Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Obituari Lily!

10 Desember 2018   10:36 Diperbarui: 10 Desember 2018   10:41 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Geni sedang menikmati ketenangan. Setelah kejadian beberapa minggu yang lalu di cottage the Good Hell berakibat berulangnya banyak kekacauan yang membingungkan. Akhirnya Geni bisa beristirahat dengan sedikit nyaman di sebuah tempat kos di bilangan kota yang padat.  

Ini semua ketenangan yang semu. Geni tahu itu.

Geni tidak bisa mengabaikan kemungkinan Bulan Sabit Perak masih berniat kuat memburunya. Dia tahu terlalu banyak. Dan itu sangat berbahaya bagi keberadaan perkumpulan perempuan maniak itu.

Sudah banyak korban berjatuhan. Namun pihak kepolisian sama sekali belum bisa mengendusnya. Perkumpulan misterius itu terlalu rahasia untuk ditelisik dengan cara biasa. Tubuh perkumpulan yang mengendalikan organ motorik para perempuan itu serupa membran. Transparan dan tak kelihatan.

Geni mencoba mengingat semua hal secara runut. Kegilaan demi kegilaan. Kematian demi kematian. Mengerikan. Perempuan-perempuan itu seperti manekin. Tak punya ruh tapi berkulit dan berdaging. Seperti semacam robot yang terdiri dari rangka titanium dan tubuh luar magnetis, namun punya kemampuan sistematis untuk mengendalikan situasi apapun sesuai nalar manusia kebanyakan.

Mereka manusia utuh. Sangat utuh. Mayoritasnya. Hanya beberapa saja yang sepertinya dikendalikan secara digital metafisika atau apalah namanya. El, Des, En, Lily, adalah nama-nama yang harus bertanggung jawab terhadap semua kekacauan mengerikan ini.

Geni menghirup udara pengap di kamarnya dalam-dalam. Ini rasanya lebih melegakan. Kamar sempit ini terasa sangat melindunginya. Perempuan-perempuan pemburu itu pasti akan kesulitan untuk mencarinya. Mereka pasti menyangka dia bersembunyi di tempat-tempat yang tersembunyi. Bukan di kotak sabun di petakan kumuh tengah kota yang bising dan berisik.

Aku tidak akan membiarkan mereka sebebas itu mengadakan Perayaan Para Perempuan lagi. Baron telah menjadi korban kebiadaban mereka. Dia akan mengungkap Bulan Sabit Perak ke permukaan sebagai pembalasan dendam yang manis. Geni menggagas dengan tidak tuntas apa yang harus dilakukannya setelah ini.

Ah! Aku harus membuat historikal jurnal agar mudah menyodorkan kisah ini kepada seorang penulis, jurnalis, wartawan, bahkan polisi. Lagipula jika sewaktu-waktu ternyata dia akhirnya tertangkap oleh mereka, dia masih menyimpan kisah agar ada orang lain yang melanjutkan menghentikan mereka.

Tertangkap oleh mereka berarti dia tidak ada di dunia ini lagi. Geni meringis.

Geni bangkit dan mengambil laptop di tas. Perlahan dan cermat dia menuliskan semuanya dalam jurnal yang diberinya judul; Bulan Sabit Perak, Perkumpulan Pengincar Kematian Para Lelaki.

Semalaman Geni melakukan itu. Setelah selesai, dia menyimpan file di cloud. Kemudian membuat sebuah draft email yang didesainnya agar terkirim 1 minggu dari tanggal hari ini ke beberapa orang temannya yang wartawan.

Geni cukup yakin dia masih bisa bertahan setidaknya seminggu.

----

Geni mengunyah pelan makanan di depannya sembari meneliti satu persatu berita yang mengemuka di internet. Berharap menemukan sebuah kabar yang terkait dengan Bulan Sabit Perak atau nama-nama En, El, Lily, Des.

Tidak ada satupun yang mencurigakan.

Tapi mata Geni yang tajam sempat menyambar sebuah berita kecil di laman obituari sebuah website beralamat di www.greatwoman.com;

Turut berduka cita atas meninggalnya saudari kami, perempuan hebat Lily Putri Matahari. Jenazahnya akan dimakamkan di Heaven Hill pada esok hari pukul 11 WIB setelah sebelumnya disemayamkan di rumah duka yang beralamat di komplek perumahan Gardenia Park No. 1 Jakarta. Mohon kepada handai taulan dan sahabat bisa hadir pada persemayaman dan pemakaman.

Geni mengerutkan kening. Banyak nama Lily di dunia ini. Tapi yang bernama belakang Putri Matahari mungkin hanya satu-satunya. Jantung Geni berdesir. Tidak salah lagi! Ini pasti Lily yang dikenalnya. Perempuan yang pernah mengisi warna hidupnya di kampus dulu. Duh Lily!

Geni menggeretakkan gerahamnya. Pasti Lily menjadi korban perempuan-perempuan ganas itu. Mungkin Nyai telah membaui pengkhianatan Lily. Astaga! Setega itu mereka kepada temannya sendiri. Geni semakin terbakar hatinya.

Diperhatikannya tanggal pada obituari. Uh, tertanggal hari ini. Geni buru-buru memeriksa alamat rumah duka melalui mesin pencarian.

Hmm, alamat tersebut adalah sebuah perumahan mewah dan ekslusif di pinggiran Jakarta. Bagaimana caranya dia ke sana? Bagaimanapun dia harus datang melakukan penghormatan. Lily pernah mengisi hatinya, bahkan menyelamatkannya dengan berani saat dia hampir menjadi santapan makan malam perempuan-perempuan mengerikan itu tempo hari. Dia harus datang! Bagaimanapun cara dan resikonya.

Geni bersiap-siap. Dia harus datang berbela sungkawa pada jam ramai para pelayat. Hal ini bisa menyamarkan keberadaannya dari pandangan para perempuan itu. Dan waktu yang tepat adalah pada sore hari. Umumnya begitu.

Sekarang pukul 10 pagi. Dia harus berangkat segera agar tepat datang di jam ramai para pelayat. Komplek itu agak jauh untuk dicapai. Ada baiknya dia menggunakan motor supaya mudah bermobilisasi saat keadaan genting.

Geni mengambil beberapa perlengkapan di koper. Penyamarannya harus sempurna untuk ini. Dia mendatangi sarang harimau. Bukan, bukan harimau, tapi lebih tepatnya sarang hantu .

----

En mengamati layar komputer yang menayangkan www.greatwoman.com. Memeriksa daftar IP pengunjung. Ada 1 yang menarik perhatiannya. IP itu berada pada lokasi di pemukiman kumuh tengah kota. Hanya 1 IP ini yang merupakan pencilan. Di luar semua IP yang dipasang sebagai jebakan dan sudah diketahui semua alamatnya.

Hmm, kena kau Geni!

En menoleh kepada El dan Des yang berdiri di sampingnya sembari ikut memperhatikan layar komputer.

"Dia terpancing! Dia pasti ke sini untuk melayat. Bersiaplah melakukan penyambutan yang semestinya kepada tamu istimewa kita," mulutnya yang membentuk senyuman belati menyeringai puas.

El dan Des ikut tersenyum lebar. Siasat mereka berhasil memancing keluar Geni. Keduanya memandang Lily yang terduduk lemas di hadapan mereka.

"Lily, siapkan bumbu-bumbu untuk memanggang mantan kekasihmu!"

Jakarta, 10 Desember 2018

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun