Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hujan Luka

24 November 2018   14:09 Diperbarui: 24 November 2018   14:32 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalaupun terpaksa harus keluar, orang-orang membawa payung "tak biasa". Sebuah payung hasil modifikasi dari kain kemudian dilapisi lagi dengan lembaran karet. Kebanyakan karet ban bekas yang mudah didapat. Payung yang aneh tapi bermanfaat. Sembilu dan duri sulit menembus karet. Orang-orang menamai payung aneh ini payung "bela sungkawa".

----

Hujan luka terus terjadi. Setiap kali hujan turun, selalu saja sembilu dan duri yang berjatuhan dari langit. Orang-orang mulai putus asa. Mereka mungkin bisa menghindari luka tapi bagaimana cara membersihkan tumpukan sembilu dan duri yang makin lama makin menumpuk di mana-mana.

Akhirnya ada kabar baik dan kabar buruk untuk memecahkan masalah hujan luka. Kabar baiknya, hujan luka itu bisa dihentikan asal langit berhenti berduka. Kabar buruknya, bagaimana cara menghentikan duka langit?

Setelah melalui perundingan yang berliku-liku berdasarkan pada banyak teori tentang luka dan duka, diputuskan bahwa duka langit bisa dihentikan dengan banyak menampilkan tawa. Juga mengirim rasa bahagia ke atas sana.

Para sukarelawan mengumumkan ke seantero kota. Meminta semua penduduk kota agar tertawa sebanyak-banyaknya. Termasuk menghimbau kepada siapapun yang bahagia agar mengirimkannya ke langit dengan cara apa saja. Pesta, berdoa atau entah ritual apa.

Di sela-sela hujan luka yang terus membabi buta, ramailah kota dengan tawa. Siapapun berusaha tertawa sekeras-kerasnya. Tak peduli tua, muda, perawan, perjaka, semuanya tertawa. Tak peduli ada yang ibunya baru saja dimakamkan, rumahnya roboh setelah terkena gusuran, anaknya tak bisa melanjutkan sekolah, semua orang memaksakan diri untuk tertawa.

Beberapa orang yang merasa hidupnya berbahagia, mengirimkan bahagianya ke langit. dengan cara apa saja yang menurut mereka bisa. Berharap sangat langit tertulari bahagia dan segera menghentikan dukanya.

Sepertinya cara-cara itu menampakkan hasil. Hujan luka berhenti. Mendung hitam pergi dan langit berwarna cerah kembali. Orang-orang bersuka. Merayakannya dengan tertawa bahagia.

Setelah memastikan memang hujan luka tak datang lagi, buktinya hujan yang datang hari ini adalah benar-benar hujan air, mereka segera membersihkan semua tumpukan sembilu dan duri di setiap sudut kota.

Pemandangan yang menakjubkan sekaligus mengerikan. Begitu banyaknya sembilu dan duri yang jatuh dari langit yang berduka. Luar biasa!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun