Mohon tunggu...
Rusmin Sopian
Rusmin Sopian Mohon Tunggu... Freelancer - Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Urang Habang. Tinggal di Toboali, Bangka Selatan. Twitter @RusminToboali. FB RusminToboali.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tiga Lelaki Istimewa

10 April 2016   22:02 Diperbarui: 10 April 2016   22:22 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Dan saya pantang mengkritik orang dibelakang yang bersangkutan karena apa yang kita narasikan itu tak pernah didengar orang yang kita kritisi. Kalau saya mengkritisi Cagal, saya selalu menyampaikannya di depan mukanya secara langsung tanpa tedeng aling-aling dengan seribu fakta sehingga beliau tahu apa yang kita sampaikan," lanjut Calog sambil menyeruput kopi.

"Dan itulah yang menyebabkan persahabatan kami langgeng karena kami saling mengingatkan walaupun dengan narasi yang kadangkala sangat kritis," sambung Calik. Pengunjung Warkop pun terdiam seribu bahasa. Cuma dalam hati mareka mengagumi gaya persahabatan ketiga lelaki itu. Sesuatu yang sangat istimewa dalam budaya persahabatan yang selalu dibekali dengan tahta dan kuasa serta angpao.

Persahabatan tiga lelaki itu memang sangat istimewa dan penuh dinamika. Ketiganya mampu melewati masa-masa kritis dalam persahabatan. ketiganya mampu menerjang onak kehidupan yang sempat mematahkan tali persahabatan mareka. Ketiganya mampu merengkuh jalinan persahabatan tanpa harus saling mendustai diri dalam bersahabat. Ketiganya mampu melayari dunia persahabatan hingga menuju tujuan yang amat mareka rindui.

"Dan kami tidak pernah mendustai persahabatan kami dengan yang namanya prasangka. Kalau ada sesuatu yang patut diomongkan dan dikritisi sampaikan," ujar Cagal.

"Kami bersahabat karena hati. Bukan karena kekayaan dan kekuasaan sahabat," sambung Calog.
"Tak heran persahabatan kami langgeng. Karena ya itu tadi...kami bersahabat karena sehati walaupun pemikiran kami sangat berseberangan dalam menyikapi suatu persoalan," lanjut Calik.

"Jadi bagi anda bertiga, berdebat mempertahankan argumen adalah sesuatu yang biasa saja," tanya seorang pengunjung.

"Iya," jawab ketiganya dengan nada serempak bak koor paduan suara.

"Namun bukan berarti kami tak berdebat. Selalu berargumentasi," jawab Cagal.
"Kami berdebat dengan segudang argumentasi yang kuat dan bukan berdasarkan logika semata. Tapi berdasarkan aturan yang berlaku dinegeri ini," sambung Calog.

"Bagaimana kami bisa mengakhiri perdebatan kalau kami hanya menggunakan logika semata. Maka panduannya aturan dan regulasi di negeri ini yang jadi patokan dalam mengakhiri perdebatan," ujar Calik.

Para warga pengunjung Warkop pun terkagum-kagum atas narasi ketiganya. Langsung menyeruput kopi yang mulai dingin ditetesi embun malam yang mulai liar dan nakal. Ekploirasi diksi ketiga lelaki tadi membuat kopi terasa hambar dan mendingin.

Para penikmat kopi di warkop pun tersenyum. Ada kebahagian yang terselip dalam jiwa mareka. Setidaknya perilaku ketiga lelaki itu layak ditiru dan dicontoh. Dan mareka memang lelaki istimewa. Ya, ketiganya memang para lelaki yang istimewa. (Rusmin)

Kampung Aek Aceng, Toboali, Bangka Selatan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun