Andalas semakin kikuk dan hanya memegangi X-One dan lupa tadi akan berbuat apa. Akiko mengangsurkan tangannya meraih X-One dari tangan Andalas.
"Apa yang bisa kubantu dengan ini?"
Tentu saja Akiko dengan senang hati akan mengerjakan apa saja asal bisa di kokpit ini berlama-lama bersama Andalas. Lagipula instrumen di panel pesawat dan pemandangan di depan sangat monoton dan menjemukan.
"Eh..oh..oke. Hubungi Luigi dan sampaikan bahwa 8 jam lagi kita akan transit di Schiphol mengisi bahan bakar kemudian lanjut ke Jenewa."
Akiko dengan gembira melakukan perintah Andalas. Andalas sendiri menarik nafas panjang seolah merasa terbebas dari kepungan 10 pembunuh bayaran yang sedang mengincar nyawanya. Entah kenapa. Berdekatan dengan wanita ini sekarang membuatnya gemetaran.
----
Jauh di daratan sana. Di sebuah mansion mewah yang menghadap lautan Karibia, Sang Chairman menatap satu persatu anggota Organisasi dengan mata liar. Tidak seperti biasanya.
11 orang yang duduk melingkari meja kayu yang indah hanya berdiam diri. Menunggu perintah atau gerutuan dari Sang Chairman.
"Mereka sudah semakin dekat ke Fasilitas Gobi. Kita harus mencegahnya atau merebut petunjuk apapun yang mereka pegang untuk menuju kesana. Ini berbahaya!"
Sang Chairman memandang lukisan Black Death di dinding dengan geram. Pandemi yang memang diharapkannya saat ini masih belum menyamai rasio kematian saat terjadinya Black Death.
"Kerahkan semua sumberdaya yang kita punya! Jaga setiap sudut perbatasan Mongolia yang menuju ke Gurun Gobi. Mereka pasti lewat Ulaanbataar untuk memasuki Fasilitas Gobi."