" Aku sangat mencintaimu, bang," ujar Bunga dengan suara tersekat.
Bunga dan keluarganya mulai berkeringat. Seluruh tubuh keluarga Bunga dibasahi keringat dingin. Bagaimana tidak, hingga hari pernikahan tiba, lelaki itu belum menampak batang hidungnya. Tak ada tamda-tanda akan datang. Sementara handphone miliknya sudah seminggu tak pernah aktif. Saat didatangi ke rumahnya,para tetangga cuma bilang bahwa lelaki yang mengontrak di rumah itu sudah seminggu yang lalu meninggalkan rumahnya.
Hari yang dinanti pun tiba. Sejuta harapan masih terharap dari kelurga Bunga. Sejuta doa terus mareka sampaikan. Namun seutas sinyal pun belum terlihat. Tak ada tanda-tanda kehadiran sang mempelai. Sejuta kegelisahan terus mendera keluarga Bunga. Dan saat hari yang dinantikan tiba, kekecawaanlah yang keluarga Bunga terima. lelaki itu tak menampakkan kelaki-lakiannya yang pernah ditandaskannya ke rahim bunga.
Seorang lelaki yang biasa dipanggil Timpas akhirnya menyelamatkan suasana sakral hari itu. Lelaki itu bersedia menikah dengan Bunga walaupun resikonya dirinya harus meninggalkan pekerjaannya di Kota.
" Saya sungguh-sungguh mencintai Bunga walaupun Bunga belum bisa mencintai saya sebagaimana dia mencintai lelaki yang belum tiba," ujar Timpas dengan narasi patriotisme yang tinggi kepada keluarga Bunga.
" Apakah ananda bersedia menikahi anak kami dengan sungguh-sungguh?," tanya keluarga Bunga.
" Insya Allah, dengan restu dan doa dari Bapak dan Ibu sekeluarga, saya siap lahir batin menikahi Bunga," jawab Timpas dengan nada suara yang mantap.
Pernikahan Bunga dan Timpas pun terlaksana dengan sejuta duka cita. Sejuta bahagia muncrat dari wajah seluruh keluarga besar Bunga. Tak terkecuali Bunga yang hari itu sangat anggun dengan baju pengantinnya.Â
Bunga masih belum habis pikir. Bagaimana lelaki yang dulu ditolaknya kini bersedia untuk menikahinya dan menjadi suaminya. lelaki yang sudah lama tinggal di Kota dan sukses menjadi seorang pekerja itu ikhlas menyelamatkan malu keluarganya. Lelaki yang dulu sempat ditolak keluarganya kini justru menjadi menantu bagi mareka.
Suara musik dari orgen tunggal terdengar makin lirih. Suara penyanyinya pun sudah memudarr di mangsa malam yang makin melarut. Sementara para penonton orgen di tunggal di rumahnya pun makin menipis. Hanya hitungan jari.Itupun kebanyakan keluarga besarnya yang datang dari Kampung yang datang menyemarakan pernikahannya.
Bunga kaget saat seorang mengetuk pintu kamarnya dengan ucapan Assamualaikum. Dan jantung Bunga hampir mau copot dari katupnya saat dibalik pintu terlihat wajah seorang lelaki yang kini telah resmi menjadi suaminya.