Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Penjelajah Masa Lalu (Episode 5, Candi Laut Selatan)

30 September 2019   16:58 Diperbarui: 30 September 2019   17:09 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dengan langkah-langkah lebar keduanya tergesa-gesa meneruskan perjalanan. Mereka akan memberikan informasi-informasi aneh ini kepada Pak Acep. Siapa tahu orang tua yang punya kelebihan itu tahu makna dari ini semua.

Sekitar lima puluh meter lagi mereka akan sampai di tempat Pak Acep bersamadi.

Tapi kali ini mereka dihadapkan pada kenyataan yang jauh dari kewarasan! Mereka ternyata sampai di bawah pohon air itu lagi! Padahal tempat di mana pohon ini berada harusnya melewati tempat Pak Acep ditinggalkan. Mereka sama sekali tidak pernah menjauh dari pinggiran situ, jadi mana mungkin tempat itu bisa terlewati begitu saja?

Atau jangan-jangan pohon air ini tidak hanya satu?

Mang Ujang dan Kang Maman menekan rasa takutnya. Mereka memeriksa lagi bawah pohon air. Ini pohon yang tadi! Nampak jelas jejak-jejak mereka tadi di sini. Kang Maman ingat tadi mematahkan sedikit akar-akar udara untuk diperiksa. Patahan itu masih tergeletak tidak jauh dari kaki mereka. Astagaa!

Kembali Mang Ujang dan Kang Maman saling pandang. Tidak tahu harus berbuat apa.

“Ssstt! Sssttt! Ujang, Maman, kadieu gera!” sebuah suara berbisik lirih mengejutkan keduanya. Kang Maman menggamit lengan Mang Ujang sambil menunjuk ke atas pohon air. Terlihat Pak Acep menempelkan telunjuk di mulut sambil memberi isyarat mereka agar buru-buru memanjat. Telunjuk satunya mengarah ke belakang mereka.

Tadinya Mang Ujang dan Kang Maman masih mau bertanya kepada Pak Acep apa maksudnya. Tapi begitu menoleh ke belakang, kontan saja keduanya pontang-panting memanjat pohon besar itu menyusul Pak Acep.

Tentu saja apa yang mereka lihat menimbulkan ketakutan teramat sangat. Seekor harimau Jawa berukuran besar berjalan di kejauhan menuju arah mereka!

Gusti Allah!

-----
Balikpapan, 30 September 2019

Catatan;
Euleeuuhh, euleeuuh, iyeu teh bekas gigi sareng kuku jalmi, Akang ; Duh, ini sih bekas gigi dan kuku manusia, Akang
Ssstt! Sssttt! Ujang, Maman, kadieu gera ; Ssstt! Sssttt! Ujang, Maman, cepat kesini! 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun