Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Serum Sesi Recovery-Bab 1

25 Mei 2020   06:24 Diperbarui: 25 Mei 2020   07:50 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Serum Sesi Pandemi-Bab Penutup

Novosibirsk, 55 3 0 N, 82 57 0 E
Sebuah Pondok di Pinggiran Danau Beku

Andalas membuka matanya. Memandangi ruang yang asing ini dengan waspada. Dia tidak tahu berapa lama tidak sadarkan diri. Satu hal yang diingatnya adalah kekacauan di Bandara Grozny. Cecilia! Akiko!

Lelaki ini bangkit seketika. Ingatan itu membuat semua otot dalam tubuhnya bekerja. Dia harus melindungi mereka. OWC yang beringas. Organisasi yang ganas. Belum lagi dinas-dinas rahasia yang licik. Tapi di mana mereka? Apakah mereka juga ada di sini? Seingatnya dia bersama Cecilia dan Akiko di dalam pesawat Swiss Air yang sedang terlibat baku tembak.

Andalas membuka pintu kayu yang tebal. Dia berada di sebuah kabin yang kecil tapi terawat serta mempunyai peralatan lengkap. Pondok ini hangat. Perapian itu terus menyala. Pasti ada seseorang yang telah membawanya ke sini. Andalas menduga dia masih berada di dalam wilayah Rusia.

"Yup! Kau di Siberia nak." sebuah suara mengejutkan datang dari belakang. Andalas menoleh.

Dilihatnya seorang pria berusia 60 an. Berambut perak dengan mata yang selalu tersenyum, memandangnya dengan maklum.

"Saya di mana Pak?" Andalas bertanya sembari membuka pintu luar pondok. Sebuah hembusan angin yang luar biasa dingin menerpa mukanya.

"Aku yang membawamu ke sini setelah kau dioperasi besar dua hari yang lalu. Peluru itu nyaris bersarang di jantungmu. Hanya meleset beberapa mili. Saat ini kau berada di kabin rahasia Dokter Adli. Ini masuk wilayah Novosibirsk."

Andalas menutup pintu kembali. Di luar terlalu dingin. Dia menghenyakkan pantat di kursi kayu yang dilapisi busa hangat.

"Apakah Bapak tahu kabar 2 orang teman saya. Cecilia dan Akiko? Mereka juga kolega Dokter Adli Aslan." Andalas berharap orang tua itu tahu banyak hal.

"Aku tidak mengenal mereka nak. Aku hanya diperintahkan untuk memindahkanmu ke sini oleh Dokter Adli. Dunia sedang kacau. Penyakit merebak di mana-mana di hampir seluruh negara di dunia. Ini adalah salah satu tempat aman yang terakhir aku rasa."

Andalas terperanjat. Penyakit? Astaga! Jangan-jangan....

Andalas meraba-raba kantung bajunya.

"Kau mencari ini nak?" orang tua itu menunjuk sebuah gawai yang tergeletak di meja di depannya.

Ah, syukurlah! X-One!

Andalas meraih X-One dan mencoba mencari sambungan aktif kepada siapa saja. Salah satu dari anggota tim MS-BA-30. Tidak ada satupun indikator yang menyala. Duh!

Matanya lalu beredar sekeliling ruangan. Sebuah televisi lama ukuran kecil nampak di meja sudut ruangan. Andalas memberi isyarat tanya. Apakah televisi ini masih hidup?

Orang tua itu terkekeh.

"Mungkin sudah hampir 10 tahun TV itu hanya jadi hiasan nak. Rusak."

Andalas memutar bola matanya. Dibukanya pintu pondok meski angin dingin kembali menyerbu masuk dengan garang. Lelaki itu melangkah keluar sambil terus mengawasi layar X-One.

Gadget canggih ini selalu bisa tersambung dengan satelit komunikasi apapun pada orbit terdekat tanpa harus bergantung pada jaringan seluler. Satu-satunya masalah adalah jika lapisan stratosfer tertutup awan pekat.

Dan itulah yang terjadi sekarang. Tangkapan coverage satelit nol. Andalas menggigil. Sudah terlalu lama dia berada di luar pondok. Suhu sedang drop di bawah 0 derajat. Namun kekerasan hati mengalahkan rasa dingin yang menusuk-nusuk setajam ujung Kaiken di kulit mukanya yang terbuka.  

Kaiken? Kenapa yang terlintas di dalam pikirannya adalah senjata Akiko? Andalas menghantamkan kepalan ke batang pinus yang bagian bawahnya tertutupi salju dan es. Dari mulutnya keluar gerutuan lirih. Manusia lemah.

Ting! Awalnya Andalas tidak menyadari suara itu. Fokusnya masih kepada senyum mengejek Akiko. Dingin tapi manis bukan main!

Ting! Barulah Andalas terlonjak kaget. Buru-buru membuka X-One.

Andalas. Cathy di sini. Kau di mana? Cecila dan Akiko SANGAT membutuhkanmu.

Aku di seputaran wilayah Siberia. Aku baru siuman pagi ini. Mereka kenapa? Mereka di mana? Aku mendengar kabar pandemi sudah menjangkiti dunia, benarkah? Apakah Pandora aman? Bagaimana serum anti virus untuk MS? BA? Apakah kalian berhasil?

Dengarkan baik-baik. Aku akan mengupdate secara ringkas kondisi tim MS-BA-30 dan hal lain. Aku tidak bisa lama-lama membuka X-One. Kami sedang diburu dan harus terus bergerak;
1. Dokter Adli Aslan dilengserkan dari posisinya sebagai Direktur Jenderal WHO. Dia sedang dijadwalkan untuk mulai diadili di Den Haag. Tuduhan kejahatan terhadap kemanusiaan.
2.Pandora jatuh! Kami diserang oleh pasukan besar. Aku, Prof Sato, Prof Lian, Prof Raul, dan Prof Mbutu berhasil diloloskan oleh beberapa agen MI6 yang juga berhasil selamat. Kami sekarang bersembunyi di sebuah tempat terpencil di fasilitas rahasia milik teman dekat Profesor Lian Yang. Aku rasa ini di sebuah gurun pasir maha luas. Namun entah di mana tepatnya.
3. Cecilia dan Akiko tertangkap Interpol! Mereka ditahan di Lyon. Aku tidak bisa menghubungi mereka namun aku berhasil menelisik informasi bahwa mereka juga akan diajukan ke pengadilan Den Haag. Sama dengan Dokter Adli.
4. Dunia dilanda Pandemi dari 2 sisi! Bagian utara dihajar MS, dan bagian selatan dihantam BA. Hati-hati kalau keluar ke keramaian. Kau imun terhadap BA tapi aku tidak tahu apakah MS juga. Saranku jangan sampai terluka. MS menular melalui darah terbuka.
5. Dokter Adli berpesan jangan campuri urusannya di Den Haag. Selamatkan dulu Cecilia dan Akiko. Kami aman di sini. Fasilitas ini bisa menopang kehidupan bertahun-tahun. Kami akan membangun dan meneruskan riset untuk MS dan BA sampai bisa menemukan serumnya.

Andalas tidak membalas lagi. Jadi pandemi yang mereka berusaha tangkal mati-matian, ternyata sudah terjadi. Ayah angkatnya jadi tersangka besar dan akan diadili di Pengadilan Internasional. Cecilia dan Akiko menjadi tahanan Interpol di Lyon.

Meskipun bekas operasi di dadanya masih sangat terasa, Andalas sudah menetapkan tekad. Aku harus ke Perancis!

Tapi bagaimana caranya?

"Dokter Adli memintaku menyerahkan ini." Orang tua itu berada di belakangnya sembari menyodorkan sebuah kunci kecil.

"Petunjuknya ada di sini." sebuah kertas yang terlipat rapi diserahkan kepada Andalas.

Andalas memasukkan kedua benda itu ke dalam kantong dalam jaket. Dia harus bersiap-siap. Tapi orang tua itu kembali menunjukkan kejutan. Di depannya sudah tersedia travel bag yang setelah diperiksa berisi baju-baju yang kelihatannya pas dengan ukurannya. Juga uang cash dalam 2 amplop tebal.

Kejutan terakhir. Orang tua itu menyodorkan kunci mobil kepada Andalas.

"Ini mobil segala medan kesukaan Dokter Adli jika pergi berlibur kesini. Pakailah. Di dalam kertas itu tadi juga ada nomor asisten pribadi Dokter Adli yang ada di Seoul. Kau bisa menghubunginya kapan saja jika membutuhkan sesuatu. Dokter Adli sudah beberapa lama menyiapkan semuanya."

Andalas mengangguk. Ayah angkatnya itu memang seorang panglima.

Bogor, 9 Mei 2020

*

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun