Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Serum-Bab 52

17 Mei 2020   18:31 Diperbarui: 17 Mei 2020   18:28 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bab 51

Perairan Arctic, 64 57 0 N, 19 0 0 W
Kapal Hantaa 05

Andalas berhasil membuat perahu karetnya menempel di dinding kiri Hantaa 05 di antara hujan kanon air dan di tengah-tengah gencarnya tembakan. Sebuah tangga tali telah diturunkan. Akiko memegangi tangga sedangkan Andalas terus berusaha menstabilkan perahu karet.

Sambil memegangi tali untuk mempermudah Cecilia menaiki kapal. Akiko menghujani speedboat yang berusaha mendekat dengan AK 47 nya. Speedboat tersebut terpaksa bermanuver putar balik karena tembakan itu kemudian disusul dengan ledakan keras. Akiko melemparkan granat tangan. Tidak mengenai sasaran namun setidaknya speedboat tersebut menjauh sementara sampai Cecilia mencapai pinggiran kapal.

"Naik Akiko! Aku akan melindungimu!"Andalas berteriak di tengah suara hingar bingar. Akiko tidak menjawab. Dia meloncat dengan sigap menaiki tali yang bergoyang-goyang itu.

Begitu Akiko mulai merayap ke atas kapal, Andalas langsung menjauh dari Hantaa 05 untuk memancing 2 speedboat itu mengejarnya. Dia juga sudah melihat dari kejauhan kapal besar yang meluncurkan speedboat dan helikopter itu ternyata bukan kapal biasa tapi adalah kapal perang jenis perusak. Tidak nampak bendera negara manapun di tiang kapal perusak itu.

Mereka tidak main-main. Jika melihat pengorganisasiannya, ini mungkin gerakan Organisasi.

Sebuah ledakan keras nyaris menghancurkan perahu karetnya. Andalas kaget bukan main. Meriam kapal perusak itu mengincarnya! Dia harus menjauh dari Hantaa 05 dan mendekati kapal perusak itu.

Dengan kecepatan penuh, perahu karet itu membelah lautan Arctic yang dingin. Mengarah ke kapal perusak yang meriamnya sedang berputar siap memuntahkan peluru kaliber besarnya.

Di belakang, 2 speedboat juga mengejar dengan kecepatan tinggi. Bahkan helikopter jenis Bell itu sekarang ikut memburunya. Meninggalkan Hantaa 05 yang menghentikan semburan kanon airnya.

Cecilia dan Akiko berdiri di anjungan dan melihat aksi kejar-kejaran itu dengan jantung berdebar. Andalas sengaja menjauhkan para penyerang dari Hantaa 05. Kesempatan yang dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh Cecilia dan Akiko untuk memeriksa satu persatu awak yang ada di anjungan menggunakan patogen detector. Termasuk Kapten Shinji dan Mualim Yoshido yang terkejut dan namun senang melihat kedatangan Akiko yang tiba-tiba.

Nihil! Semuanya aman. Akiko meminta Mualim Yoshido dan Mualim Ichiro menemaninya menemui semua awak Hantaa 05. Satu persatu Cecilia dan Akiko memeriksa awak kapal Hantaa 05.

Selesai! Akiko dan Cecilia bernafas lega. Tidak ada satupun yang terjangkit virus Mollivirus sibericum. Sekarang tinggal meyakinkan Kapten Shinji Akira dan Mualim Yoshido agar ikut mereka.

Tapi bagaimana caranya? Sedangkan untuk selamat saja rasanya saat ini peluang mereka cukup kecil.

"Shinji san, Yoshido san. Ini situasi darurat. Kami ingin meminta bantuan kalian untuk satu hal. Apakah kalian bersedia?"Akiko lantas bercerita panjang lebar mengenai semua hal kecuali bagian-bagian yang harus dirahasiakan.

"Jadi aku dan Yoshido harus ikut kalian kemana?"Kapten Shinji bertanya setelah merenung cukup lama. Ternyata peristiwa di Hantaa 01 yang telah jadi bangkai di dasar lautan masih berbuntut panjang.

"Jenewa, Kapten."Cecilia menjawab singkat. Akiko lah yang menjelaskan kenapa mereka harus pergi ke Jenewa. Kapten Shinji mengangguk paham. Mereka setuju ikut. Tapi pertama adalah selamat dulu dari serbuan orang-orang berbahaya di luar.

Kembali fokus semua orang di anjungan Hantaa 05 beralih ke perahu karet yang terus bermanuver di lautan. Sebuah ledakan kecil terjadi dua kali di geladak kapal perusak itu. Andalas menunjukkan ancaman dengan melemparkan granat tangan setelah melakukan manuver berbahaya mendekati kapal.

2 speedboat itu terus menghujani tembakan ke arah perahu karet. Begitu juga awak kapal perusak di atas geladak. Meriam tidak ada gunanya karena perahu karet itu berada dalam jarak dekat.

Pertempuran kucing-kucingan itu berlangsung beberapa lama sampai tidak terasa para penyerbu itu semakin menjauhi posisi Hantaa 05. Akiko meminta Kapten Hikaru memakai kecepatan tertinggi kapal agar bisa menjauh. Kapten Hikaru mengarahkan Hantaa 05 ke pelabuhan terdekat di Islandia. Jika kapal perusak itu milik suatu negara tertentu, dan Hantaa 05 sampai di batas zona yang dikuasai Islandia, maka mereka akan aman.

Untunglah kapal perusak itu tidak dibekali peluru kendali. Jangkauan meriam mereka tidak sampai ke Hantaa 05 yang terus menjauh.

Cecilia menyampaikan kecemasannya akan keselamatan Andalas kepada Akiko. Mereka sedang melarikan diri ke zona aman tapi di lain pihak, Andalas akan terus menjadi sasaran para penyerang itu.

Akiko menghibur Cecilia dengan mengatakan Andalas sangat tangguh untuk mengatasi semua itu. Lebih baik mereka segera menjauh secepat mungkin dari arena pertempuran di Laut Arctic yang sangat jarang terjadi itu.

Meskipun begitu, di dalam hatinya Akiko merasakan kecemasan yang sama dengan Cecilia. Bahkan mungkin lebih besar. Karena ini disertai dengan takutnya akan kehilangan.

Sementara Hantaa 05 terus memacu tenaganya habis-habisan menjauhi zona pertempuran, Andalas mulai kewalahan. Serbuan 2 speedboat itulah yang sangat melelahkan. Begitu pula tembakan sporadis dari helikopter yang datang dan pergi.

Andalas masih sempat memperhatikan Hantaa 05 menjauh dengan cepat. Ini saatnya! Andalas memacu perahu karetnya menuju utara. Berlawanan dengan Hantaa 05 yang bergerak ke selatan.

Dia hanya berhasil menimbulkan kerusakan kecil pada geladak kapal perusak itu. Karena sambil mengemudi dengan kecepatan tinggi, tidak satupun tembakannya mengena terhadap para penyerang di 2 speedboat.

Saatnya melarikan diri. Dia sudah mencatat koordinat pesawat amphibi yang ditinggalkan sambil memperkirakan arus laut sekarang menghanyutkannya ke arah mana.

Arus sedang bergerak ke arah selatan. Andalas yakin tak sampai beberapa belas menit lagi dia akan bertemu dengan pesawat.

Benar saja. Di kejauhan nampak pesawat itu terombang-ambing gelombang kecil. Andalas melihat ke belakang. 2 speedboat itu rupanya tak menyerah memburunya. Sedangkan kapal perusak itu tidak kelihatan lagi dan helikopter mungkin sedang mengisi ulang bahan bakar. Perahu karet ini persediaan bahan bakarnya sangat banyak karena selangnya langsung tersambung pada beberapa jerigen gasolin yang terikat kuat di bagian depan.

Untunglah tidak ada tembakan yang mengenai jerigen-jerigen itu tadi.

Tepat saat berpikir seperti itu, rentetan tembakan dari speedboat berdesing-desing menghantam pinggiran perahu karet. Salah satu peluru bahkan mengenai jerigen gasolin.

Terdengar ledakan keras saat perahu karet itu terbakar dilahap api.

Andalas melompat sesaat sebelum perahu meledak. Matanya masih sempat melihat pesawat amphibi itu tidak jauh berada di hadapannya.

Namun perairan Arctic yang luar biasa dingin membuat lengannya tak kuasa digerakkan untuk berenang. Seperti bongkahan es, tubuhnya perlahan tenggelam.

Bogor, 26 April 2020

* * * * * **

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun