Perbedaan bisa menimbulkan pertikaian
Perbedaan bahkan bisa mengakibatkan peperangan
Tapi perbedaan juga adalah sebuah tali
Untuk mengikat yang berbeda menjadi satu kesatuan.
Selalu sama belum tentu menjadikan semua baik
Selalu sama kadangkala malah hanya melahirkan rasa pasrah
Dan tidak ada kata perjuangan
Dan tidak ada kata gairah.
Selalulah berbeda untuk memperjuangkan kesamaan.
Bab VI
Pulau Kabut-Ibukota Lawa Agung. Â Arya Dahana dan Putri Anjani duduk di meja perjamuan panjang itu dengan tenang namun waspada. Â Dikelilingi oleh para pejabat dan tokoh tokoh penting Lawa Agung. Â Sepertinya sebuah kebetulan yang disengaja jika di samping Arya Dahana duduk Nyai Genduk Roban dan di samping Putri Anjani duduk Ayu Wulan.
Nyai Genduk Roban sengaja menyuap petugas yang biasa mengatur tempat duduk dalam perjamuan kerajaan agar dia bisa duduk di samping Arya Dahana. Â Nenek ini juga memohon ijin dengan sangat kepada Nini Cucara agar cucunya Ayu Wulan diperbolehkan ikut dalam perjamuan tersebut dan didudukkan berdampingan dengan sesama gadis yaitu Putri Anjani.
Perjamuan belum dimulai karena menunggu Panglima Kelelawar datang. Â Para peserta perjamuan saling bicara dengan sebelahnya secara berbisik bisik. Â Kesempatan yang ditunggu tunggu oleh Nyai Genduk Roban. Â Dicondongkannya kepala ke arah telinga Arya Dahana sambil berbisik lirih.
"Arya Dahana, aku mohon selamatkan dan keluarkan cucuku dari tempat terkutuk ini. Aku titipkan dia kepadamu. Â Entah bagaimana caramu. Â Yang pasti, jika ada apa apa terjadi, aku akan bertaruh nyawa untuk melindungi pelarian kalian."
Nenek ahli sihir itu melanjutkan,
"Di sisi barat pulau ini, pos penjagaan dan para penjaga, paling lemah sepertinya. Â Karena sisi tersebut tebingnya sangat tegak lurus dan paling aman dari penyusup. Â Di bawah tebing itu sudah tertambat sebuah perahu kecil yang bisa kau gunakan pergi bersama Putri Anjani dan Ayu Wulan."
"Tempat ini, pulau ini, dikelilingi oleh sihir luar biasa hebat yang dirapal sendiri oleh Ratu Laut Selatan. Â Kamulah satu satunya orang dari luar yang bisa masuk dan selamat tiba di pulau ini. Â Waktu yang paling tepat saat sihir itu melemah adalah ketika matahari mulai terbit atau ketika mau tenggelam."
Nyai Denok Roban menutup kalimat panjangnya dengan mata penuh permohonan.