Raaannnn! Raaannn! Lariiiiiii!
Suara itu awalnya terdengar sayup di telinga Ran. Tapi Ran sangat mengenalnya. Ben!
Ran menoleh dan terperanjat gembira melihat ketiga temannya di seberang sungai melambai-lambaikan tangan dan baju memperingatkan akan sesuatu yang berbahaya. Mereka kenapa? Kenapa aku disuruh cepat lari? Ran ingin berpikir sejenak untuk menimbang keputusan. Tapi firasatnya membenarkan memang ada yang aneh dengan rumpun bambu itu.
Batang-batang bambu itu mencabut dirinya sendiri satu persatu dari tanah. Lalu melata beramai-ramai menuju Ran.
Hah! Itu bukan batang bambu. Itu ular! Ular yang sangat banyak!
Kembali Ran mengambil keputusan cepat. Menceburkan dirinya ke sungai dan kali ini mengerahkan kemampuan berenang sekuat-kuatnya. Mengerikan! Ular-ular itu ikut berenang mengejarnya.
Ben, Tet, dan Rabat di seberang memandang dengan cemas. Melihat Ran berpacu menyelamatkan diri dari ular-ular hijau sebesar batang bambu yang mengejarnya beramai-ramai.
Sebelum Ran tiba-tiba muncul di seberang mereka, ketiganya tadi sempat menyaksikan dari seberang saat kingkong yang mengejar mereka salah mendarat di ngarai kematian itu. Satu batang "bambu" sempat mematuknya meski bambu itu akhirnya putus lehernya digigit.
Tidak sampai hitungan menit kingkong raksasa itu menggelepar mati. Â Ular-ular yang mirip rumpun bambu itu rupanya super berbisa. Dan mereka lalu beramai-ramai menyeret tubuh kingkong ke dalam rumpun bambu yang sebenarnya merupakan sekumpulan tubuh ular. Itulah sebabnya tadi Ran tidak bisa melihat mayat si kingkong karena rumpun "bambu" itu memang sangat lebat.
Kini Ran berpacu dengan waktu melarikan diri dari ular-ular paling berbisa di dunia. Disaksikan oleh ketiga temannya yang sama sekali tidak bisa berbuat apa-apa untuk membantunya.
------
Tanjung Redeb, 28 September 2019