Mohon tunggu...
Rusmin Sopian
Rusmin Sopian Mohon Tunggu... Freelancer - Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Urang Habang. Tinggal di Toboali, Bangka Selatan. Twitter @RusminToboali. FB RusminToboali.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Nyai

1 April 2016   21:17 Diperbarui: 1 April 2016   23:55 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Demikian pula sat kami akan menghadapi ujian akhir sekolah Nyai selalu meminta kami untuk menemuinya. Dan Nyai selalu berpesan kepada kami untuk selalu belajar dan belajar.

"Kamu harus jadi orang pintar. Orang pintar sangat dihormati orang. Lihat kakekmu," ujarnya sembari memuji sang suami.

Aku pernah kesal dengan Nyai karena saat masih SMA, Nyai pernah menolak untuk bersalaman dengan gadis pujaan ku karena adanya desas desus Ibu gadis itu seorang janda.

"Apa alasan Nyai tidakmau bersalaman dengan cewek ku? Apa salah dia terhadap Nyai,"protesku.

"Kamu itu kalau cari jodoh liat dulu latar belakang keluarganya," ujar Nyai pendek. Aku cuma terdiam.

Sebagai seorang tetua Nyai mempunyai feeling saat aku mengenalkan seorang wanita bernama Sulastri. Nyai tampak gembira saat aku bersama Sulastri datang ke rumahnya. Nyai begitu antusias. Nyai sangat asyik bercerita dengan Sulastri calon istriku. Mareka tampak sangat akrab. bak orang yang sudah saling mengenal.

"Itu adalah wanita yang cocok mendampingimu. Dan Nyai sangat setuju dengan pilihanmu. Dia mirip dengan Nyai," bisik Nyai saat aku dan Sulastri meninggalkan rumah Nyai.

Kini Nyai telah wafat. Sebagai cucu aku sangat bahagia, saat menikah Nyai masih bisa melihat aku duduk dipelaminan. Aku sangat bahagia. Dan sebagai cucu aku pun sangat bahagia karena banyak petuah Nyai yang hingga kini masih terngiang di otak ku yang akan kuwariskan kepada anak cucuku nantinya. terutama soal nasehatnya bahwa kehormatan seorang manusia itu bukan diukur dari harta dan kekuasaannya, namun sejauh mana dia sebagai manusia bisa mewariskan sesuatu yang berguna bagi orang banyak. Dan tetap dikenang hingga ajal menjemputnya. Bahkan hingga keliang kuburnya.

Nyai, aku cucumu sangat bangga padamu. (Rusmin)

Toboali, Bangka Selatan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun