Mohon tunggu...
Rusmin Sopian
Rusmin Sopian Mohon Tunggu... Freelancer - Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Urang Habang. Tinggal di Toboali, Bangka Selatan. Twitter @RusminToboali. FB RusminToboali.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Seratus Ribu Rupiah

7 November 2020   09:39 Diperbarui: 7 November 2020   09:51 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Koneng memang nggak bisa jaga mulut dan rahasia Pak," sambut salah seorang dari warga yang hadir. 

"Saya kesal Pak, dengan perilaku beberapa akrivis desa yang pura-pura suci dan idealis itu. Kayak nggak perlu duit saja," jawab Roy sambil mengambil sebatang rokok di atas meja.

"Kesal sih kesal. Cuma emosi harus ditahan. Coolingdown. Kalau kita emosi, ini bisa membuat team lawan bisa mengacaukan skenario yang telah kita susun berbulan-bulan. Kerja keras kita hancur. Kerja keras kita sia-sia. Dan kita malu karena jagoan kita kalah. Intinya kita tenang dan tenang. Pokoknya kita harus tenang dan terus bergerak sesuai skenario yang telah kita susun dan sepakati dalam rapat pemenangan Pak Komisi sebagai Kades baru kita. Bapak-bapak kan ingin perubahan di Desa ini," urai Pak Krikil dengan nada suara yang penuh motivasi. Dan yang hadir pun dengan koor semangat 45 meneriakan narasi setuju yang gema suaranya menembus hingga ke langit tujuh disertai tepuktangan yang menggema. Membangunkan burung hantu yang sedang tertidur pulas di sebatang pohon di hutan kecil di belakang rumah tempat pertemuan itu digelar.

Sementara itu pada malam yang sama, di sebuah rumah milik Asuk, beberapa warga Desa juga berkumpul. Suara canda tawa terus mengalir dan mengalir bak air yang datang bak musim penghujan. Rasa optimisme terus mengguncang nurani dan hati mareka. Kecerian pun tertancap di dada yang hadir. Gembira dan hanya kegembiraan yang melanda hati mereka.

"Kita akan berjaya kalau jagoan kita menang. Kita akan menjadi pengusaha baru di Desa ini. Akan jadi orang kaya," ujar Marlo yang disambut tawa orang-orang yang mendengar.

"Bukan cuma jadi pengusaha. Tapi penguasa. Ring satu Pak Kades," sambut yang lain sambil tertawa memecah malam.
' Dan ini lah momentum tepat bagi kita untuk berjaya dan berjaya. Hidup Pak Bendol," teriak team sukses Pak Bendol penuh semangat. Dan tepuktangan pun menggema di ruang belakang rumah Calon Kades ini.

Di ruang yang berbeda, masih di rumah Asuk, calon Kades yang diunggulkan Asuk hadir. Mereka berdua sedang asyik berbincang secara empat mata. Beberapa surat bermaterai tampak sudah ditandatangani antara Asuk dan Calon Kades unggulan Asuk. surat-surat perjanjian itu terhampar diatas meja. Ada juga bungkusan amplop berwarna coklat yang menggunung..Asuk tampak beberapa kali memberi wejangan dan calon Kades unggulan itu tampak manggut-manggut mendengar saran dan wejangan dari Asuk dengan penuh perhatian.

"Pokoknya, serahkan kepada kami saja. Pak Kades pasti menang dan berkuasa sebagai Raja desa. Dan kalau sudah terpilih jangan lupa dengan perjanjian kita," ujar Asuk saat mengantar calon Kades unggulannya pulang.

"Oh tentu. Saya pasti ingat Pak Asuk dengan perjanjian kita. Masa saya lupa. Kan semua biaya kampanye saya, Pakbos Asuk yang mendanai," jawab calon Kades unggulan itu sambil meninggalkan rumah pengusaha terkenal di Desa AncokLilot itu.

Isu tentang penyebaran uang Rp.100.000 yang di lakukan team sukses calon Kades telah menyebar bak virus. Mengalahkan berita tentang ulah para koruptor yang sering tayang wajah di televisi. Semua warga membicarakannya tanpa kenal waktu dalam setiap pertemuan dan obrolan. Bahkan hingga ke ruang-ruang pribadi para warga Desa Ancoklilot. Tiada hari tanpa cerita uang seratus ribu rupiah.Uang seratus ribu telah menjadi trend setter. Menjadi narasi primadona warga Desa. Baik tua maupun muda. Baik kaum lelaki maupun wanita. Semua bercerita tentang uang Rp.100.000. Seolah dengan bercerita tentang uang seratus ribu rupiah, beban hidup terasa ringan. walaupun untuk sementara waktu. Ya, untuk sementara waktu saja.

Pak Kades pun telah mendengar isu bergaya purba yang dilakukan orang-orang yang berjiwa kerdil yang ingin meraih kekuasaan dengan cara-cara purba dan tidak terhormat itu. Kelakuan purba yang dilakukan para oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab itu tentu saja melukai dan menciderai arti demokrasi. Perilaku ini tentu saja amat tidak mencerahkan dan mencerdaskan masyarakat dan tidak sejalan dengan gaung dan untuk menjadikan Pilkades Desa Ancoklilot kali sebagai Pilkades yang bermartabat dan menjunjung tinggi demokrasi dimana rakyat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi di beri hak dan wewenang penuh untuk memilih pemimpinnya sesuai dengan hati nuraninya tanpa paksaan dan intimidasi dari pihak mana pun. termasuk praktik-praktik kotor berupa money politik yang merusak jiwa dan arti demokrasi itu sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun