Meskipun begitu, di dalam hatinya Akiko merasakan kecemasan yang sama dengan Cecilia. Bahkan mungkin lebih besar. Karena ini disertai dengan takutnya akan kehilangan.
Sementara Hantaa 05 terus memacu tenaganya habis-habisan menjauhi zona pertempuran, Andalas mulai kewalahan. Serbuan 2 speedboat itulah yang sangat melelahkan. Begitu pula tembakan sporadis dari helikopter yang datang dan pergi.
Andalas masih sempat memperhatikan Hantaa 05 menjauh dengan cepat. Ini saatnya! Andalas memacu perahu karetnya menuju utara. Berlawanan dengan Hantaa 05 yang bergerak ke selatan.
Dia hanya berhasil menimbulkan kerusakan kecil pada geladak kapal perusak itu. Karena sambil mengemudi dengan kecepatan tinggi, tidak satupun tembakannya mengena terhadap para penyerang di 2 speedboat.
Saatnya melarikan diri. Dia sudah mencatat koordinat pesawat amphibi yang ditinggalkan sambil memperkirakan arus laut sekarang menghanyutkannya ke arah mana.
Arus sedang bergerak ke arah selatan. Andalas yakin tak sampai beberapa belas menit lagi dia akan bertemu dengan pesawat.
Benar saja. Di kejauhan nampak pesawat itu terombang-ambing gelombang kecil. Andalas melihat ke belakang. 2 speedboat itu rupanya tak menyerah memburunya. Sedangkan kapal perusak itu tidak kelihatan lagi dan helikopter mungkin sedang mengisi ulang bahan bakar. Perahu karet ini persediaan bahan bakarnya sangat banyak karena selangnya langsung tersambung pada beberapa jerigen gasolin yang terikat kuat di bagian depan.
Untunglah tidak ada tembakan yang mengenai jerigen-jerigen itu tadi.
Tepat saat berpikir seperti itu, rentetan tembakan dari speedboat berdesing-desing menghantam pinggiran perahu karet. Salah satu peluru bahkan mengenai jerigen gasolin.
Terdengar ledakan keras saat perahu karet itu terbakar dilahap api.
Andalas melompat sesaat sebelum perahu meledak. Matanya masih sempat melihat pesawat amphibi itu tidak jauh berada di hadapannya.