan sekadar soal mengisi perut, tetapi juga soal pengalaman yang mendalam, yang berhubungan dengan tubuh dan pikiran kita. Inilah mengapa diet ala mindful eating bisa membawa dampak yang luar biasa---baik untuk tubuh, pikiran, bahkan jiwa kita.
1. Meningkatkan Kesehatan Mental dan Emosional
Salah satu manfaat terbesar dari mindful eating adalah kemampuannya untuk mengurangi stres dan kecemasan. Ketika kita makan dengan penuh perhatian, kita memberi waktu untuk diri kita sendiri---untuk berhenti sejenak dari rutinitas yang sibuk, dan benar-benar merasakan setiap kunyahan. Ini memberi kesempatan bagi pikiran kita untuk lebih tenang, tanpa gangguan eksternal. Seiring berjalannya waktu, kebiasaan ini bisa membantu menurunkan tingkat kecemasan, memberi kita ruang untuk meresapi perasaan kita dan membuat kita lebih sadar akan diri sendiri.
2. Mengontrol Pola Makan dengan Lebih Baik
Mindful eating mengajarkan kita untuk lebih peka terhadap tubuh kita. Apakah kita benar-benar lapar atau hanya sekadar bosan? Kita belajar mengenali sinyal tubuh tentang rasa lapar dan kenyang, sehingga kita bisa mengatur asupan makanan dengan lebih bijak. Ini bukan soal menghitung kalori atau mengikuti diet ketat, tetapi lebih tentang menghargai setiap suapan dan tahu kapan saat yang tepat untuk berhenti makan. Ini membantu kita menghindari kebiasaan makan berlebihan atau makan karena emosi, yang sering kali menjadi akar dari masalah makan yang tidak sehat.
3. Meningkatkan Relasi dengan Makanan
Salah satu keuntungan lainnya adalah perbaikan hubungan kita dengan makanan. Terlalu sering kita makan dengan rasa bersalah atau tekanan---apakah itu merasa bersalah karena makan makanan "tidak sehat", atau merasa tertekan karena mengikuti aturan diet yang kaku. Dengan mindful eating, kita diajak untuk memperlakukan makanan dengan rasa hormat. Makanan menjadi teman, bukan musuh. Kita menikmati makanan tanpa perasaan negatif, dan itu membuat kita lebih bisa menikmati setiap kunyahan tanpa terbebani rasa bersalah.
4. Menurunkan Berat Badan secara Alami
Walaupun mindful eating bukanlah diet dalam arti konvensional, tapi banyak orang menemukan bahwa mereka secara alami dapat menurunkan berat badan dengan cara ini. Ketika kita makan dengan lebih sadar, kita lebih mudah mengenali tanda-tanda tubuh tentang kenyang. Ini membantu kita untuk tidak makan berlebihan, mengurangi kebiasaan ngemil yang tidak perlu, dan pada akhirnya, kita bisa menjaga berat badan dengan cara yang lebih alami dan berkelanjutan. Ini bukan tentang menghindari makanan atau menghitung kalori, tetapi tentang makan dengan penuh perhatian.
5. Menumbuhkan Rasa Syukur terhadap Makanan
Melalui makan dengan penuh kesadaran, kita mulai merasakan betapa besar rasa syukur kita terhadap makanan itu. Makanan bukan lagi sekadar energi untuk bertahan hidup, tetapi sesuatu yang memberi kita kenikmatan, yang bisa kita nikmati dengan penuh kesadaran. Setiap kali kita duduk untuk makan, kita memberi waktu untuk merenung, untuk merasakan rasa, tekstur, dan aroma makanan dengan lebih dalam. Ini bukan hanya menambah kenikmatan makan, tetapi juga membuat kita lebih menghargai keberadaan makanan dalam hidup kita. Apa lagi, bila kita mengingat bahwa banyak saudara-saudari kita yang mengalami kesulitan untuk memperoleh makanan.
6. Membantu Menjaga Keseimbangan Hidup
Diet ala mindful eating mengajarkan kita untuk membawa keseimbangan dalam hidup. Makanan adalah bagian integral dari kehidupan kita, dan dengan mempraktikkan kesadaran dalam setiap momen makan, kita menciptakan ruang untuk keseimbangan antara tubuh dan pikiran. Kita belajar untuk tidak hanya terjebak dalam kebiasaan makan yang otomatis, tetapi juga memberikan perhatian penuh pada setiap langkah yang kita ambil, termasuk saat kita makan. Ini memberi kita kontrol lebih besar atas hidup kita---dalam hal kesehatan, kebiasaan, dan bahkan kedamaian batin.
Dengan mindful eating, kita tidak hanya mengubah cara kita makan, tetapi juga cara kita memandang hidup. Dari setiap kunyahan, kita menemukan kebahagiaan, kesadaran, dan rasa syukur. Diet ini bukan tentang aturan atau pembatasan, melainkan tentang menghargai setiap momen yang kita miliki---termasuk momen makan, yang sering kali kita lewatkan begitu saja.
Penutup: Diet yang Mengubah Hidup, Setiap  Kunyahan Penuh Kesadaran
Ada satu pelajaran besar yang bisa kita ambil dari diet ala mindful eating ini: makan itu ternyata lebih dari sekadar aktivitas memasukkan nasi ke mulut, mengunyah, lalu menelan. Ini soal bagaimana kita menghormati diri sendiri kita dan, kalau boleh agak dramatis, soal bagaimana kita berdamai dengan hidup.
Kita sering mengira bahwa diet itu adalah perjalanan menyakitkan: menahan lapar, menghitung kalori seperti akuntan pajak, atau memandang burger lezat bagaikan melihat musuh bebuyutan. Padahal, diet ala mindful eating menawarkan sudut pandang yang jauh lebih manusiawi. Kita diajak untuk makan dengan tenang, menikmati rasa, dan bahkan mungkin berdialog dengan makanan kita. Kalau saja pisang goreng itu bisa bicara, mungkin dia akan bilang, "Nikmati aku pelan-pelan, jangan buru-buru kayak ngejar angkot terakhir."
Yang menarik, mindful eating juga mengajarkan kita untuk tidak terlalu keras pada diri sendiri. Kalah karena makan gorengan dua biji? Tidak apa-apa. Hidup bukan soal menghindari dosa kuliner, tetapi soal menikmati setiap kunyahan tanpa rasa bersalah. Kalau mau jujur, siapa di dunia ini yang tidak tergoda oleh aroma mie goreng tengah malam? Nah, dengan mindful eating, kita boleh menikmatinya---asal dengan penuh kesadaran, tanpa terjun bebas ke penggorengan berikutnya.
Diet ini juga membuka mata kita bahwa makanan itu punya cerita. Sebelum sampai di piring kita, nasi itu sudah melewati perjalanan panjang dari sawah, diolah para petani, yang sering ketipu sama tengkulak. Ayam goreng crispy itu dulunya berkokok di peternakan, diasuh oleh sejumlah karyawan, yang mungkin sudah di-PHK karena krisis ekonomi. Bahkan keripik kentang yang renyah itu pernah menjadi umbi polos di ladang yang nun jauh di sana, yang diangkut oleh para supir ttruk, yang gajinya tidak seberapa. Saat kita makan dengan penuh perhatian, kita menghormati perjalanan panjang itu. Dan, seperti halnya hidup itu sendiri, setiap perjalanan pantas untuk dihargai. Begitu, bukan?
Jadi, apa yang bisa kita simpulkan dari perjalanan ini? Diet ala mindful eating bukan tentang jadi manusia super yang selalu makan sehat dan sempurna, dan sangat terkontrol oleh paralatan paling canggiih. Ini adalah tentang jadi manusia biasa yang menikmati makanan dengan cara luar biasa. Bukan sekadar perut kenyang, tetapi hati yang tenang dan pikiran yang damai.
Cobalah praktikkan ini di rumah. Mulai dari hal kecil: nikmati secangkir teh tanpa tergesa-gesa. Rasakan kehangatannya, hirup aromanya, dan biarkan rasa teh itu menyapa lidah dan tenggorokan Anda seperti seorang teman lama. Dari sana, perlahan-lahan Anda akan menyadari bahwa makan, minum, dan bahkan hidup itu bisa jauh lebih indah bila dijalani dengan penuh kesadaran.
Dan kalau suatu hari Anda lupa, kembali lagi makan tergesa-gesa, atau terjebak ngemil tanpa henti? Tidak apa-apa. Tidak ada "wasit" Â mindful eating yang akan mengetuk pintu Anda, meniup pluitnya seraya memberi Anda "Karartu Merah", lalu mengusir Anda dari rumah. Karena sejatinya, mindful eating bukan tentang menjadi sempurna, tetapi tentang memberi diri Anda kesempatan untuk menikmati hidup, satu kunyahan penuh kesadaran pada satu waktu.
Akhir kata, selamat menikmati perjalanan baru Anda dengan makanan. Saya mendoakan Anda sukses dengan diet ini. Kalau pun tidak berhasil langsung, ya anggap saja ini latihan. Toh, dalam hidup ini, kita semua sama-sama belajar. Bukan begitu? Bahkan, siapa tahu, suatu hari nanti, Anda akan bisa bilang dengan bangga, "Saya makan pisang goreng dengan penuh mindfulness, dan itu mengubah hidup saya." SEMOGA!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI