Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Tetralogi Air dan Api, Lahirnya Air dan Api

10 Desember 2018   22:04 Diperbarui: 10 Desember 2018   22:05 491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dewi Mulia kembali memperhatikan sekeliling.  Andika Sinatria dan Ardi Brata ada di sebelah kirinya.  Lebih jauh lagi dilihatnya Laksamana Utara dan Putri Anjani.  Kemudian  Raja Iblis Nusakambangan, Madaharsa, Argani, Aswangga berjejer di sebelahnya lagi.  Dewi Mulia Ratri menoleh ke kanan. Dia hampir terguling kaget.  Gurunya dan Ki Mandara sedang tersenyum kepadanya sambil menaiki papan bekas perahu dan bukan perahu utuh!

Didengarnya bisikan lirih dari Pendekar Pena Menawan;"Dewi, saat gelombang nanti bertemu topan, jangan panik.  Usahakan tetap berdiri di atas perahu.  Jangan duduk...kamu akan tersapu topan jika duduk..."

Dewi mengangguk mengerti.  Dilihatnya Ki Mandara juga sedang komat kamit.  Pasti orang tua sakti itu sedang mengirimkan pesan yang sama kepada muridnya. 

Suara menderu deru semakin menghebat.  Tepat seperti perkiraan Ki Biantara.  Nampak sebuah Angin Lesus bergerak maju dari depan menyongsong datangnya gelombang.  Dewi Mulia Ratri melihat kepanikan di bawah sana.  Belasan perahu merah tersapu angin badai mengerikan itu.  Beberapa yang masih bertahan bisa menghindarkan diri dari kaki badai itu sekarang pasrah saja ketika gelombang raksasa itu menggulung mereka seperti remah remah tanah yang disiram hujan deras. 

Jeritan dan teriakan menggiriskan hati terdengar dari sana sini.  Dewi Mulia Ratri bersiaga penuh.  Kaki badai itu mendekat dengan cepat.  Dia tetap berdiri sesuai pesan dari gurunya.  Kini dia paham.  Kalau dalam posisi duduk, dia akan kesulitan mengendalikan perahunya menghindari kaki badai itu.  

Dan akhirnya kaki badai yang mengerikan itu tiba.  Dewi Mulia Ratri menggerakkan perahunya meluncur cepat ke kanan untuk menghindari kaki badai.  Dia berhasil!  Dilihatnya Andika Sinatria dan Ardi Brata juga berhasil.  Hanya satu orang yang gagal menghindari kaki badai.  Madaharsa terlempar keluar perahunya karena kurang cepat menghindari kaki badai.  Tubuhnya tertelan air gelombang. 

Badai itu menghantam gelombang.  Terdengar bunyi memekakkan telinga saat dua kekuatan raksasa itu bertumbukan.  Sungguh ajaib! Pertemuan dua unsur alam menakjubkan itu justru meredakan semuanya.  Gelombang berantakan dan kembali tenang, sedangkan badai langsung mengecil hingga tinggal semilir angin yang ditinggalkan.  Danau itu kembali setenang kaca. 

Setelah semuanya kembali normal, hanya sedikit sisa orang yang masih bertahan.  Tokoh tokoh sakti seperti Raja Iblis Nusakambangan, Laksamana Utara, Putri Anjani, Pendekar Pena Menawan, Iblis Tua Galunggung, Iblis Jompo Laut Timur, Bangka Sakti Merapi, dua orang Malaikat Neraka pembantu Malaikat Darah Berbaju Merah masih di atas perahu dan papan masing masing, selain juga tentu saja Dewi Mulia Ratri, Andika Sinatria dan Ardi Brata.  Kini mereka semua memandang ke titik pusat danau Ranu Kumbolo.  Menunggu apa yang terjadi selanjutnya. 

Beberapa saat kemudian, yang terjadi adalah keheningan.  Bahkan bunyi daun jatuh di kejauhan pun serasa mengagetkan.  Kecipak air saat ikan melompat menyambar belalang juga mengejutkan.  Namun tidak lama kemudian, bumi seperti diaduk kala getaran gempa luar biasa terjadi tiba tiba.  

Dalam hitungan sepersekian kejap, pepohonan di pinggir danau riuh bertumbangan.  Tanah terbelah di beberapa tempat.  Titik pusat danau bergolak hebat.  Anehnya! Hanya titik pusatnya saja.  Air seukuran satu perahu kemudian memancar dengan derasnya ke atas dari titik pusat itu.  Persis seperti air mancur. Sebuah benda berbentuk peti terlihat berada di atas air tersebut.  Peti kecil itu terus terbawa ke atas sampai air akhirnya berhenti dengan tinggi sekitar 50 kaki.  Begitu air stabil di ketinggian itu, gempa dahsyat yang menakutkan itu pun berhenti. 

Semua orang kini memandang air mancur ajaib itu tanpa berkedip.  Semua mata tertuju pada peti kecil yang mengambang dengan aneh di ujung air mancur.  Tidak seorangpun memulai gerakan.  Masing masing masih tetap di perahunya.  Dewi Mulia Ratri yang begitu takjub dengan semua hal yang terjadi sangat yakin bahwa inilah kitab sakti yang dicari cari orang dari segala penjuru persilatan.  Ramalan mantra Si Bungkuk Misteri benar benar terjadi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun