Terang saja Hoa Lie dan Feng Siong tak bisa berbuat banyak. Apalagi serangan leak-leak itu begitu membabi buta seiring dengan semakin seringnya isyarat geraman dari dalam rumah yang keluar dari mulut Bli Gus Ngurah.
Leher Feng Siong sudah berdarah-darah karena beberapa kali sempat terkena gigit makhluk haus darah itu. Hoa Lie tidak, namun tetap saja gadis ini menjerit sejadi-jadinya karena tidak tahu harus berbuat apa. Apalagi setelah melihat Feng Siong tergeletak tak berdaya dengan dua Leak yang menempel di lehernya.
Tak akan butuh waktu lebih lama lagi bagi Hoa Lie untuk bernasib sama jika saja tidak muncul bantuan yang tidak terduga.
Terdengar jeritan nyaring dari dalam bangunan utama. Disusul dengan berjatuhannya semua Leak ke tanah secara tiba-tiba. Hoa Lie menghela nafas lega. Sembari merangkak kelelahan gadis ini menghampiri Feng Siong yang nampak tak bergerak. Bersimbah darahnya sendiri di sekujur tubuh dan muka.
Hoa Lie meraba nadi Feng Siong. Kembali gadis ini menghela nafas panjang. Sudah tidak ada harapan.
Sambil terus menguatkan diri, Hoa Lie berjalan tertatih memasuki bangunan utama gedung di mana suara jeritan tadi berasal.
Matanya terbelalak. Bli Gus Ngurah tergeletak di lantai di depan dupa-dupa yang terbakar dan altar kecil yang dipenuhi bunga-bunga. Sebilah pisau menancap di dada sebelah kanan. Seorang laki-laki setengah baya berjongkok di sebelahnya sembari memegang sebuah buku kecil lusuh yang terlihat begitu tua. Laki-laki itu menoleh ketika langkah kaki Hoa Lie yang diseret masuk ruangan.
Laki-laki paruh baya bertubuh kurus tinggi itu menghampiri Hoa Lie. Wajahnya yang tirus tersenyum tipis.
"Suhu! Kau datang!" Hoa Lie berseru girang sekaligus mengrenyit kesakitan lalu terguling pingsan. Kelelahan.
-----
Gian Carlo mengedarkan pandangan ke sekeliling. Kekacauan di pintu gerbang memancing hampir semua orang untuk ke depan. Aman!