Dokter Cecilia termenung sejenak. Aset imun? Ini bahasa para pharmacist.
"Ok. Kapan kau akan tiba di sini Marc? Hal ini tidak bisa dibiarkan terlalu lama. Bakteri itu sangat menular. Mungkin sekarang kondisi geografis sementara bisa mencontainmentnya. Aku sudah juga melaporkannya pada Dinas Kesehatan di Pointe Noire  yang berjanji akan meneruskannya ke Brazzaville. Tapi aku tidak yakin itu semua bisa cepat. Bakteri ini terlalu berbahaya Marc. Ingat kasus Ebola?"
Hening sejenak di ujung telpon. Marc rupanya sedang menimbang-nimbang sesuatu.
"Kalau begitu pergilah ke Brazzaville menggunakan pesawat dari Pointe Noire. Aku akan mengirimkan uang untuk membeli tiket dan sebagainya. Temui timku di bandara Brazzaville besok siang."
Dokter Cecilia mengerutkan keningnya. Keterangan Marc berubah-rubah seolah tidak terencana. Kalau mereka memang mau kesini dan aku tidak boleh ke Jenewa kenapa harus bertemu di Brazzaville?
" Jadi sebenarnya kau mau bertemu aku di mana Marc?"Dokter Cecilia melepaskan umpan.
"Jenewa, Cecile. Kita akan bertemu di Jenewa dan membicarakan semuanya di kantor WHO."
What?!
Cecilia memutuskan sambungan telpon saat itu juga.
Marc jelas-jelas sedang berusaha membohonginya. Lelaki yang dianggapnya sebagai teman itu sedang menyusun sebuah skenario untuk membawa dirinya dan terutama Fabumi tidak ke Jenewa. Pasti di sebuah tempat yang Fabumi tidak memerlukan paspor untuk bepergian. Fabumi tidak punya paspor. Cecilia tahu persis itu.
Fabumi akan dibawa ke Brazzaville untuk diteliti! Lelaki itu adalah suspect imun. Dan dari tubuhnya lah bisa dibuat serum atau vaksin sebagai pengobatan jika epidemi atau pandemi telah terjadi. Perusahaan farmasi pembuat serum atau vaksin itulah yang akan mematenkan penemuannya lalu akan mendapatkan keuntungan luar biasa besar dari sisi komersial. Wajah Cecilia memerah. Marc brengsek!
Dan Marc sengaja mengulur-ulur waktu agar penyakit ini menyebar terlebih dahulu sampai menjadi epidemi atau pandemi sehingga pangsa obatnya akan luar biasa besar. Benar-benar brengsek!