Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Serum Sesi Recovery-Bab 5

29 Mei 2020   05:08 Diperbarui: 29 Mei 2020   05:13 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bab 4

Lyon, 45 45 36 N, 4 50 24 E
Markas Besar Interpol

Andalas memeriksa denah ruangan yang ada di meja si penjaga. 48 dan 50 berada di sayap kanan basement ke-2. Lelaki itu berlari sekencangnya ke basement. Suara ledakan itu semakin jarang. Dia harus menemukan mereka mumpung situasi masih kacau.

Beberapa kali Andalas berpapasan dengan petugas Interpol yang berlarian dari lantai basement.

"Markas diserbu habis-habisan Pak! Belasan orang memakai peledak dan senjata berat mengepung markas ini!" Andalas berteriak-teriak sambil bertingkah panik.

Sontak saja para petugas itu semakin banyak yang menaiki lantai atas dengan senjata-senjata terkokang di tangan mereka.

Sampai di basement ke-2 Andalas melihat ada 2 orang penjaga memandang curiga kepadanya.

"Saya diperintahkan berlindung kesini Pak! Terjadi serangan brutal oleh para teroris di atas!" Andalas masuk ke ruangan kontrol basement 2 sembari berjongkok dan menutupi muka di pojokan.

Kedua penjaga itu saling berpandangan. Berarti situasinya sangat gawat. Dari balik tangan yang mendekap mukanya sendiri Andalas menilai situasi. Dia tidak boleh membuang waktu. Ketika dilihatnya kedua penjaga itu lengah dan sepertinya sedang berunding harus berbuat apa, Andalas bergerak.

Terdengar suara hekk hekk beberapa kali saat kedua penjaga kekar itu menggelosoh pingsan di lantai terkena pukulan dan tendangan Andalas.

Andalas menarik tuas pembuka ruang tahanan lalu menyentuh kenop di bawah angka 48 dan 50. Suara pintu besi terbuka di dalam disusul langkah kaki berlarian. Andalas melesat keluar. Dia harus cepat.

Nyaris saja tubuh langsing itu terpental ditabrak badan Andalas jika saja lelaki itu tidak sigap menarik lengannya dengan refleks. Kontan saja tubuh yang nyaris jatuh itu mendarat di pelukan Andalas.

Akiko yang sudah bersiaga dalam mode tempur melepaskan diri dari pelukan lalu memandang tak percaya ketika melihat siapa yang tadi memeluknya.

"Andalas!" Akiko menubruk tubuh Andalas. Lelaki yang tidak siap itu tentu saja malah terdorong jatuh bergulingan. Kedua tubuh berpelukan sambil saling dekap di lantai.

Cecilia yang tadi mengikuti pelarian Akiko dari belakang tersenyum maklum di balik kekagetannya melihat Andalas tiba-tiba muncul di tempat ini.

"Kalian sudah selesai kangen-kangenan? Kalau belum aku akan menunggu di ruang penjaga itu sampai tahu apa rencana kita selanjutnya."

Andalas tersentak kaget. Pelukan erat Akiko tadi sungguh membuatnya tenang. Seolah hiruk pikuk di lantai atas hanyalah musik yang mengantarkan pertemuan mereka kembali.

Andalas bangkit berdiri sembari menarik lengan Akiko yang tersenyum manis dan berseri-seri.

"Kalian ikut aku! Akiko ambil 2 senjata penjaga itu." Akiko langsung cemberut mendengar perintah itu. Huh! Menganggu saja! 

Sebuah ledakan besar mengguncang basement. Andalas terperanjat. Itu pasti ledakan terakhir yang dibuat oleh Marcos dan Brando. Mereka harus cepat!

Ketiganya mengendap-endap saat sampai di lantai dasar markas itu dan menyaksikan situasi masih kacau dengan beberapa petugas berteriak-teriak memberi perintah sedang sebagian besar sisanya bersiaga di tiap-tiap jendela dan pintu.

Andalas menarik tangan Akiko dan melambai ke arah Cecilia. Mereka menyelinap ke lorong samping resepsionis yang nampak kosong. Lelaki itu hanya mengandalkan intuisinya bahwa lorong itu akan membawa mereka ke pintu keluar lain.

Benar saja. Setelah mengikuti lorong yang berliku, mereka sampai di pintu keluar yang nampak dijaga oleh 4 orang petugas.

Andalas membiarkan Akiko dan Cecilia bersembunyi di balik tembok lorong dan dia langsung keluar mengangkat tangan sambil berteriak-teriak.

"Mereka menyerbu dari pintu depan! Satu pasukan penuh!"

Keempat penjaga itu sontak merespon teriakan Andalas dan berlari ke depan melalui lorong terdekat yang berbeda dengan lorong tempat Andalas masuk.

Andalas menyemangati keempat orang itu.

"Sikat Pak! Habisi teroris itu! Biar saya menjaga pintu ini!"

Andalas membuka pintu samping dan langsung berhadapan dengan situasi lengang. Pintu ini ternyata mengarah keluar ke gang buntu di samping markas. Hanya terlihat satu jalan keluar mengarah ke jalanan di depan markas. Wah, gawat! Posisi mobil ada di gang sebelah lagi.
Di saat Andalas berpikir keras bagaimana cara keluar tercepat, terdengar derum mesin mobil mendekat dan berbelok tajam menuju gang tempat mereka sedang berkumpul. Pintu itu telah mereka tahan dari luar menggunakan tali yang ditemukan Andalas di tempat sampah.

Andalas dan Akiko sama-sama bersiaga penuh.

Suara rem berdecit-decit saat mobil sedan itu melakukan drifting tajam sehingga moncongnya langsung berputar mengarah ke jalan masuknya.

Andalas melongo ketika melihat pintu penumpang sebelah kanan depan belakang terbuka. Lian Xi menampakkan mukanya dan berseru.

"Cepat masuk! Sebelum kita terjebak di gang bau ini dan tertangkap!"

Andalas melompat masuk di sebelah Lian Xi. Cecilia dan Akiko menghambur masuk di jok belakang.

Mobil itu langsung melejit ke depan dengan kecepatan tinggi dan menikung di jalan besar di depan yang mulai dibarikade menggunakan kawat berduri oleh sepasukan Interpol bersenjata.

Mobil itu seperti formula 1 yang sedang berburu garis finish. Melesat dengan kecepatan tertingginya menerobos barikade yang belum selesai dipasang. Diikuti kemudian oleh suara sirine meraung-raung di belakang mereka. Andalas menyaksikan dari kaca spion puluhan mobil Interpol mengejar mereka beramai-ramai.

Rupanya setelah ledakan besar terakhir, Marcos dan Brando segera melarikan diri menjauh dari markas Interpol. Pimpinan markas Interpol kemudian menyadari bahwa mereka ternyata sengaja dialihkan perhatiannya agar seseorang bisa membobol masuk ruang tahanan dan membebaskan 2 orang tahanan penting.

Di saat mereka mulai bersiaga dan berusaha menutup pintu keluar dengan memasang barikade, mobil yang dikemudikan Lian Xi menerobos keluar dengan kecepatan tinggi.

Di tengah-tengah deruman mesin yang kencang dan badan mobil yang zig zag ke kanan kiri untuk menghindari kepadatan lalu lintas, Andalas bertanya setengah berteriak kepada Lian Xi.

"Masuk ke kompleks pertokoan besar. Kita berganti mobil di sana!"

Lian Xi tersenyum kecil sambil mengangguk ringan. Dengan lincah mobil sedan itu dibawanya menerobos jalan satu arah dari arah berlawanan. Cecilia menjerit. Hampir saja sebuah SUV menerkam mereka kalau Lian Xi tidak dengan sigap mengelak dan terus mengebut. Suara kencang klakson bersahutan memenuhi udara Kota Paris saat Lian Xi dengan berani melaju kencang dan mobil-mobil dari arah depan terpaksa minggir atau berhenti.

Di belakang, Akiko memandang kagum. Perempuan itu hebat sekali caranya mengemudi. Tapi siapa dia? Kenapa dia bersama Andalas? Pikiran itu membuat Akiko mengedikkan kepala geram.

Setelah beberapa saat melawan arus, Lian Xi membanting stir ke kanan dengan tiba-tiba di sebuah U-Turn. Mobil itu terangkat ke udara pada sebelah sisinya untuk kemudian mendarat lagi di darat dengan suara berdebum. Andalas menoleh ke arah Lian Xi. Wanita ini lumayan gila!
Akiko yang terus memperhatikan, mengira Andalas sangat kagum terhadap pengemudi wanita itu. Hatinya langsung terbakar.

Mobil itu masuk gerbang parkir sebuah mall besar dan menyusup ke basement dengan tenang di saat dari seberang jalan rombongan mobil Interpol terus melakukan pengejaran dengan sirine yang tak berhenti meraung-raung.

Andalas menunjuk sebuah slot parkir kosong di sebelah SUV Renault Koleos. Hmm, merk yang pas untuk berganti mobil. Andalas beraksi cepat.

Setelah berhasil menghidupkan Koleos dan duduk di kursi pengemudi, Andalas melambai kepada ketiga orang yang masih menunggu di dalam mobil. Lian Xi, Cecilia dan Akiko bersicepat masuk ke dalam SUV bertampang gagah itu.  

Terjadi sedikit kericuhan saat Lian Xi hendak masuk ke jok depan di sebelah Andalas. Akiko Menahan lengannya sambil mengacungkan FN di tangannya ke leher Lian Si.

"Kau siapa? Nampaknya kau sangat mencurigakan!"

Andalas buru-buru turun dari mobil. Memegang lembut lengan Akiko dan menurunkan tangannya. Sementara Lian Xi sama sekali tidak terlihat ketakutan seperti ketika di Bandara Paris saat Andalas menyelamatkannya dari serangan Helda dan Isamu.

"Dia Lian Xi. Dosen Universitas Moscow. Dia akan membantu kita bertemu dengan Cathy." Cecilia langsung tertarik mendengar nama Cathy disebut.

Tapi Akiko tidak.

"Aku curiga perempuan ini suruhan Organisasi untuk menjebak kita bertiga. Dia harus dilumpuhkan!" Akiko menepis tangan Andalas dan langsung menyerang Lian Xi di bagian leher untuk membuatnya pingsan.

Serangan itu luput. Lian Xi mengelak dengan sigap. Akiko semakin marah. Dia mengarahkan beberapa pukulan dan tendangan untuk membuat Lian Xi tak berdaya.

Tapi Lian Xi sama sekali tidak tinggal diam. Dia mengelak dengan lincah dari serangan Akiko dan bahkan balas menyerang. Terjadilah perkelahian di basement parkir antara 2 wanita yang sama-sama cantik dan terlihat juga sama-sama ganas.

Andalas bengong. Lian Xi ternyata seorang wanita tangguh yang tidak kalah dengan Akiko. Tapi kenapa di bandara Paris dia terlihat begitu ketakutan? Akiko benar. Wanita itu mencurigakan. Andalas bertindak cepat.

Saat kedua wanita itu masih beradu pukulan, Andalas menarik lengan Akiko dengan cukup keras ke belakang sehingga dokter muda itu terhuyung-huyung. Namun bersamaan dengan itu Andalas melakukan gerakan menangkap lengan Lian Xi dan menelikungnya ke belakang punggung.

Andalas mendekatkan bibirnya ke telinga Lian Si.

"Kau sebenarnya siapa? Mengakulah!"

Meskipun dalam tawanan Andalas, Lian Xi tersenyum mengejek ke arah Akiko. Wajahnya sama sekali tidak menunjukkan ketakutan sedikitpun.

Akiko yang sedang marah bukan main, semakin panas hatinya melihat seolah Andalas memeluk Lian Si dari belakang sambil berbisik mesra. Hampir dia melayangkan pukulan ke muka Lian Xi jika saja wanita tidak mengeluarkan sebuah jawaban yang mengejutkan.

"Aku memang benar bernama Lian Xi. Adik Profesor Lian Yang. Aku juga benar adalah dosen Biologi Molekuler di Universitas Moscow. Tapi aku juga merupakan agen lapangan MSS yang bertugas di Rusia."

Andalas melepas lengan Lian Xi dalam keterkejutannya.

Bogor, 10 Mei 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun