“Selain detak nadi, apakah ada ciri-ciri lainnya Dara?” Bima menukas penasaran.
“Ada! Ada 2 hal lagi. Pertama apabila di bahu kanan akan muncul semacam pertanda yang sebelumnya tidak ada. Seperti tanda lahir yang berbentuk gelombang. Begitu kata wanita mengerikan itu,” Dara menjawab sembari menyingkap sedikit bajunya di bagian bahu. Nampak sebuah tanda lahir seperti ombak lautan di bahunya.
“Lalu yang paling utama adalah jika putri sesaji bercermin maka bayangan dirinya di cermin akan selalu berpakaian tradisional berwarna hijau meskipun pada kenyataannya tidak,” Dara menyampaikan semuanya secara panjang lebar sebelum melanjutkan dengan kalimat yang mengejutkan.
“Detak nadi akan kembali normal dan tanda lahir di bahu akan menghilang dengan sendirinya jika sampai pada waktu yang ditetapkan ternyata ritual putri sesaji urung dilakukan karena satu dan lain hal. Wanita mengerikan itu menceritakan semuanya kepadaku. Karena dia sesungguhnya adalah putri sesaji yang menolak dan akhirnya statusnya diturunkan menjadi sesajen sehingga keadaannya menjadi seperti itu.”
Untuk beberapa saat suasana dibekap keheningan. Sebelum akhirnya dipecahkan suara Dewi.
“Jadi kita sama Dara?” Dewi bertanya untuk menegaskan sambil melihat ke arah bahunya setelah menarik lengan bajunya ke bawah. Sebuah tanda yang persis sama.
Dara hanya mengangguk lalu kembali memeluk Dewi.
Raja menepuk lembut bahu kedua gadis itu. Dia memberi isyarat kepada Raka untuk membuka kembali sketsanya. Ada sesuatu yang mengganjal di hatinya.
Ketiga lelaki itu nyaris terlompat mundur melihat sketsa Raka. Sketsa itu berubah total!
Jika sebelumnya sketsa itu utuh dan bagus, kali ini sketsa itu sangat berantakan! Tidak nampak lagi candi yang megah dengan bagian-bagian yang saling berhubungan. Hanya terlihat 2 tempat yang masih utuh dan bisa diidentifikasi.
Sebuah ruangan di bawah patung besar Wishnu dan ruangan di bawah patung besar Syiwa.