Mohon tunggu...
Rusmin Sopian
Rusmin Sopian Mohon Tunggu... Freelancer - Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Urang Habang. Tinggal di Toboali, Bangka Selatan. Twitter @RusminToboali. FB RusminToboali.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pak Presiden, Nama Saya Jokowi

25 Juni 2016   19:30 Diperbarui: 26 Juni 2016   12:47 581
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pak Presiden Yth.

Perkenalkan nama saya Jokowi. Saya tinggal di desa terpencil, di kecamatan tertinggal , di Kabupaten terluar negara ini. pekerjaan saya nelayan. Untuk mencapai daerah saya, bukan hanya jalan berdebu yang harus dilalui, namun harus melalui hutan bahkan harus menyeberangi lautan yang ganas. Tapi saya heran kok banyak sekali para nelayan asing yang melaut di daerah kami. Padahal untuk mencapai daerah ini sangat jauh. Para aparat pun jarang bahkan hampir tak pernah ke Desa kami. Tapi mareka para pencuri ikan itu kok bisa nyampai ke Desa kami. Sebagai warganegara, saya sangat terusik dengan kehadiran mareka. mareka adalah pencuri dilaut kami. Demikian surat ini saya buat dan semoga Bapak Presiden berkenan membacanya.

Wassalam

Hormat saya

Jokowi.

lelaki setengah baya yang bernama Jokowi tampak puas, usai menulis surat untuk Pak Presiden. Surat itu akan dikirimnya lewat pos.

"Semoga surat ini dibaca pak Presiden," desisnya dalam hati sambil memasukkan surat ke dalam amplop.

***

Pagi-pagi sekali, usai sahur, lelaki dari Desa itu segera berangkat ke Kota untuk mengirimkan surat yang telah dibuatnya. Jarak Desa dengan Ibukota Kecamatan harus ditempuhnya dengan perjalanan hingga 5 jam. Dan sekitar pukul 10 pagi, lelaki itu telah tiba di Kantor Pos Kecamatan. Kesibukan tampak di loket kantor pos. Maklum mau lebaran. Banyak yang mengirim surat bahkan mengirim barang untuk kerabatnya di lain kota. Ada pula yang mengambil uang kirimna  dari anaknya yang menjadi pahlawan devisa di negeri orang.

" Bapak yang bernama Jokowi," tanya seorang petugas kantor Pos kepada lelaki itu.

" Ya. Ada pak Pak. Apa biaya pengiriman suratnya kurang," jawab Lelaki tua itu.

" Nggak. Biayanya cukup,Pak," jelas petugas loket dengan senyum.

***

Berita tentang lelaki tua itu mengirim surat kepada Pak Presiden akhirnya tercium di masyarakat Desa. Ada yang mencibir. Ada yang bangga. bahkan ada yang mempertanyakan eksistensi lelaki itu mengirim surat untuk Pak Presiden.

" Apa sih maksud Mbah Jokowi mengirim surat kepada Presiden? Apa beliau mau minta bantuan dana," tanya seorang warga.

" Aku nggak ngerti. Paling juga hanya minta bantuan dana," jawab warga yang lain.

" Harusnya kita kepada Mbah Jokowi. Orang tua seumuran beliau masih mau berkirim surat untuk Pak Presiden. Kita yang masih muda-muda ini malah cuek terhadap Desa kita," ungkap warga lainnya. mendengar penjelasan warga itu, para warga yang berkumpul hanya terdiam. Desis angin yang sepoi menghampiri mareka. Sungguh nikmat kesepoian angin di pantai ini.

***

Sore itu senja mulai beranjak ke peraduannya. Langit  mulai berarak. Cahaya rembulan mulai terlihat genit. lelaki itu pun sgera meninggalkan perahunya yang tertambat di bibir pantai. Pasir putihnya sungguh menawan. Kecipak air laut terdengar bak harmoni musik mozart.

Dari kejauhan tampak seorang lelaki berpakaian dinas bergegas menuju ke arahnya. Dia tampak melambai-lambaikan tangan seakan-akan memberi kode. jalannya tampak bergegas.

" Ada apa ya Pak Sekdes. Kok sepertinya ada sesuatu yang penting," tanya lelaki tua itu.

" Sangat penting sekali Mbah. Ini perintah dari Pak camat. Makanya saya tergesa-gesa datang kesini mau menyampaikan sesuatu," jawab pak Sekdes dengan nafas yang tersengal-sengal seperti nafas koruptor yang dikejar-kejar petugas KPK.

" Soal apa ya, pak Sekdes," tanya lelaki tua itu.

" Pak Presiden mau ketemu Mbah," jawab pak Sekdes.

" Ha...!!! Mau ketemu saya," ucapnya setengah tak percaya.

" Benar sekali. Minggu depan Pak Presiden mau ketemu Mbah. makanya skarang kita ke rumah Mbah. Ada Pak Camat di sana," ajak Pak Sekdes.

Hanya dalam hitungan menit, keduanya sampai di rumah Mbah Jokowi. Ramai sekali. Petugas berpakaian dinas tampak memenuhi rumah Mbah Jokowi. Ada utusan Pak Bupati.

" Mbah. Pak Presiden mau ketemu Mbah. Maka kami diperintahkan pak Gubernur untuk mengatasi segala sesuatunya. Termasuk memperbaiki rumah Mbah. Dan membuat WC dan kamar mandi. Pak Presiden mau menginap di rumah Mbah," jelas utusan Pak Bupati. Lelaki tua yang akrab dipanggil Mbah Jokowi cuma terdiam.

***

Kesibukan di rumah Mbah Jokowi dalam seminggu ini terlihat sangat sibuk bahkan super sibuk. Beberapa bagian rumah Mbah Jokowi yang tak layak diganti. Atap rumah yang bocor diganti seng baru. Rumah juga di cat sehingga terlihat agak menarik dan tidak kumuh. Siang malam orang-orang bekerja di rumah Mbah. Sebuah kesibukan yang luarbiasa. 

Hari yang dinantikan telah tiba. Mbah Jokowi tampak kikuk dengan rumah baru dan baju barunya. Lelaki tua itu tampak asing dengan yang terjadi atas dirinya. Apalagi dalam tiga malam ini rumahnya dijaga ketat oleh petugas berpakaian preman yang selalu stand by di sekitar rumahnya. tetangga yang mau bersilahturahmi ke rumah Mbah pun diperiksa.

Dari kejauhan sudah terdengat sirene mobil yang menandakan Pak Presiedn telah mendekat areal rumah Mbah. dari dalam mobil berflat RI 1 sesorang lelaki berpakaian putih tampak keluar dari mobilnya. Senyum ditebarkannya. Para warga yang tengah menunggu di rumah Mbah Jokowi berebut bersalaman dengan Pak Presiden. bahkan ada warga yang mendapat sesuatu dari Pak Presiden.

" Mbah yang bernama Jokowi," tanya Pak Presiden sambil menyalami tangan Mbah Jokowi.

" Iya, Pak Presiden," jawab Mbah.

" Lho. Kok bisa sama ya nama kita. Nama saya juga Jokowi, Mbah," ucap Pak Presiden.

Mendengar itu. Mbah Jokowi langsung pingsan. Kesibukan pun terjadi. Para Paspamres dan beberapa petugas tampak sibuk membawa Mbah ke dalam rumah. Petugas medis pun langsung beraksi untuk memberikan pertolongan kepada Mbah. Namun tidak berhasil. Mbah jokowi dinyatakan sudah meninggal.

Senja yang indah, mengiringi pemakaman Mbah Jokowi. Pak Presiden pun turut mengantarkan jenazahnya hingga ke liang lahat. Langit tampah membiru. Angin laut pun bertiup sangat sepoi. Wajah Pak Presiden tampak sedih. Surat yang dikirimkan Mbah Jokowi telah mengetuk jendela nuraninya, terutama tentang kedaulatan negara. Dan dalam hati Pak Presiden berjanji untuk menjaga kedaulatan bangsa ini sebagimana pesan Mbah Jokowi dalam suratnya. (Rumin)

Tobolai, bangka Selatan 19 ramadan.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun